Latest News

Monday, September 30, 2013

7 Kutipan Katolik Terbaik Tentang Rosario

Rm.Jost Kokoh Prihatanto, Pr

7 Kutipan Katolik Terbaik Tentang Rosario


Selayang Pandang

“Perawan Tersuci di saat-saat terakhir ini di mana kita hidup, telah memberikan suatu khasiat baru untuk pendarasan Rosario sedemikian luas sehingga tidak ada permasalahan, entah temporal atau terlebih spiritual sekalipun, tidak peduli betapapun sulitnya, dalam kehidupan pribadi masing-masing dari kita, dari keluarga kita… yang tidak dapat diselesaikan dengan Rosario.” - Sr. Lucia, visioner Fatima

“Tidak ada seorang pun yang dapat hidup terus-menerus dalam dosa sembari terus mendaraskan Rosario: entah mereka akan menyerah kepada dosa atau mereka akan menyerah kepada Rosario. “ - Uskup Hugh Doyle

“Dengan Rosario, kita membiarkan diri kita dibimbing oleh Maria, sang model iman, dalam merenungkan misteri-misteri Kristus, dan hari demi hari kita dibantu untuk mencerna Injil, sehingga Injil membentuk kehidupan kita semua.” - Paus Benediktus XVI

“Rosario adalah bentuk doa yang paling bermutu dan sarana yang paling manjur untuk memperoleh kehidupan kekal. Ini adalah obat untuk semua kejahatan kita, akar dari semua berkat kita. Tidak ada sarana doa lain yang lebih bermutu.” - Paus Leo XIII

“Daraskanlah Rosario Suci. Berbahagialah bahwa Salam Maria yang monoton itu memurnikan dosa-dosamu yang monoton [= yang itu-itu juga] !” - St. Josemaria Escriva

”Berdoalah Rosario setiap hari… Berdoalah, berdoalah sesering mungkin dan persembahkanlah silih bagi para pendosa… Akulah Ratu Rosario… Pada akhirnya Hatiku yang Tak Bernoda akan menang.” - Pesan Bunda Maria di Fatima

“Ketika [sepasang] kekasih bersama-sama, mereka menghabiskan berjam-jam mengulangi hal yang sama: aku mencintaimu! Apa yang hilang pada orang-orang yang berpikir Rosario membosankan, adalah CINTA.” - Sr. Lucia, visioner Fatima.

Source : FB Romo Jost Kokoh

Kaul Kekal dalam Konggregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE)






Kaul Kekal dalam Konggregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE)


Hari ini, Senin 30 September 2013, lima orang suster mengikrarkan Kaul Kekal dalam Konggregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE). Pengikraran ini dilaksanakan dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus Sinaga OFMCap di kapel FSE yang ada d Pasar VIII Medan.

Kelima suster itu ialah (dari kiri ke kanan):
1. Sr Maria Silvana Sitepu FSE
2. Sr Maria Veronika Sihotang FSE
3. Sr Maria Giovannni Pina FSE
4. Sr Maria Dionisia Sianturi FSE
5. Sr Maria Claudia Manik FSE.

Semoga kaul seumur hidup yang mereka ikrarkan menjadi sumber kebahagiaan bagi mereka sendiri, bagi Konggregasinya, bagi Gereja dan bagi masyarakat umumnya.

Kita bantu mereka dengan doa-doa kita, agar mereka setia sampai akhir....

Source : FB Leo Sipahutar Ofmcap Leo Sipahutar Ofmcap

Romo Widyo berpartisipasi dalam kebaktian di depan Istana Negara

Romo Widyo berpartisipasi dalam kebaktian di depan Istana Negara thumbnail
Romo Widyo (bertopi) dan Pendeta EP Sembiring setelah ibadah di 
seberang Istana Presiden


Romo Widyo berpartisipasi dalam kebaktian di depan Istana Negara

Pastor Kepala Paroki Damai Kristus Tambora, Jakarta Barat, Romo Matheus Widyolestari MSC  bersama Jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia beribadat di seberang Istana Negara.
Romo Widyo ikut ibadah dua mingguan tersebut pada Minggu (29/9), meminta perhatian pemerintah pusat atas penyegelan gedung gereja GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia.
Seperti diberitakan sebelumnya, gereja Paroki Damai Kristus juga pernah diprotes oleh warga Muslim yang didukung kelompok Muslim radikal setelah mereka mendapat informasi bahwa pihak paroki berencana membangun gedung gereja baru, padahal pihak paroki berencana membangun gedung serba guna, bukan gereja.
Dalam sambutannya Romo Widyo menegaskan, bahwa dia akan tetap mendampingi kedua jemaat Gereja ini berjuang menuntut haknya dalam beribadah di gedungnya sendiri yang sah.
“Saya tidak akan meninggalkan saudara-saudara sendirian, karena Tuhan juga tidak pernah meninggalkan kita sendirian,” demikian ungkap Romo Widyo, seperti dilansir satuharapan.com.
“Mungkin kita seringkali dalam hati, lelah berjuang, sudah beberapa tahun di sini, terkena panas dan hujan. Tetapi kita tidak boleh menyerah, karena kekuatan kita adalah dari Tuhan,” lanjutnya.
“Santo Paulus katakan, kalau Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita. Semuanya telah Tuhan selenggarakan, ini adalah proses kehidupan, termasuk saya, diproses, dibentuk, supaya semakin lama semakin kuat,” kata dia yang datang bersama pengurus Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Jakarta Pusat.
Lebih lanjut, Romo Widyo menyampaikan dukungannya terhadap kedua Gereja tersebut. “Tetap berjuang, kepada seluruh yang berkumpul di sini, jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia, tetap berjuang.  Kami berdoa, kami bersama-sama.  Dan mudah-mudahan … saya tidak akan pernah meninggalkan saudara-saudara sendirian, karena Tuhan juga tidak meninggalkan kita sendirian.  Kita hanya meniru yang Tuhan Yesus lakukan. Itu pula yang kita lakukan”.
 Source : indonesia.ucanews.com

Wednesday, September 25, 2013

Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting.

Foto: Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting,
tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting.

Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah.

Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat.
Kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari lalu dimasukkan ke dalam baskom atau wadah tanpa diikat.

Keesokan harinya, kepiting akan direbus dan lalu disantap.

Yang paling menarik dari kebiasaan ini,
kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom sekuat tenaga dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.

Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi ke dasar.

Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom,
lagi-lagi temannya akan menariknya turun, dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.

Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu. 
---------------------------------
Begitu pula dalam kehidupan ini, Tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu.

Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesaan, namun kita malah mencurigainya,
jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang tidak benar.

Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki atau munafik akan semakin nyata dan kalo tidak segera kita sadari, tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri. 

Kesuksesan akan datang kalo kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.

Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.

Semoga Kita tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.

Tuhan memberkati…

Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting,
tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting.


Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah.

Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat.
Kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari lalu dimasukkan ke dalam baskom atau wadah tanpa diikat.

Keesokan harinya, kepiting akan direbus dan lalu disantap.

Yang paling menarik dari kebiasaan ini,
kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom sekuat tenaga dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.

Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi ke dasar.

Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom,
lagi-lagi temannya akan menariknya turun, dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.

Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu.
---------------------------------
Begitu pula dalam kehidupan ini, Tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu.

Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesaan, namun kita malah mencurigainya,
jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang tidak benar.

Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki atau munafik akan semakin nyata dan kalo tidak segera kita sadari, tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalo kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.

Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.

Semoga Kita tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.

Tuhan memberkati…


Source : Fb Bunda Penolong Abadi

OUTING — bersama Sr.Albertine Palit, Sherlina Beatrix, Agustina R Allo Jmj, Agustina Ose dan Alfonsa Maramis di Kom.Trimargo, Ygy.




















Source : Felis Kontessa

Tuesday, September 24, 2013

Selasa 24 September 2013, empat orang suster SCMM mengikrarkan kaul seumur hidup



Hari ini, Selasa 24 September 2013, empat orang suster SCMM mengikrarkan kaul seumur hidup mereka di Gereja Santo Yakobus, Sukadono - Medan. 
Keempat suster itu ialah (dari kiri ke kanan): Sr M. Yohani Yeni SCMM, Sr M. Eveline Meko SCMM, Sr M Silvana Gea SCMM dan Sr M. Franseline Nago SCMM.

Selamat ya para suster.... Tuhan yang memanggilmu, dan DIA juga akan mendampingi dan menguatkanmu sampai akhir.


Ini foto sewaktu mereka memberi kata sambutan terhadap orangtua dan keluarga (sebagian nampak di belakang mereka), dan dengan terharu (bukan sedih atau menyesal) mereka menyampaikan rasa trimakasihnya atas segala kebaikan yang mereka terima dari keluarga sejak bayi, yang semuanya itu menyiapkan mereka sampai bisa menjadi seorang suster yang siap berkaul kekal. Kalau kalian lihat bagaimana mereka menari dan bernyanyi di panggung sewaktu acara resepsi, maka segala tafsiranmu tadi (hanya karena foto ini) akan terbalik 100%. Apalagi komen Lucas Lucas, yang mengatakan "mikir dulu pendapatan, sesal kemudian tak ada gunanya" kurasa terlalu pessimis. Mereka mikir-mikir itu bukan sebulan, setahun, dua tahun, tiga tahun... mereka telah menyiapkan diri untuk itu lebih dari 7 tahun.

Oleh : P.Leo Sipahutar Ofmcap

Source : Leo Sipahutar Ofmcap 

Kecil-kecil begini sudah suka berjubah Kapusin. Ayo, siapa ingin jadi Kapusin?



Kecil-kecil begini sudah suka berjubah Kapusin. Ayo, siapa ingin jadi Kapusin?

Renia :
Simalango ganteng2 begini mau jd pastor?....pasti byk cewek yg menggoda...hehehe....

Leo Sipahutar Ofmcap @Renia Simalango: 
Justru yang ganteng2 diharapkan jadi pastor, Renia. Hahahaha.... soalnya kalau pastornya ganteng berdiri di depan membawakan Missa dan khotbah, maka umat akan lebih tertarik datang ke gereja, kan? Memang bisa saja banyak cewek datang menggoda. 
Tapi kalau sang pastor mantap dalam panggilannya, godaan apapun tak akan mempan. Sekurang-kurangnya itu pengalamanku dan pengalaman banyak teman pastor yang lain... hahahaha... Tapi, ya...janganlah kalian cewek2 itu suka menggoda pastor dong. Masih banyak pemuda lain untuk digoda, kan?

Source : FB Leo Sipahutar Ofmcap

Sunday, September 22, 2013

Misi Kerasulan Kerahiman Ilahi ( Koronka )


Saturday, September 21, 2013

Ada 61 Prodiakon yg dilantik hari Sabtu ini (21/09/13) di Paroki Santo Ignatius Cimahi





















Source: FB 
Paroki Santo Ignatius Cimahi

Friday, September 20, 2013

Feast of St. Matthew - Tax Collector, Apostle Gospel writer and follower of Jesus (September 21, 2013).



Feast of St. Matthew - Tax Collector, Apostle
Gospel writer and follower of Jesus (September 21, 2013).

Matthew was a tax collector and tax collectors were not looked upon kindly by the Jewish colleagues of Jesus for two reasons: -

1. They used to collect taxes for the Romans who had dominated Israel.
2. Just like in our modern times, the tax collectors were enriching themselves illicitly and hoarding money, riches for themselves.

Thus, to be a tax collector was almost comparable to be a sinner in the eyes of the Jews.
But then the insightful and loving eyes of Jesus, however, see in Matthew much more than the human eyes can see and feel. Jesus perceives goodness in him. Jesus sees in him a potential disciple, an apostle, an evangelist and a martyr. He calls him and Mathew on his parts responds enthusiastically, and we know what Matthew became later.

Do not feel burdened by what people think of you, which can limit you but try to move out of yourself. It is like jumping into the river and thus slowly learning to swim. So, think rather of the inner capabilities that Jesus sees in you.

The gospels of Matthew, Mark, and Luke are known as the Synoptic Gospels, because they include many of the same stories, often in the same sequence. There are similarities in all the three Gospels. Matthew the Evangelist, the author of the first gospel account is symbolized by a winged man, or angel. Matthew's gospel starts with Jesus' genealogy from Abraham; it represents Jesus' Incarnation, and so Christ's human nature. This signifies that Christians should use their reason for salvation.

God can use anyone to help him in his work. We should not feel unqualified because of our appearance, lack of education, or our past. Jesus looks for sincere commitment. We should also remember that the highest calling in life is serving God, no matter what the world says. Money, fame, and power cannot compare with being a follower of Jesus Christ.

St. Matthew pray for us!!!

Source : FB Gabriella

PROFICIAT ATAS TAHBISAN IMAMAT



PROFICIAT ATAS TAHBISAN IMAMAT :

Pastor Daniel Rusein, MSF
Pastor Yonas Roka, MSF
Pastor Andy Hasti, MSF

Yang hari ini menerima tahbisan imamat dari Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang di Paroki St. Lukas Temindung, Samarinda, Kalimantan Timur hari ini, Jumat, 20 September 2013.

Selamat berkarya dan jadilah misionaris sejati seturut teladan Pater Jean Berthier, MS, pendiri Tarekat MSF. Maju terus Misionaris Keluarga Kudus, wartakan Kasih TUHAN sampai ke ujung dunia seperti para misionaris pendahulu. Berkat TUHAN

Salam&doa,



Source : FB Dionisius Agus Puguh

Semua Dipersembahkan bagi Tuhan, Suster dan Kembang Yang Cantik.





















Source : FB Elsye Randa



Ave Maria













Source : FB Arthur Syluaris

Bersama : Sr ALMA, Bhakti Luhur, Merauke.



Pelayanan kita tidak menambah apapun pada Tuhan, tapi bahwa kita BOLEH DEKAT dan MELAYANI DIA, itu saja sudah KARUNIA asalkan kita MENGIMANI KEAGUNGAN dan KEHADIRANNYA. Maka " Tuhan, tambahkan IMAN kami" (Bersama : Sr ALMA, Bhakti Luhur, Merauke.)

Source : FB Yakobis Surabaya

Imamat kudus untuk mempersembahkan korban rohani.



"Biarlah kamu digunakan sebagai batu hidup.....bagi suatu imamat kudus untuk mempersembahkan korban rohani. (1Ptr 2:2:2.59 -12)

Source : FB Yakobis Surabaya

Wednesday, September 18, 2013

Wanita Pendosa Menyapa Mereka yang Merasa Tidak Berdosa "TUHAN TIDAK MENGHUKUMKU"

Foto: Wanita Pendosa Menyapa Mereka yang Merasa Tidak Berdosa


"TUHAN TIDAK MENGHUKUMKU"


"Minyak wangi di tubuh menebarkan keharuman,
tapi jiwa yang terampuni mendatangkan keselamatan;
Kuharumkan kaki-Mu, Tuhan dengan minyak berhargaku
agar Kauselamatkan jiwaku dengan minyak Surgawi-Mu."


Kesadaran akan dosa-dosa mengayunkan langkahku mendekati-Nya di rumah Simon. Semua mata memandang menghina dan mencibirku sebagai wanita pendosa, tapi niat hatiku telah mematikan rasa maluku, sehingga aku terus melangkah mendekati-Nya.


Sampailah aku di hadirat-Nya.
Kekudusan-Nya semakin menarikku untuk bersimpu di kaki-Nya. Mata tak sanggup memandang, tangan enggan untuk berjabat, tapi kusadari bahwa ada getaran cinta yang menyapa lembut di kedalam jiwaku; "Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat.... Aku akan memberikan kelegaan kepadamu."


Kukeluarkan minyak berhargaku dari dari tas kecil yang kubawa, kutuangkan tetes demi setetes bercampur air mata penyesalanku atas dosa-dosaku yang banyak itu di telapak kaki-Nya. Kukeringkan basah itu dengan rambutku yang panjang terurai sementara jiwaku hanyut dalam sesal dan tobat.


Tiba-tiba jiwaku mengajakku lembut, dengarkanlah kata-kata-Nya. Kusendengkan telingaku ketika ada suara berwibawa berkata lembut penuh cinta; "Putri-Ku, DOSAMU TELAH DIAMPUNI!"


Rasa sedih bercampur haru, luapan gembira jiwa tak mampu membendung lagi air mata kebahagiaan yang membuat jiwaku berseru; TERIMA KASIH TUHAN...TUHAN-KU TIDAK MENGHUKUMKU! 


Kawan...
Anda pun akan mendengar kata-kata yang sama bila saja engkau mau pergi ke kamar pengakuan dan mengakui dosa-dosamu di hadapan para imam-Nya. Scott Hahn menguatkanmu; "Ketika Gereja (para imam) mengampunimu, maka Yesus sendirilah yang mengampunimu." Itulah mengapa Ia menghendaki adanya sakramen Tobat di dalam Gereja-Nya, di dalam Gereja Katolik yang didirikan-Nya di atas batu karang Petrus, pemimpin para Rasul-Nya.


Karena itu, ingatlah akan kata-kata Paus Fransiskus selalu:
Allah tak pernah lelah mengampuni kita, tapi kita sendirilah yang sering merasa bosan dan lelah memohon ampun dari-Nya.


Kutambahkan; "Pengampunan Allah tiada batasnya, tapi waktu hidupmu dan hidupku ada batas akhirnya. Jika engkau sadar akan kebenaran ini, maka tidak mungkin engkau menunda untuk menerima pengampunan-Nya setiap saat. Pergilah....Tuhanmu sedang menantimu, kawan!


Selamat beraktivitas para sahabat.....Tuhan memberkatimu.


Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Duc in Altum***

"TUHAN TIDAK MENGHUKUMKU"


"Minyak wangi di tubuh menebarkan keharuman,
tapi jiwa yang terampuni mendatangkan keselamatan;
Kuharumkan kaki-Mu, Tuhan dengan minyak berhargaku
agar Kauselamatkan jiwaku dengan minyak Surgawi-Mu."


Kesadaran akan dosa-dosa mengayunkan langkahku mendekati-Nya di rumah Simon. Semua mata memandang menghina dan mencibirku sebagai wanita pendosa, tapi niat hatiku telah mematikan rasa maluku, sehingga aku terus melangkah mendekati-Nya.


Sampailah aku di hadirat-Nya.
Kekudusan-Nya semakin menarikku untuk bersimpu di kaki-Nya. Mata tak sanggup memandang, tangan enggan untuk berjabat, tapi kusadari bahwa ada getaran cinta yang menyapa lembut di kedalam jiwaku; "Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat.... Aku akan memberikan kelegaan kepadamu."


Kukeluarkan minyak berhargaku dari dari tas kecil yang kubawa, kutuangkan tetes demi setetes bercampur air mata penyesalanku atas dosa-dosaku yang banyak itu di telapak kaki-Nya. Kukeringkan basah itu dengan rambutku yang panjang terurai sementara jiwaku hanyut dalam sesal dan tobat.


Tiba-tiba jiwaku mengajakku lembut, dengarkanlah kata-kata-Nya. Kusendengkan telingaku ketika ada suara berwibawa berkata lembut penuh cinta; "Putri-Ku, DOSAMU TELAH DIAMPUNI!"


Rasa sedih bercampur haru, luapan gembira jiwa tak mampu membendung lagi air mata kebahagiaan yang membuat jiwaku berseru; TERIMA KASIH TUHAN...TUHAN-KU TIDAK MENGHUKUMKU!


Kawan...
Anda pun akan mendengar kata-kata yang sama bila saja engkau mau pergi ke kamar pengakuan dan mengakui dosa-dosamu di hadapan para imam-Nya. Scott Hahn menguatkanmu; "Ketika Gereja (para imam) mengampunimu, maka Yesus sendirilah yang mengampunimu." Itulah mengapa Ia menghendaki adanya sakramen Tobat di dalam Gereja-Nya, di dalam Gereja Katolik yang didirikan-Nya di atas batu karang Petrus, pemimpin para Rasul-Nya.


Karena itu, ingatlah akan kata-kata Paus Fransiskus selalu:
Allah tak pernah lelah mengampuni kita, tapi kita sendirilah yang sering merasa bosan dan lelah memohon ampun dari-Nya.


Kutambahkan; "Pengampunan Allah tiada batasnya, tapi waktu hidupmu dan hidupku ada batas akhirnya. Jika engkau sadar akan kebenaran ini, maka tidak mungkin engkau menunda untuk menerima pengampunan-Nya setiap saat. Pergilah....Tuhanmu sedang menantimu, kawan!


Selamat beraktivitas para sahabat.....Tuhan memberkatimu.


Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Duc in Altum***


Source : Fans Of Iman Katolik

BUNDA GEREJA TIDAK PERNAH MENUTUP PINTU BAGI SETIAP ANAKNYA

Foto: BUNDA GEREJA TIDAK PERNAH MENUTUP PINTU BAGI SETIAP ANAKNYA

Gereja sebagai bunda sekali lagi menjadi tema yang dipilih oleh Paus Fransiskus untuk katekese  pada audiensi umum hari Rabu ini. "Saya sangat suka penggambaran ini, karena tampaknya bagi saya bahwa penggambaran memberitahu kita untuk tidak hanya bagaimana Gereja tersebut, tetapi juga menunjukkan kepada kita wajah Gereja, ini Gereja kita, harus semakin menunjukkan", paparnya.

Paus memulai dengan mempertimbangkan apa yang seorang ibu lakukan untuk anak-anaknya. Pertama-tama, "dia mengajar kita bagaimana melanjutkan hidup ... dia berorientasi kita, dia selalu berusaha untuk menunjukkan kepada kita jalan yang benar dalam hidup untuk tumbuh dan menjadi dewasa. Dan dia melakukan ini dengan kelembutan, dengan kasih sayang, dengan cinta kasih, selalu - bahkan ketika dia mencoba untuk memperbaiki jalan kita karena kita sedikit kehilangan arah kita  atau mengambil jalan yang mungkin menyebabkan kita jatuh ".

"Gereja berbuat demikian: dia berorientasi pada hidup kita, dia menawarkan kita petunjuk bagaimana untuk berjalan di jalan yang benar. Pikirkan Sepuluh Perintah Allah : yang menunjukkan kita jalan untuk mengikuti jika kita matang, memperbaiki arah dalam perilaku kita. Dan ini merupakan buah dari kelembutan, dari kasih besar yang Allah berikan kepada kita. Anda mungkin berkata kepada saya: tapi  Perintah Allah ini! adalah daftar perintah yang negatif! Saya ingin mengajak Anda untuk membacanya, ... dan kemudian berpikir tentang hal tersebut secara positif. Anda akan melihat bahwa perintah-perinyah tersebut menyangkut cara kita berperilaku terhadap Allah, terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain, seperti seorang ibu mengajarkan kita bagaimana untuk hidup dengan baik. Perintah-perintah tersebut mengingatkan kita untuk tidak membuat berhala materi untuk diri kita sendiri, yang kemudian mengubah kita menjadi budak, untuk mengingat Allah, untuk menghormati orang tua kita, untuk jujur, untuk menghormati orang lain ... Cobalah untuk melihat perintah-perintah dengan cara ini dan menganggap perintah-perintah seolah itu semua  adalah kata-kata dan ajaran ibu yang diberikan kepada kita untuk memilih jalan yang benar dalam hidup. Seorang ibu tidak pernah mengajarkan sesuatu yang buruk, ia hanya menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya, dan demikian pula Gereja ".

Kedua, "ketika seorang anak tumbuh dan menjadi dewasa ... dan memikul tanggung jawabnya ... dia melakukan apa dia inginkan, dan pada saat itu dia mungkin menyimpang jauh dari jalan. ... Seorang ibu selalu, dalam setiap situasi, memiliki kesabaran untuk terus menemani anaknya. Dia berseangat oleh kekuatan kasih ... dan bahkan ketika [anak-anaknya] membuat kesalahan, dia selalu menemukan cara memahami mereka ... untuk membantu mereka. Kita mengatakan bahwa seorang ibu 'berdiri dan dianggap'  bagi anak-anaknya, yaitu, dia selalu berusaha untuk membela mereka ".

"Gereja juga sama: gereja adalah seorang ibu yang penyayang dan mengerti, yang selalu mencoba untuk membantu, memberi dorongan bahkan ketika anak-anaknya telah berbuat kesalahan atau terus melakukannya. Bunda gereja tidak pernah menutup pintu bagi umatnya, Bunda Gereja tidak menghakimi, tetapi menawarkan pengampunan Allah, Bunda Gereja menawarkan kasihnya untuk mengundar anak-anaknya untuk kemnbali ke jalan yang benar bahkan meski anak-anaknya telah jatuh pada jurang dosa yang sangat dalam. Gereja tidak pernah takut dan ragu untuk masuk ke dalam kegelapan umatnya dalam upaya memberikan pengharapan pada mereka; gereja tidak gentar untuk masuk kedalam gelap malamnya kita ketika jiwa dan hati nurani kita deikelilingi oleh kegelapan, memberikan kita harapan! karena gereja adalah bunda kita. 

Akhirnya, "seorang ibu juga tahu bagaimana cara bertanya, untuk mengetuk setiap pintu anak-anaknya, tanpa perhitungan kecuali dengan kasih. Dan saya berpikir bagaimana ibu tahu, sebagian besar dari semua, bagaimana mengetuk pintu Allah! Ibu giat berdoa  untuk anak mereka sendiri, terutama bagi mereka ... yang paling membutuhkan, yang hidupnya telah mengambil jalan yang berbahaya atau keliru. ..... Gereja berbuat demikian: melalui doa, ia menempatkan kehidupan semua anak-anaknya di tangan Tuhan. Marilah kita percaya pada kekuatan doa dari Bunda Gereja: Tuhan tidak pernah  acuh tak acuh. Tuhan selalu tahu bagaimana mencengangkan kita saat kita ragu terhadap diri kita. Bunda Gereja tahu tentang itu. 

"Jadi, ini adalah pikiran saya ingin untuk berbagi dengan Anda hari ini: kita lihat dalam Gereja ibu yang baik yang menunjukkan jalan untuk berjalan di dalam kehidupan, yang selalu sabar, berbelaskasihan dan ppengertian, dan tahu bagaimana menempatkan kita dalam tangan Allah".

Sumber: Vatican Information Service

Disadur bebas oleh :

~Dv

BUNDA GEREJA TIDAK PERNAH MENUTUP PINTU BAGI SETIAP ANAKNYA

Gereja sebagai bunda sekali lagi menjadi tema yang dipilih oleh Paus Fransiskus untuk katekese pada audiensi umum hari Rabu ini. "Saya sangat suka penggambaran ini, karena tampaknya bagi saya bahwa penggambaran memberitahu kita untuk tidak hanya bagaimana Gereja tersebut, tetapi juga menunjukkan kepada kita wajah Gereja, ini Gereja kita, harus semakin menunjukkan", paparnya.

Paus memulai dengan mempertimbangkan apa yang seorang ibu lakukan untuk anak-anaknya. Pertama-tama, "dia mengajar kita bagaimana melanjutkan hidup ... dia berorientasi kita, dia selalu berusaha untuk menunjukkan kepada kita jalan yang benar dalam hidup untuk tumbuh dan menjadi dewasa. Dan dia melakukan ini dengan kelembutan, dengan kasih sayang, dengan cinta kasih, selalu - bahkan ketika dia mencoba untuk memperbaiki jalan kita karena kita sedikit kehilangan arah kita atau mengambil jalan yang mungkin menyebabkan kita jatuh ".

"Gereja berbuat demikian: dia berorientasi pada hidup kita, dia menawarkan kita petunjuk bagaimana untuk berjalan di jalan yang benar. Pikirkan Sepuluh Perintah Allah : yang menunjukkan kita jalan untuk mengikuti jika kita matang, memperbaiki arah dalam perilaku kita. Dan ini merupakan buah dari kelembutan, dari kasih besar yang Allah berikan kepada kita. Anda mungkin berkata kepada saya: tapi Perintah Allah ini! adalah daftar perintah yang negatif! Saya ingin mengajak Anda untuk membacanya, ... dan kemudian berpikir tentang hal tersebut secara positif. Anda akan melihat bahwa perintah-perinyah tersebut menyangkut cara kita berperilaku terhadap Allah, terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain, seperti seorang ibu mengajarkan kita bagaimana untuk hidup dengan baik. Perintah-perintah tersebut mengingatkan kita untuk tidak membuat berhala materi untuk diri kita sendiri, yang kemudian mengubah kita menjadi budak, untuk mengingat Allah, untuk menghormati orang tua kita, untuk jujur, untuk menghormati orang lain ... Cobalah untuk melihat perintah-perintah dengan cara ini dan menganggap perintah-perintah seolah itu semua adalah kata-kata dan ajaran ibu yang diberikan kepada kita untuk memilih jalan yang benar dalam hidup. Seorang ibu tidak pernah mengajarkan sesuatu yang buruk, ia hanya menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya, dan demikian pula Gereja ".

Kedua, "ketika seorang anak tumbuh dan menjadi dewasa ... dan memikul tanggung jawabnya ... dia melakukan apa dia inginkan, dan pada saat itu dia mungkin menyimpang jauh dari jalan. ... Seorang ibu selalu, dalam setiap situasi, memiliki kesabaran untuk terus menemani anaknya. Dia berseangat oleh kekuatan kasih ... dan bahkan ketika [anak-anaknya] membuat kesalahan, dia selalu menemukan cara memahami mereka ... untuk membantu mereka. Kita mengatakan bahwa seorang ibu 'berdiri dan dianggap' bagi anak-anaknya, yaitu, dia selalu berusaha untuk membela mereka ".

"Gereja juga sama: gereja adalah seorang ibu yang penyayang dan mengerti, yang selalu mencoba untuk membantu, memberi dorongan bahkan ketika anak-anaknya telah berbuat kesalahan atau terus melakukannya. Bunda gereja tidak pernah menutup pintu bagi umatnya, Bunda Gereja tidak menghakimi, tetapi menawarkan pengampunan Allah, Bunda Gereja menawarkan kasihnya untuk mengundar anak-anaknya untuk kemnbali ke jalan yang benar bahkan meski anak-anaknya telah jatuh pada jurang dosa yang sangat dalam. Gereja tidak pernah takut dan ragu untuk masuk ke dalam kegelapan umatnya dalam upaya memberikan pengharapan pada mereka; gereja tidak gentar untuk masuk kedalam gelap malamnya kita ketika jiwa dan hati nurani kita deikelilingi oleh kegelapan, memberikan kita harapan! karena gereja adalah bunda kita.

Akhirnya, "seorang ibu juga tahu bagaimana cara bertanya, untuk mengetuk setiap pintu anak-anaknya, tanpa perhitungan kecuali dengan kasih. Dan saya berpikir bagaimana ibu tahu, sebagian besar dari semua, bagaimana mengetuk pintu Allah! Ibu giat berdoa untuk anak mereka sendiri, terutama bagi mereka ... yang paling membutuhkan, yang hidupnya telah mengambil jalan yang berbahaya atau keliru. ..... Gereja berbuat demikian: melalui doa, ia menempatkan kehidupan semua anak-anaknya di tangan Tuhan. Marilah kita percaya pada kekuatan doa dari Bunda Gereja: Tuhan tidak pernah acuh tak acuh. Tuhan selalu tahu bagaimana mencengangkan kita saat kita ragu terhadap diri kita. Bunda Gereja tahu tentang itu.

"Jadi, ini adalah pikiran saya ingin untuk berbagi dengan Anda hari ini: kita lihat dalam Gereja ibu yang baik yang menunjukkan jalan untuk berjalan di dalam kehidupan, yang selalu sabar, berbelaskasihan dan ppengertian, dan tahu bagaimana menempatkan kita dalam tangan Allah".

Sumber: Vatican Information Service

Disadur bebas oleh :

~Dv


Source : FB Fans Of Iman Katolik.

Tuesday, September 17, 2013

"MEREKA KEMBALI KARENA EKARISTI KUDUS"(Sapaan seorang Pastor kepada saudara-saudaranya para PASTOR)



"MEREKA KEMBALI KARENA EKARISTI KUDUS"


Beberapa hari ini aku meluangkan waktu untuk membaca kisah-kisah perjalanan orang-orang Katolik, yang meninggalkan Gereja Katolik - melanglang buana mencari jajan yang lebih enak di berbagai tempat, tapi akhirnya menyadari bahwa makanan sang ibu kandung adalah yang terbaik walaupun tersaji dalam bentuk yang sederhana dengan rasa yang biasa saja...biasa masakan ala kampung. Tapi, sadarkah engkau bahwa makanan sederhana Bunda Gereja itu adalah EKARISTI KUDUS? Kehadiran Yesus yang diterima lewat Ekaristi Kudus menjadi moment masa kecil yang tak terlupakan sepanjang hayat, dan inilah alasan utama mengapa mereka kembali ke pangkuan Bunda Gereja Katolik.


Karena itu, bila umat tidak menyadari akan kehadiran nyata Yesus dalam Ekaristi kudus, bila orang tua dan guru-guru Katolik tidak memberikan pengetahuan iman yang luar biasa ini kepada anak-anak Katolik, maka salah dan dosa siapa bila mereka tidak akan mengenang lagi saat terindah itu sebagai alasan untuk kembali ke pangkuan Bunda Gereja Katolik yang kita cintai?


Namun, satu hal yang kusadari sebagai seorang imam, yakni ketika aku tidak merayakan Ekaristi Kudus dengan tata liturgi yang dianjurkan oleh Bunda Gereja; ketika aku sendiri sebagai seorang imam tidak menyadari akan Kehadiran nyata Yesus di dalam Ekaristi sehingga merayakannya tanpa sebuah penghayatan yang sungguh, yang membuat umat tidak merasakan kehadiran Kristus di dalam Ekaristi Kudus maka penyebab utama kepergian umatku adalah aku sebagai imammu, dan mungkin juga akulah yang menjadi alasan mengapa mereka tidak kembali ke pangkuan Bunda Gereja Katolik. Oh, Tuhan..jangan biarkan ini terjadi padaku sebagai imammu, yang Kau percayakan untuk mengubah roti dan anggur menjadi "Tubuh dan Darah-Mu di dalam tanganku."


Sejenak aku teringat akan kata-kata Bunda Maria kepada Catalina:

Santa Perawan, dengan tangan-tangannya terkatup dalam doa, memandang dengan penuh perhatian dan hormat kepada selebran.
Ia berbicara kepadaku dari sana, tetapi tanpa suara, langsung ke hatiku, tanpa memandangku:

“Aneh bagimu melihatku sedikit di belakang Monsignor, bukankah begitu? Demikianlah seharusnya…. Sekalipun begitu besar kasih Putra-Ku kepadaku, Ia tidak memberiku martabat seperti yang Ia berikan kepada seorang imam, yakni dapat mendatangkan Putraku dalam tangan-tanganku setiap hari, seperti yang dilakukan tangan-tangan imamatnya. Karena itulah, aku merasakan hormat mendalam bagi seorang imam dan bagi segala mukjizat yang Tuhan selenggarakan melalui seorang imam, yang membuatku berlutut di sini.”

Ya Tuhan-ku, betapa martabat, betapa rahmat yang Tuhan limpahkan atas jiwa-jiwa imamat. Dan kita, bahkan mungkin sebagian dari mereka, tidak menyadarinya.


Kawan....
Engkau dan aku belum terlambat untuk menyakinkan kembali umat kita tentang KEHADIRAN NYATA KRISTUS dalam EKARISTI KUDUS. Biarlah setiap umat selalu mempunyai kerinduan yang mendalam terhadap Ekaristi Kudus yang kita rayakan setiap saat di dalam Gereja Katolik, di mana pun kita merayakannya.


Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,


***Rinnong***




Source : FB Rm Inno Ngutra,Pr

Monday, September 16, 2013

KISAH PERJALANAN ROSALIND MOSS KE DALAM GEREJA KATOLIK

Foto: KISAH PERJALANAN ROSALIND MOSS KE DALAM GEREJA KATOLIK

Sapaan seorang sahabat kepada para sahabatnya:

Kata-kata ini sungguh mempunyai daya kekuatan bagi setiap telinga yang mendengarnya: "Maria, ibu Yesus dan Sr. Rosalind Moss adalah dua gadis Yahudi yang memberi sesuatu kepada Tuhan mereka dengan cara yang berbeda."(Tentunya kita tidak bisa membandingkan keduanya dalam apa yang mereka berikan dalam karya keselamatan Allah tapi dari latar belakang bangsa/agama Yahudi mereka). Yahudi bagaikan ulat (caterpillar)  dan Katolik adalah kupu-kupunya (Butterfly)."

Bagaiman kisah perpindahan Rosalind Moss ke dalam Gereja Katolik? Bacalah kisah berikut ini:


SUSTER ROSALIND MOSS: 
(Mantan YAHUDI dan Evangelis PROTESTAN)
 

RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Aku bertumbuh dalam tradisi Yahudi. Kuteringat akan sebuah perasaan special di dalam masa kecilku bahwa hanya satu Allah dan kami adalah umat-Nya. Akan tetapi karena kami berada di luar Negara dan tradisi Yahudi, maka saudaraku David, telah menjadi seorang Ateis, dan aku, mungkin akan menjadi seorang agnostik.

Suatu waktu aku mengunjungi David, saudaraku. Dalam percakapan selama kunjungan itu, David mengatakan kepadaku bahwa dia telah membaca sebuah artikel yang menceritakan tentang bagaimana orang-orang Yahudi, yang hidup di dunia sekarang ini, telah percaya bahwa Yesus adalah Mesias untuk orang Yahudi, sementara kita yang lain masih menunggu kedatangan-Nya sesuai ajaran kita orang Yahudi. Aku sangat terkejut ketika mendengar itu. Aku berpikir kembali tentang semua tahun yang telah kulewati ketika kami duduk makan bersama dalam Paskah orang Yahudi sambil berharap bahwa Mesias akan datang segera, bahwa kami tahu Dialah saatu-satunya harapan kami. Dan sekarang David mengatakan kepadaku bahwa ada banyak orang Yahudi yang telah percaya bahwa Mesias sudah datang?

Lalu, aku berkata kepada David; Maksudmu bahwa orang-orang Yahudi itu telah percaya bahwa Mesias sudah datang ke bumi? Tapi, kenyataannya dunia tak berubah. Dan Dia telah meninggalkan kita semua?”


PERTEMUAN DENGAN ORANG-ORANG YAHUDI YANG PERCAYA KEPADA KRISTUS

Dalam rentang waktu 3 bulan setelah percakapanku dengan David, Aku pindah ke California dan bertemu dengan beberapa orang Yahudi yang telah percaya pada Kristus. Mereka tidak hanya percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, tetapi bahwa Dia adalah Allah yang telah datang ke dunia! Bagaimana mungkin mereka sampai pada kesimpulan dan kepercayaan seperti itu. Bagaimana mungkin seorang MANUSIA menjadi ALLAH? Bagaimana Anda bisa memandang Allah dan tetap masih hidup? Demikian kataku menenatang mereka, yang sesuai dengan ajaran agama Yahudiku.

Hidup dapat berubah dalam semalam; Aku berada bersama sebuah group orang-orang Yahudi yang telah percaya pada Kristus, semua orang Kristen – Protestan Evangelis. Mereka berkata kepadaku bahwa Allah telah menebus kita dengan Darah-nya dan mengampuni dosa-dosa kita – Mereka menjelaskan kepadaku bagaimana dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yang menggambarkan tentang anak domba yang dikorbankan untuk menghapus dosa-dosa orang Yahudi, kini telah digantikan dan terpenuhi dalam Diri Yesus, Sang Almasih.

Jika itu adalah anak domba; itu harus anak domba jantan, berumur 1 tahun, dan harus sehat (tak bercacat dan tak bernoda). Walaupun ini hanya sebuah symbol tapi kami, Orang Yahudi percaya bahwa dengannya dosa-dosa kami dihapus oleh Yahweh. Darah anak domba yang diperciki di altar sebagai korban persembahan kepada Allah akan menghapus dosa-dosa umat, lebih khusus dia yang berdosa, yang karenanya imam mempersembahkan korban itu anak domba itu.
Aku mengerti mengapa Allah memintah binatang yang tak bercacat dan tak bernoda untuk penghapusan dosa-dosa kami. Ini sungguh mendatangkan ketertarikan bagiku bahwa dosa tidak berarti di mata Allah setelah korban diberikan. Orang-orang percaya ini menjelaskan bahwa binatang-binatang korban itu hanyalah sementara, dan bahwa tindakan itu akan diulangi kembali, dan bahwa binatang-binatang ini tidak sempurna dalam dirinya. Semuanya harus mengarah kepada YANG SATU, yang menjadi SATU-SATUnya yang akan datang suatu hari, yang akan berkorban bukan hanya untuk dirinya atau seorang manusia saja, tapi untuk dosa seluruh dunia dari segala zaman.

Dan semua tradisi Yahudi itu dipenuhi dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, di mana binatang korban untuk silih dosa-dosa itu terpenuhi dalam Diri Yesus seperti yang dikatakan oleh Penginjil Yohanes; “Ketika Yesus datang dan Yohanes Pembaptis melihat-Nya, ia berkata; Lihatlah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia.”(Yoh 1:29) Anak Domba Allah, satu-satunya yang telah berkorban sekali untuk semua seperti yang dikisahkan dalam Perjanjian Lama.

Aku tidak dengan mudah percaya pada apa yang telah samar-samar mulai kumengerti. Problem terbesar di pikiranku adalah TIDAK MUNGKIN SEORANG MANUSIA MENJADI ALLAH. Akan tetapi aku menyadari bahwa malam itu bahwa jika Allah Ada, maka ALLAH DAPAT MENJADI MANUSIA. Allah dapat menjadi segalanya dan menjadi sesuatu yang Dia  inginkan untuk menjadi. Aku tidak sedang mengatakan bagaimana sesuatu menjadi Allah. Itu bukan maksudku.

Tidak membutuhkan waktu yang panjang dan lama setelah itu, di mana aku memberi hidupku untuk Kristus. Allah mengubah hidupku dalam semalam. Aku tahu jika sesuatu tentang evangelis, atau Protestan secara umum, namun tidak mendetail. Aku menjadi seorang Kristen. Aku memiliki relasi khusus dengan Allah untuk semua dan untuk segala yang hidup. Aku ingin mengambil sebuah megafon dan berteriak keras-keras kepada dunia bahwa Allah Ada dan bahwa semua orang harus tahu tentang Dia.



PANDANGAN GEREJA KATOLIK

Pelajaran pertamaku tentang  Kitab Suci sebagai seorang Kristen diberikan oleh seorang mantan Katolik, yang kemudian aku kenal sebagai MANTAN PASTOR. Dengan demikian, aku belajar dari awal bahwa Gereja Katolik adalah sebuah aliran pemuja berhala, sebuah system keagamaan yang salah, yang telah dan sedang memimpin jutaan orang kepada kesesatan. Selama setahun, aku menentang Gereja Katolik karena pengetahuan itu, mencoba untuk menolong orang-orang Katolik yang telah salah, bahkan semua orang untuk keluar dari lingkaran Gereja Katolik yang menyesatkan itu, menuju kepada sebuah hubungan yang benar dengan Kristus melalui satu-satunya Kekristenan yang benar yakni tahu dan percaya dengan seluruh hati.
Kira-kita setahun berlalu ketika aku memberi diri kepada Kristus dan bahwa David mengatakan kepadaku bahwa dia pun telah percaya dan bahwa Kristus adalah Allah. Baginya, percaya berarti dia harus memberi hidupnya kepada Kristus. Tetapi dia sendiri belum siap untuk menyerahkan diri seluruhnya kepada salah satu gereja/denominasi pada saat itu.

Meningkatnya jumlah denominasi Protestan dan bertumbuhnya beragam kelompok Protestan di hadapan David, yang datang dengan ajaran mereka masing-masing bahwa Kristus telah mendirikan Gereja-Nya di dalam dan di atas kelompok mereka semakin membuatnya bingung untuk menjatuhkan pilihan. David, Lalu, bertanya; dimana kesatuan seperti yang didoakan oleh Yesus? Bagaimana mungkin setiap kelompok mengklaim bahwa ajaran dan gereja merekalah yang benar, dituntun oleh Roh Kudus, tetapi hadir di hadapan David dengan menawarkan begitu banyak interpretasi yang berbeda tentang Kitab Suci, yang satu dan sama?

Hal ini sungguh menjadi perhatian serius David, yang menuntunnya untuk belajar memperdalam Gereja Katolik dengan ajaran-ajarannya. Aku sangat menyayangkan dan merasa sangat mengerikan dengan apa yang sedang dijalani oleh David. BAGAIMANA MUNGKIN IA MAU MENJADI SEORANG KRISTEN YANG SEJATI TAPI IA TERTATIK KADAPA KATOLIK? Demikian, kata hatiku.

Saat itu Natal tahun 1978 ketika aku mengunjungi lagi David. Dia mengajakku untuk pertama kalinya bertemu dengan seorang biarawan yang darinya dia telah belajar dan yang kuyakini bahwa dia adalah seorang utusan iblis yang sedang menuntun David, saudaraku menuju kesesatan/kebinasaan.

Aku duduk dengan perasaan tidak bahagia selama misa berlangsung dan diam selama perjalanan pulang ke rumah David dari biara itu. Dan, akhirnya aku membuka percakapan dan bertanya kepada David; “Gereja itu seperti sebuah Synagoge, tetapi bedanya bahwa di sana ADA KRISTUS.”

David menjawabku: “Itu benar!”

Aku mencelahnya; “Tidak David…Anda salah!”

Kristus adalah kepenuhan hukum. Aku memberi alasan; Semua ritual dan segala aturannya harus disingkirkan dalam iman seorang Kristen yang benar. Aku merasa sangat terpukul di dalam hati dan jiwaku dan bertanya, bagaimana mungkin David telah jatuh semakin dalam dan jatuh ke dalam sebuah kesalahan seperti itu?

Apakah David benar-benar berada dalam sebuah kebingungan yang mencekam? Apakah dia mengerti bahwa semua ritual dalam liturgi harus ditanggalkan karena percaya pada Kristus?

David menjadi seorang Katolik pada tahun 1979. Percakapan kami lewat telepon antara California dan New York sangat mahal pada tahun itu dan tahun-tahun setelahnya. Semakin ia mendalami kepercayaan Katolik yang aku pikir adalah ajaran sesat, semakin juga aku semakin berjuang untuk menyakinkannya akan iman Kristen yang benar dari latar belakang ajaran Protestan Evangelisku.



LULUS SEKOLAH DAN PELAYANAN BARU

Setelah menyelesaikan studi Kitab Suci pada institute di gerejaku, Aku melanjutkan ke program masteral pada Seminari Teologi Talbot di La Mirada, California, sambil melayani sebagai kapelan wanita di penjara di Lancaster, California. Keinginan terbesarku selama studi masteral adalah menjadi staff sebuah gereja lokal, yang secara khusus mengajar para wanita, membantu mereka untuk bertumbuh secara benar sebagai keluarga Kristen sesuai dengan Kitab Suci.

Allah yang memberikan kita keinginan di dalam hati adalah Allah yang sama yang membawa kita untuk menghasilkan buah-buah dalam Roh.
Setelah menyelesaikan studi di Talbot pada bulan Mei tahun 1990, aku dipanggil untuk menjadi staf Persahabatan Evangelis Gereja di Orange County, California sebagai direktur pelayanan wanita.

Dalam masa transisi  pelayanan sebagai kapelan penjara kepada pelayanan di gereja lokal, aku mempunyai kesempatan untuk mengunjungi David, saudaraku di New York.  Itu terjadi pada tahun 1990. Dalam sebuah percakapan yang panjang dan melelahkan, David bertanya kepadaku; “MENGAPA PARA EVANGELIST SEPERTINYA TIDAK INGIN BEKERJA UNTUK PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN? Bukankah Yesus telah berdoa agar SEMUANYA AKAN MENJADI SATU?”
Aku menjawabnya; “Benar, Yesus berdoa agar kita kelak menjadi satu, sama seperti Dia dan Bapa-Nya adalah Satu…tetapi bukan pada kenyataan seperti yang kita bayangkan di dunia ini.

Dengan jawaban itu, David meneruskan pertanyaannya kepadaku, jika saya pernah melihat dan membaca sebuah majalah yang telah disebarkan di seluruh Amerika dengan judul; “DI ATAS BATU KARANG INI, yang digambarkan sebagai GEREJA KATOLIK,” demikian tulisa Majalah apologetik Katolik itu.  Aku tidak bisa menangkap maksud dua kata itu yang dipadukan dan saling melengkapi. Aku tak pernah tahu bahwa Katolik telah memiliki sebuah sikap untuk mempertahankan dan membela iman mereka – Tidak ada orang Katolik yang pernah berbicara denganku tentang Injil. Lebih dari itu, aku tidak pernah tahu bahwa orang-orang Katolik menaruh perhatian yang serius bahwa setiap orang di luar kelompok mereka harus mengetahui kebenaran ini. Aku lalu mengambil Majalah itu dan membawanya ke California karena keinginan tahuanku dan juga karena penghargaan terhadap orang lain bahwa sesuatu dari mereka harus juga diketahui oleh orang lain, sekurang-kurangnya, percaya adalah kunci kehidupan – bahkan jika mereka salah. Di dalam Majalah yang sama masih kutemukan judul tulisan: “SEORANG PENDETA PRESBITERIAN MENJADI KATOLIK.”
Tidak ada jalan lain, aku menyakinkan diriku. Aku tidak pusing dengan apa yang dia katakan tentang semuan cerita perpindahannya ke Katolik. Bagiku, pelayan Presbiterian ini telah mengambil jalan yang salah. Ia telah meninggalkan kekristenan sejati dan berpindah menjadi pemuja berhala yakni sebagai anggota Gereja Katolik.

Aku lalu memesan empat serial dari Majalah itu yang menceritakan tentang kisah mantan Pendeta Presbiterian (YANG TIDAK LAIN ADALAH “SCOTT HAHN). Termasuk juga dua bagian debatnya dengan seorang Profesor dari Seminari Teologi Westminster tentang topik pembenaran (HANYA IMAN SAJA yang dipertentangkan dengan IMAN DAN PERBUATAN) dan MAGISTERIUM (KITAB SUCI SAJA yang dipertentangkan dengan KITAB SUCI DAN TRADISI). Kesimpulan Scott Hahn yang dirangkai dengan sejarah awal Kekristenan (Gereja Katolik) yang ditampilkan sebagai sebuah tantangan berarti dalam dunia Kekristenan dewasa ini sungguh mendatangkan kekaguman bagiku.
Bagi semua yang akan mengeritik Gereja Katolik dan menghakiminya dengan bukti-buktinya, Scott Hahn berkata bahwa, mereka akan tiba pada sebuah moment yang disebut “KEGONCANGAN SUCI dan SESUATU YANG MENGAGUMKAN” di mana Anda akan menemukan bahwa Gereja yang telah berjuang mempertahankan kekristenan sejak awal terhadap serangan orang lain, adalah GEREJA KATOLIK, GEREJA YANG DIDIRIKAN OLEH YESUS SENDIRI DI ATAS BUMI INI.

“KEGONCANGAN SUCI” hanyalah serumpun kata untuk menggambarkan apa yang aku sedang alami pada saat itu. O, tidak, jangan katakan kepadaku bahwa di sana akan ada kebenaran tentang ini. Cara berpikir seperti ini telah memperlemah daya pikirku. Aku tidak dapat percaya bahwa aku sedang berpikir. Dan situasi ini mendatangiku pada saat yang aku sendiri tidak inginkan, yakni  dalam rentang dua Minggu ke depan aku akan memulai pelayanan di sebuah gereja baru.



PERTANYAAN YANG TIDAK DIHARAPKAN

Aku membaca kembali pernyataan dokrin dari Kelompok Pesahabatan denominasi yang akan segera aku pimpin. Termasuk juga sejarah pendirinya, George Fox, yang bertobat secara dramatis pada aba ke-17 dengan sebuah perasaan cinta yang mendalam untuk Allah. Dalam keinginannya bahwa Allah akan disembah di dalam Roh dan Kebenaran, Fox hanya mengizinkan adanya dua sakramen,  yang telah ditinggalkan oleh Martin Luther yakni BAPTIS DAN EKARISTI – bahwa iman memainkan peranan penting dalam bahan anggur, roti, dan air lebih daripada  iman akan Allah yang seharusnya diutamakan.

Aku sangat mencintai keinginan terdalam George Fox, tetapi aku percaya bahwa dia telah salah. Sakramen Baptis dan Ekaristi adalah perintah Kitab Suci, meskipun aku percaya bahwa mereka (kedua sakramen) itu hanyalah simbol belaka. Pemikiran ini telah membentuk dan mengurung aku; 

Sepanjang dua tahun berikutnya bersama dengan para staf di dalam kelompok yang kupimpin, aku memesan lagi beberapa buku dan berbagai artikel lain dari Majalah THIS ROCK, meskipun aku tidak begitu tertarik dengan segala sesuatu tentang Katolik namun aku tetap mengizinkan segala sesuatu tentang Katolik masuk ke dalam emailku. Ketika aku berkata kepada David tentang penemuanku, dia menantang aku untuk mendalami lagi tentang ajaran SOLA SCRIPTURA dengan berkata; “ROS, DI MANA KITAB SUCI MENGAJARKAN TENTANG SOLA SCRIPTURA?” Pertanyaan ini sungguh sangat menggangguku. Aku telah mendengar itu sebelumnya dan lebih memilih untuk menolak menjawabnya. Aku, lalu, menjawabnya, “Jika ENGKAU SUNGGUH MENGETAHUI KRISTUS, JIKA ENGKAU PERCAYA BAHWA KITAB SUCI ADALAH SABDA ALLAH, JIKA ROH KUDUS BEKERJA DI DALAM HIDUPMU, MENERANGIMU DAN MEYAKINKANMU AKAN SABDANYA KEPADAMU, maka ENGKAU BAHKAN TIDAK AKAN PERNAH MENGAJUKAN PERTANYAAN SEPERTI ITU.” MENGAPA ENGKAU MEMFOKUSKAN PERHATIAN PADA MAGISTERIUM YANG MENGKANONKAN KITAB SUCI LEBIH DARIPADA MENYERAHKAN DIRI DAN HIDUP SESUAI DENGAN KITAB SUCI itu sendiri?”

Dia mencoba untuk menyakinkanku bahwa dia percaya kepada Kitab Suci yang menjadi Sabda Allah, yang penuh inspirasi dan kuasa. Tapi, dia bertanya, “DIMANA KITAB SUCI MENGATAKAN ITU BAHWA HANYA KITAB SUCI SAJA SEBAGAI KUASA TERTINGGI?”Dan di mana Kitab suci, Sabda Allah mendefinisikan tentang hal itu?

Mencoba membenarkan diri, aku membuka dan membaca beberapa ayat Kitab Suci (2Tim 3:16-17, 2Ptr 1:20-21, dan ayat-ayat lainnya). Tetapi tidak ada satu pun yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Justru, sebaliknya ayat-ayat itu menyisakan pertanyaan susulan; “BAGAIMANA KITA TAHU BAHWA PERJANJIAN BARU ADALAH SEBUAH KITAB SUCI?” Ayat-ayat ini hanya merujuk pada Kitab Suci Perjanjian Lama, sementara Perjanjian Baru belum ditulis, sekurang-kurangnya seluruh Kitab.

Sebagaimana aku telah mendalami hal ini, aku telah masuk berhadapan muka dengan kenyataan bahwa Kitab Suci  TIDAK PERNAH MENGAJARKAN TENTANG “SOLA SCRIPTURA.” Tidak menemukan jawaban yang memuaskan tentang keasliannya dalam penelitianku, aku mulai bertanya kepada beberapa pendeta dan guru dan pemimpin kelompok Kitab Suci tentang pertanyaan yang sama seperti yang diajukan oleh David kepadaku. Tidak ada seorang pun yang mampu menjawabnya dari Kitab Suci. Setiap orang muncul dengan memberikan ayat-ayat yang sama seperti yang kuberikan kepada David dalam diskusi kami, yang mana tidak ada satu ayat pun yang mengajarkan tentang “Sola Scriptura,” sebagai kuasa tertinggi dalam iman.
Ayat-ayat ini sungguh membuatku terbebani pada saat itu, yang tak pernah datang dalam memori setiap orang. Bagaimana pun, ini sesuatu yang mengagumkan, aku pikir. KITA SEDANG MENGAJARKAN TENTANG AJARAN BAHWA HANYA KITAB SUCI SAJA, SEMENTARA KITAB SUCI SENDIRI TIDAK PERNAH MENGAJARKAN TENTANG ITU.” Ini mengatakan kepadaku bahwa PARA EVANGELIS MENGAJAR SESUATU YANG SEBENARNYA TIDAK PERNAH DIAJARKAN OLEH KITAB SUCI ITU SENDIRI. Sesuatu sedang salah, pikirku. JIKA KITA SALAH TENTANG HAL INI, BUKANKAH AKAN MENJADI SALAH ATAU BUTA TENTANG AJARAN LAINNYA?”Demikian kataku dalam hati.

Bagaimana dengan semuanya ini? Aku berpikir, bahwa Protestan menerima kanonisasi Kitab Suci – percaya bahwa Allah, yang menginspirasikan Kitab Suci, juga dipimpin oleh Roh Kudus, yang telah memilih manusia dari abad ke-4 dan ke-5 untuk memilih dan membeda mana yang Kitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan mana yang tidak, sementara kita orang Protestan sekarang menolak apa yang telah diajarkan oleh Gereja sejak awal tentang EKARISTI, BAPTISAN, SUKSESI APOSTOLIK dan banyak lagi yang lain? Selanjutnya, tidak hanya ribuan tahun sebelum Kitab Suci dicetak dan dibagikan kepada umat, tetapi selama berabad-abad Kitab Suci telah menjadi penting dalam sejarah Kekristenan itu sendiri. Lalu, sekarang kita, orang Protestan mengajarkan sesuatu yang lain untuk membenarkan diri dan ajaran kita masing-masing?

Lagi, bagaimana terjadi bahwa setelah 500 tahun sejak Reformasi, dengan Kitab Suci di tangan dan dicetak dalam berbagai bahasa telah MENGHASILKAN RIBUAN DENOMINASI, YANG MASING—MASING BERBEDA DALAM AJARAN DAN PENAFSIRANNYA PADAHAL SEMUA MENDASARKANNYA PADA KITAB SUCI?



MENEMUKAN KEBENARAN IMAN KATOLIK

Aku mulai membaca semua yang dapat kubaca, di mana pun aku berada mendapatkannya, sampai aku mengetahuinya setelah dua tahun bahwa aku perlu meninggalkan gerejaku di California dan mengabdikan diriku pada pencarian di luar sana, apa yang sebenarnya Gereja Katolik ajarkan tentang kebenaran, tentang apa yang seharusnya benar dalam iman. Aku berpindah ke New York dan mulai  belajar tentang semuanya secara intensif selama dua setengah tahun. Untuk beberapa bulan, aku membaca setiap karya atau buku dari para pendeta Protestan yang bertentangan atau melawan ajaran Gereja Katolik. AKu ingin mengetahui apa yang sebenarnya yang ditolak atau ditentang oleh kaum Protestan terhadap atau dari Gereja Katolik.

Terhadap kekecewaanku yang sangat dalam, aku menemukan bahwa para penulis, untuk hampir semua bagian dari tulisan mereka, SELALU MENENTANG SESUATU YANG LAIN, YANG TIDAK DIIMANI (DIAJARKAN) OLEH GEREJA KATOLIK atau SESUATU YANG BUKAN IMAN KATOLIK. Mereka semua menentang apa yang mereka pikir bahwa itu dipikirkan (diimani) oleh Gereja Katolik, dan itu menampakkan ketidakmengertian mereka tentang iman Katolik. Ungkapan Uskup Agung FULTON SHEEN semakin menyakinkanku tentang kesalahan para teolog Protestan dan pengeritik Gereja Katolik yakni: “TIDAK LEBIH DARI SERATUS ORANG DI AMERIKA YANG MEMBENCI GEREJA KATOLIK. BAGAIMANA PUN, ADA RIBUAN DI SANA, YANG MEMBENCI APA YANG MEREKA SENDIRI PERCAYA SECARA SALAH ADA DI DALAM GEREJA KATOLIK.”

Setiap penemuan tentang ajaran Gereja Katolik di California menuntunku untuk membeda dan menilai banyaknya ajaran para Evangelis yang tersebar saat itu. Dan, dengan setiap pemikiran yang menarikku semakin dekat kepada Gereja Katolik, sebuah perasaan yang mematikan, menjerit di dalam batinku karena aku akan meninggalkan semua jemaatku di California, sebuah komunitas Kristen yang telah membentuk iman kekristenanku, dan yang sangat kucintai selama 18 tahun sampai saat itu.

Jawabanku pada waktu itu sangat sederhana; “Itulah apa yang harus kuperjuangkan untuk kutemukan dalam perjalanan imanku.”
Setahun setelah itu, sejujurnya aku katakan: TIDAK, SAYA TIDAK AKAN MENJADI SEORANG KATOLIK, TETAPI APAKAH AKU HARUS TETAP MENJADI SEORANG EVANGELIS PROTESTAN?” Aku telah menjadi seorang Kristen dengan sebuah rumah yang nyaman, komunitas gereja lokalku di California. Aku tidak dapat membayangkan bahwa aku akan dan harus menjadi seorang Katolik, tetapi apakah, lalu, aku harus tetap menjadi seorang Evangelis, tempat dari mana aku telah datang dan harus meninggalkannya karena penemuan kebenaran yang baru di dalam Gereja Katolik?

Ada 3 buku yang secara radikal sangat membantuku sepanjang perjalanan imanku, yakni; Karya Kardinal John Henry Newman.,: Essay on the Development of Christian Doctrine; Dietrich von Hildebrand., “Liturgy and Personality,” dan dari Karl Adam., The Spirit of Catholism.” Semakain aku membacanya, semakin aku mulai merasakan sebuah keindahan, sebuah kedalaman, sebuah kepenuhan karya Allah untuk Gereja-Nya dibalik semua yang telah aku ketahui.



MENGHADIRI MISA UNTUK PERTAMA KALINYA.

Pada suatu hari Minggu, sembari aku duduk di bangku paling belakang di dalam sebuah gereja Katolik di California yang mana menjadi paroki pertama yang aku kunjungi sebagai seorang Protestan, aku mendengar kata-kata Pastor dalam Misa itu yang sebelumnya tak pernah kudengar dari orang-orang Katolik. Pada bagian kesimpulan dari pesan Injil hari itu, beliau berkata kepada umat yang hadir, ”KITA PERLU MEWARTAKAN KEPADA SELURUH DUNIA.” Hatiku bergetar dan jantungku berdetak kencang seakan membangunkanku dari tidur panjang. Inilah pertama kali aku mendengar sebuah kotbah yang penuh wibawa dan kuasa dari Gereja Katolik.

Aku sangat terharu sampai meneteskan air mata. SEJAK AKU MENEMUKAN KRISTUS, APAKAH AKU TELAH HIDUP UNTUK MEWARTAKAN KRISTUS KEPADA ORANG LAIN?”Aku berpikir; “JIKA GEREJA KATOLIK BENAR, MENGAPA TIDAK ADA EVANGELIS KATOLIK? Pewartaan bukanlah sebuah tindakan yang hanya identik dengan Protestan. Menjadi seorang pewarta bukan harus  menjadi seorang utusan, tetapi bagaimana setiap orang berjuang untuk mewartakan kepada dunia KABAR GEMBIRA KRISTUS – bahwa ADA SEORANG PENYELAMAT YANG TELAH DATANG UNTUK PARA PENDOSA DAN TELAH MEMBERIKAN NYAWANYA KEPADA SEMUA ORANG YANG DATANG KEPADANYA.”

Aku bertemu seorang Pastor, Pst, James T. O’Connor, Pastor Paroki  Santo Yoseph Millbrook, New York, pada awal bulan Maret 1995. Dalam dua pertemuan kami, beliau sangat membantu menyakinkanku tentang beberapa kesulitan yang kuhadapi dalam iman Katolik, terutama tentang MISA dan keotentikan Gereja sebagai sakramen keselamatan. Aku menyadari kemudian setelah itu bahwa pertanyaan 3 tahun lalu belum terjawabkan pada saat itu.



KE PANGKUAN GEREJA KATOLIK

Pengertianku tentang Kitab Suci Perjanjian Baru tidak akan menuntunku untuk berpindah ke iman Katolik, tetapi pemahamanku sekarang akan menghantarku untuk memeluknya sebagai sebuah kebenaran yang sesuai dengan Kitab Suci, yang mana sebenarnya lebih sesuai dengan iman Protestan Evangelis. Semakin aku mengetahui itu, di hadirat Allah, aku sebenarnya harus masuk ke dalam Gereja Katolik, yang akhirnya terjadi pada Paskah tahun 1995. AKU DIPANGGIL KE RUMAH GEREJA KATOLIK.

Aku masih sedikit kaku. Aku merasa sepertinya aku sedang berada di hamparan samudra luas dan hanya mengetahui sedikit tentang bagaimana mendayung perahuku. Tetapi aku tahu bahwa itu benar. Itu bukan hanya perbedaan-perbedaan ajaran yang memisahkan Protestan Evangelis dari Katolik; Itu adalah satu keseluruhan cara memandang. Keseluruhan duniaku telah terbuka sekarang. Semua ciptaan telah dijadikan baru bagiku.

Aku telah mendalami semua ajaran Gereja Katolik sebab aku yakin bahwa GEREJA KATOLIK ADALAH GEREJA YANG DIDIRIKAN OLEH KRISTUS SENDIRI RIBUAN TAHUN YANG LALU. Itulah GEREJA, yang didirikan di atas dasar para Rasul dan Nabi, bahwa benih itu telah tumbuh menjadi pohon, bahwa Gereja itu telah teruji karena melalui gejolak zaman di mana para santo telah menumpahkan darah dan menyerahkan nyawa mereka deminya; bahwa Gereja itu tetap berdiri kokoh dalam ujian dan cobaan dari waktu ke waktu, zaman ke zaman, di mana penolakan, perpecahan dan dosa tak dapat dihindari dihadapi olehnya. Dan, itulah Gereja yang akan berdiiri kokoh sampai akhir zaman, sebab benarlah bahwa GEREJA ADALAH TUBUH-NYA dan, di dalam keberadaannya, Gereja itu akan menjadi KUDUS, TIDAK DAPAT HANCUR, DAN KEKAL selamanya.

Kini, kusadari bahwa Gereja Katolik adalah GEREJA yang telah diperbaharui kepadaku oleh Yang Maha Agung, yang pernah aku alami dan rasakan  sebagai seorang anak di dalam Sinagoga dalam tradisi Yahudiku. Aku berkata kepada David tentang hal ini, AKU MERASA SEPERTI AKU TELAH MEMILIK ALLAH KEMBALI.” Bagaimana anehnya pernyataan ini terdengar di telinga, tapi itulah yang sedang terjadi pada seseorang yang datang untuk mengenal-Nya secara mengagumkan dan benar melalui iman kaum Protestan Evangelis. Meskipun, di dalam kebebasan dan ekspresi kekeluargaan serta penyembahan, tapi sebuah perasaan tentang yang mahatinggi dan mahadalam dari Allah sering hilang dalam kelompok Protestanku. Karena itu, LEBIH BAIK MERUNDUK MERENDAHKAN DIRI DI HADIRATNYA SEKARANG di dalam dan melalui Gereja Katolik.

Dan, meskipun aku telah datang melihat bahwa Allah, yang Mahatinggi itu, telah memberikan kita Putra dan Tubuh-Nya, Gereja, lebih dari Diri-Nya sendiri, lebih daripada yang dapat aku bisa bayangkan – tidak lebih daripada Kristus, bukan yang lain, tetapi keseluruhan dari KRISTUS.
“Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.”(Rom 11:33)

Karena itu, selama Allah masih memberiku nafas hidup, aku ingin mewartakan kepada dunia tentang “SEORANG PENYELAMAT dan GEREJANYA YANG SATU, KUDUS, KATOLIK DAN APOSTOLIK.”

(Suster Rosalind Moss adalah pendiri Tarekat Putri-Putri Maria, Bunda Pengharapan Kita, di Tulsa, Oklahoma)


Diterjemahkan oleh Romo Inno Ngutra, Pr.


Semoga kisah ini memberimu pengetahuan tentang iman Katolik, membantumu memperdalam dan mencintainya sebagai jalan untuk menggapai keselamatanmu dari Kristus di dalam dan melalui Gereja-Nya, yakni Gereja Katolik yang kita sangat cintai, dulu, sekarang dan sampai selamanya.


Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Rinnong***

KISAH PERJALANAN ROSALIND MOSS KE DALAM GEREJA KATOLIK

Sapaan seorang sahabat kepada para sahabatnya:

Kata-kata ini sungguh mempunyai daya kekuatan bagi setiap telinga yang mendengarnya: "Maria, ibu Yesus dan Sr. Rosalind Moss adalah dua gadis Yahudi yang memberi sesuatu kepada Tuhan mereka dengan cara yang berbeda."(Tentunya kita tidak bisa membandingkan keduanya dalam apa yang mereka berikan dalam karya keselamatan Allah tapi dari latar belakang bangsa/agama Yahudi mereka). Yahudi bagaikan ulat (caterpillar) dan Katolik adalah kupu-kupunya (Butterfly)."

Bagaiman kisah perpindahan Rosalind Moss ke dalam Gereja Katolik? Bacalah kisah berikut ini:


SUSTER ROSALIND MOSS:
(Mantan YAHUDI dan Evangelis PROTESTAN)


RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Aku bertumbuh dalam tradisi Yahudi. Kuteringat akan sebuah perasaan special di dalam masa kecilku bahwa hanya satu Allah dan kami adalah umat-Nya. Akan tetapi karena kami berada di luar Negara dan tradisi Yahudi, maka saudaraku David, telah menjadi seorang Ateis, dan aku, mungkin akan menjadi seorang agnostik.

Suatu waktu aku mengunjungi David, saudaraku. Dalam percakapan selama kunjungan itu, David mengatakan kepadaku bahwa dia telah membaca sebuah artikel yang menceritakan tentang bagaimana orang-orang Yahudi, yang hidup di dunia sekarang ini, telah percaya bahwa Yesus adalah Mesias untuk orang Yahudi, sementara kita yang lain masih menunggu kedatangan-Nya sesuai ajaran kita orang Yahudi. Aku sangat terkejut ketika mendengar itu. Aku berpikir kembali tentang semua tahun yang telah kulewati ketika kami duduk makan bersama dalam Paskah orang Yahudi sambil berharap bahwa Mesias akan datang segera, bahwa kami tahu Dialah saatu-satunya harapan kami. Dan sekarang David mengatakan kepadaku bahwa ada banyak orang Yahudi yang telah percaya bahwa Mesias sudah datang?

Lalu, aku berkata kepada David; Maksudmu bahwa orang-orang Yahudi itu telah percaya bahwa Mesias sudah datang ke bumi? Tapi, kenyataannya dunia tak berubah. Dan Dia telah meninggalkan kita semua?”


PERTEMUAN DENGAN ORANG-ORANG YAHUDI YANG PERCAYA KEPADA KRISTUS

Dalam rentang waktu 3 bulan setelah percakapanku dengan David, Aku pindah ke California dan bertemu dengan beberapa orang Yahudi yang telah percaya pada Kristus. Mereka tidak hanya percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, tetapi bahwa Dia adalah Allah yang telah datang ke dunia! Bagaimana mungkin mereka sampai pada kesimpulan dan kepercayaan seperti itu. Bagaimana mungkin seorang MANUSIA menjadi ALLAH? Bagaimana Anda bisa memandang Allah dan tetap masih hidup? Demikian kataku menenatang mereka, yang sesuai dengan ajaran agama Yahudiku.

Hidup dapat berubah dalam semalam; Aku berada bersama sebuah group orang-orang Yahudi yang telah percaya pada Kristus, semua orang Kristen – Protestan Evangelis. Mereka berkata kepadaku bahwa Allah telah menebus kita dengan Darah-nya dan mengampuni dosa-dosa kita – Mereka menjelaskan kepadaku bagaimana dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yang menggambarkan tentang anak domba yang dikorbankan untuk menghapus dosa-dosa orang Yahudi, kini telah digantikan dan terpenuhi dalam Diri Yesus, Sang Almasih.

Jika itu adalah anak domba; itu harus anak domba jantan, berumur 1 tahun, dan harus sehat (tak bercacat dan tak bernoda). Walaupun ini hanya sebuah symbol tapi kami, Orang Yahudi percaya bahwa dengannya dosa-dosa kami dihapus oleh Yahweh. Darah anak domba yang diperciki di altar sebagai korban persembahan kepada Allah akan menghapus dosa-dosa umat, lebih khusus dia yang berdosa, yang karenanya imam mempersembahkan korban itu anak domba itu.
Aku mengerti mengapa Allah memintah binatang yang tak bercacat dan tak bernoda untuk penghapusan dosa-dosa kami. Ini sungguh mendatangkan ketertarikan bagiku bahwa dosa tidak berarti di mata Allah setelah korban diberikan. Orang-orang percaya ini menjelaskan bahwa binatang-binatang korban itu hanyalah sementara, dan bahwa tindakan itu akan diulangi kembali, dan bahwa binatang-binatang ini tidak sempurna dalam dirinya. Semuanya harus mengarah kepada YANG SATU, yang menjadi SATU-SATUnya yang akan datang suatu hari, yang akan berkorban bukan hanya untuk dirinya atau seorang manusia saja, tapi untuk dosa seluruh dunia dari segala zaman.

Dan semua tradisi Yahudi itu dipenuhi dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, di mana binatang korban untuk silih dosa-dosa itu terpenuhi dalam Diri Yesus seperti yang dikatakan oleh Penginjil Yohanes; “Ketika Yesus datang dan Yohanes Pembaptis melihat-Nya, ia berkata; Lihatlah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia.”(Yoh 1:29) Anak Domba Allah, satu-satunya yang telah berkorban sekali untuk semua seperti yang dikisahkan dalam Perjanjian Lama.

Aku tidak dengan mudah percaya pada apa yang telah samar-samar mulai kumengerti. Problem terbesar di pikiranku adalah TIDAK MUNGKIN SEORANG MANUSIA MENJADI ALLAH. Akan tetapi aku menyadari bahwa malam itu bahwa jika Allah Ada, maka ALLAH DAPAT MENJADI MANUSIA. Allah dapat menjadi segalanya dan menjadi sesuatu yang Dia inginkan untuk menjadi. Aku tidak sedang mengatakan bagaimana sesuatu menjadi Allah. Itu bukan maksudku.

Tidak membutuhkan waktu yang panjang dan lama setelah itu, di mana aku memberi hidupku untuk Kristus. Allah mengubah hidupku dalam semalam. Aku tahu jika sesuatu tentang evangelis, atau Protestan secara umum, namun tidak mendetail. Aku menjadi seorang Kristen. Aku memiliki relasi khusus dengan Allah untuk semua dan untuk segala yang hidup. Aku ingin mengambil sebuah megafon dan berteriak keras-keras kepada dunia bahwa Allah Ada dan bahwa semua orang harus tahu tentang Dia.



PANDANGAN GEREJA KATOLIK

Pelajaran pertamaku tentang Kitab Suci sebagai seorang Kristen diberikan oleh seorang mantan Katolik, yang kemudian aku kenal sebagai MANTAN PASTOR. Dengan demikian, aku belajar dari awal bahwa Gereja Katolik adalah sebuah aliran pemuja berhala, sebuah system keagamaan yang salah, yang telah dan sedang memimpin jutaan orang kepada kesesatan. Selama setahun, aku menentang Gereja Katolik karena pengetahuan itu, mencoba untuk menolong orang-orang Katolik yang telah salah, bahkan semua orang untuk keluar dari lingkaran Gereja Katolik yang menyesatkan itu, menuju kepada sebuah hubungan yang benar dengan Kristus melalui satu-satunya Kekristenan yang benar yakni tahu dan percaya dengan seluruh hati.
Kira-kita setahun berlalu ketika aku memberi diri kepada Kristus dan bahwa David mengatakan kepadaku bahwa dia pun telah percaya dan bahwa Kristus adalah Allah. Baginya, percaya berarti dia harus memberi hidupnya kepada Kristus. Tetapi dia sendiri belum siap untuk menyerahkan diri seluruhnya kepada salah satu gereja/denominasi pada saat itu.

Meningkatnya jumlah denominasi Protestan dan bertumbuhnya beragam kelompok Protestan di hadapan David, yang datang dengan ajaran mereka masing-masing bahwa Kristus telah mendirikan Gereja-Nya di dalam dan di atas kelompok mereka semakin membuatnya bingung untuk menjatuhkan pilihan. David, Lalu, bertanya; dimana kesatuan seperti yang didoakan oleh Yesus? Bagaimana mungkin setiap kelompok mengklaim bahwa ajaran dan gereja merekalah yang benar, dituntun oleh Roh Kudus, tetapi hadir di hadapan David dengan menawarkan begitu banyak interpretasi yang berbeda tentang Kitab Suci, yang satu dan sama?

Hal ini sungguh menjadi perhatian serius David, yang menuntunnya untuk belajar memperdalam Gereja Katolik dengan ajaran-ajarannya. Aku sangat menyayangkan dan merasa sangat mengerikan dengan apa yang sedang dijalani oleh David. BAGAIMANA MUNGKIN IA MAU MENJADI SEORANG KRISTEN YANG SEJATI TAPI IA TERTATIK KADAPA KATOLIK? Demikian, kata hatiku.

Saat itu Natal tahun 1978 ketika aku mengunjungi lagi David. Dia mengajakku untuk pertama kalinya bertemu dengan seorang biarawan yang darinya dia telah belajar dan yang kuyakini bahwa dia adalah seorang utusan iblis yang sedang menuntun David, saudaraku menuju kesesatan/kebinasaan.

Aku duduk dengan perasaan tidak bahagia selama misa berlangsung dan diam selama perjalanan pulang ke rumah David dari biara itu. Dan, akhirnya aku membuka percakapan dan bertanya kepada David; “Gereja itu seperti sebuah Synagoge, tetapi bedanya bahwa di sana ADA KRISTUS.”

David menjawabku: “Itu benar!”

Aku mencelahnya; “Tidak David…Anda salah!”

Kristus adalah kepenuhan hukum. Aku memberi alasan; Semua ritual dan segala aturannya harus disingkirkan dalam iman seorang Kristen yang benar. Aku merasa sangat terpukul di dalam hati dan jiwaku dan bertanya, bagaimana mungkin David telah jatuh semakin dalam dan jatuh ke dalam sebuah kesalahan seperti itu?

Apakah David benar-benar berada dalam sebuah kebingungan yang mencekam? Apakah dia mengerti bahwa semua ritual dalam liturgi harus ditanggalkan karena percaya pada Kristus?

David menjadi seorang Katolik pada tahun 1979. Percakapan kami lewat telepon antara California dan New York sangat mahal pada tahun itu dan tahun-tahun setelahnya. Semakin ia mendalami kepercayaan Katolik yang aku pikir adalah ajaran sesat, semakin juga aku semakin berjuang untuk menyakinkannya akan iman Kristen yang benar dari latar belakang ajaran Protestan Evangelisku.



LULUS SEKOLAH DAN PELAYANAN BARU

Setelah menyelesaikan studi Kitab Suci pada institute di gerejaku, Aku melanjutkan ke program masteral pada Seminari Teologi Talbot di La Mirada, California, sambil melayani sebagai kapelan wanita di penjara di Lancaster, California. Keinginan terbesarku selama studi masteral adalah menjadi staff sebuah gereja lokal, yang secara khusus mengajar para wanita, membantu mereka untuk bertumbuh secara benar sebagai keluarga Kristen sesuai dengan Kitab Suci.

Allah yang memberikan kita keinginan di dalam hati adalah Allah yang sama yang membawa kita untuk menghasilkan buah-buah dalam Roh.
Setelah menyelesaikan studi di Talbot pada bulan Mei tahun 1990, aku dipanggil untuk menjadi staf Persahabatan Evangelis Gereja di Orange County, California sebagai direktur pelayanan wanita.

Dalam masa transisi pelayanan sebagai kapelan penjara kepada pelayanan di gereja lokal, aku mempunyai kesempatan untuk mengunjungi David, saudaraku di New York. Itu terjadi pada tahun 1990. Dalam sebuah percakapan yang panjang dan melelahkan, David bertanya kepadaku; “MENGAPA PARA EVANGELIST SEPERTINYA TIDAK INGIN BEKERJA UNTUK PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN? Bukankah Yesus telah berdoa agar SEMUANYA AKAN MENJADI SATU?”
Aku menjawabnya; “Benar, Yesus berdoa agar kita kelak menjadi satu, sama seperti Dia dan Bapa-Nya adalah Satu…tetapi bukan pada kenyataan seperti yang kita bayangkan di dunia ini.

Dengan jawaban itu, David meneruskan pertanyaannya kepadaku, jika saya pernah melihat dan membaca sebuah majalah yang telah disebarkan di seluruh Amerika dengan judul; “DI ATAS BATU KARANG INI, yang digambarkan sebagai GEREJA KATOLIK,” demikian tulisa Majalah apologetik Katolik itu. Aku tidak bisa menangkap maksud dua kata itu yang dipadukan dan saling melengkapi. Aku tak pernah tahu bahwa Katolik telah memiliki sebuah sikap untuk mempertahankan dan membela iman mereka – Tidak ada orang Katolik yang pernah berbicara denganku tentang Injil. Lebih dari itu, aku tidak pernah tahu bahwa orang-orang Katolik menaruh perhatian yang serius bahwa setiap orang di luar kelompok mereka harus mengetahui kebenaran ini. Aku lalu mengambil Majalah itu dan membawanya ke California karena keinginan tahuanku dan juga karena penghargaan terhadap orang lain bahwa sesuatu dari mereka harus juga diketahui oleh orang lain, sekurang-kurangnya, percaya adalah kunci kehidupan – bahkan jika mereka salah. Di dalam Majalah yang sama masih kutemukan judul tulisan: “SEORANG PENDETA PRESBITERIAN MENJADI KATOLIK.”
Tidak ada jalan lain, aku menyakinkan diriku. Aku tidak pusing dengan apa yang dia katakan tentang semuan cerita perpindahannya ke Katolik. Bagiku, pelayan Presbiterian ini telah mengambil jalan yang salah. Ia telah meninggalkan kekristenan sejati dan berpindah menjadi pemuja berhala yakni sebagai anggota Gereja Katolik.

Aku lalu memesan empat serial dari Majalah itu yang menceritakan tentang kisah mantan Pendeta Presbiterian (YANG TIDAK LAIN ADALAH “SCOTT HAHN). Termasuk juga dua bagian debatnya dengan seorang Profesor dari Seminari Teologi Westminster tentang topik pembenaran (HANYA IMAN SAJA yang dipertentangkan dengan IMAN DAN PERBUATAN) dan MAGISTERIUM (KITAB SUCI SAJA yang dipertentangkan dengan KITAB SUCI DAN TRADISI). Kesimpulan Scott Hahn yang dirangkai dengan sejarah awal Kekristenan (Gereja Katolik) yang ditampilkan sebagai sebuah tantangan berarti dalam dunia Kekristenan dewasa ini sungguh mendatangkan kekaguman bagiku.
Bagi semua yang akan mengeritik Gereja Katolik dan menghakiminya dengan bukti-buktinya, Scott Hahn berkata bahwa, mereka akan tiba pada sebuah moment yang disebut “KEGONCANGAN SUCI dan SESUATU YANG MENGAGUMKAN” di mana Anda akan menemukan bahwa Gereja yang telah berjuang mempertahankan kekristenan sejak awal terhadap serangan orang lain, adalah GEREJA KATOLIK, GEREJA YANG DIDIRIKAN OLEH YESUS SENDIRI DI ATAS BUMI INI.

“KEGONCANGAN SUCI” hanyalah serumpun kata untuk menggambarkan apa yang aku sedang alami pada saat itu. O, tidak, jangan katakan kepadaku bahwa di sana akan ada kebenaran tentang ini. Cara berpikir seperti ini telah memperlemah daya pikirku. Aku tidak dapat percaya bahwa aku sedang berpikir. Dan situasi ini mendatangiku pada saat yang aku sendiri tidak inginkan, yakni dalam rentang dua Minggu ke depan aku akan memulai pelayanan di sebuah gereja baru.



PERTANYAAN YANG TIDAK DIHARAPKAN

Aku membaca kembali pernyataan dokrin dari Kelompok Pesahabatan denominasi yang akan segera aku pimpin. Termasuk juga sejarah pendirinya, George Fox, yang bertobat secara dramatis pada aba ke-17 dengan sebuah perasaan cinta yang mendalam untuk Allah. Dalam keinginannya bahwa Allah akan disembah di dalam Roh dan Kebenaran, Fox hanya mengizinkan adanya dua sakramen, yang telah ditinggalkan oleh Martin Luther yakni BAPTIS DAN EKARISTI – bahwa iman memainkan peranan penting dalam bahan anggur, roti, dan air lebih daripada iman akan Allah yang seharusnya diutamakan.

Aku sangat mencintai keinginan terdalam George Fox, tetapi aku percaya bahwa dia telah salah. Sakramen Baptis dan Ekaristi adalah perintah Kitab Suci, meskipun aku percaya bahwa mereka (kedua sakramen) itu hanyalah simbol belaka. Pemikiran ini telah membentuk dan mengurung aku;

Sepanjang dua tahun berikutnya bersama dengan para staf di dalam kelompok yang kupimpin, aku memesan lagi beberapa buku dan berbagai artikel lain dari Majalah THIS ROCK, meskipun aku tidak begitu tertarik dengan segala sesuatu tentang Katolik namun aku tetap mengizinkan segala sesuatu tentang Katolik masuk ke dalam emailku. Ketika aku berkata kepada David tentang penemuanku, dia menantang aku untuk mendalami lagi tentang ajaran SOLA SCRIPTURA dengan berkata; “ROS, DI MANA KITAB SUCI MENGAJARKAN TENTANG SOLA SCRIPTURA?” Pertanyaan ini sungguh sangat menggangguku. Aku telah mendengar itu sebelumnya dan lebih memilih untuk menolak menjawabnya. Aku, lalu, menjawabnya, “Jika ENGKAU SUNGGUH MENGETAHUI KRISTUS, JIKA ENGKAU PERCAYA BAHWA KITAB SUCI ADALAH SABDA ALLAH, JIKA ROH KUDUS BEKERJA DI DALAM HIDUPMU, MENERANGIMU DAN MEYAKINKANMU AKAN SABDANYA KEPADAMU, maka ENGKAU BAHKAN TIDAK AKAN PERNAH MENGAJUKAN PERTANYAAN SEPERTI ITU.” MENGAPA ENGKAU MEMFOKUSKAN PERHATIAN PADA MAGISTERIUM YANG MENGKANONKAN KITAB SUCI LEBIH DARIPADA MENYERAHKAN DIRI DAN HIDUP SESUAI DENGAN KITAB SUCI itu sendiri?”

Dia mencoba untuk menyakinkanku bahwa dia percaya kepada Kitab Suci yang menjadi Sabda Allah, yang penuh inspirasi dan kuasa. Tapi, dia bertanya, “DIMANA KITAB SUCI MENGATAKAN ITU BAHWA HANYA KITAB SUCI SAJA SEBAGAI KUASA TERTINGGI?”Dan di mana Kitab suci, Sabda Allah mendefinisikan tentang hal itu?

Mencoba membenarkan diri, aku membuka dan membaca beberapa ayat Kitab Suci (2Tim 3:16-17, 2Ptr 1:20-21, dan ayat-ayat lainnya). Tetapi tidak ada satu pun yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Justru, sebaliknya ayat-ayat itu menyisakan pertanyaan susulan; “BAGAIMANA KITA TAHU BAHWA PERJANJIAN BARU ADALAH SEBUAH KITAB SUCI?” Ayat-ayat ini hanya merujuk pada Kitab Suci Perjanjian Lama, sementara Perjanjian Baru belum ditulis, sekurang-kurangnya seluruh Kitab.

Sebagaimana aku telah mendalami hal ini, aku telah masuk berhadapan muka dengan kenyataan bahwa Kitab Suci TIDAK PERNAH MENGAJARKAN TENTANG “SOLA SCRIPTURA.” Tidak menemukan jawaban yang memuaskan tentang keasliannya dalam penelitianku, aku mulai bertanya kepada beberapa pendeta dan guru dan pemimpin kelompok Kitab Suci tentang pertanyaan yang sama seperti yang diajukan oleh David kepadaku. Tidak ada seorang pun yang mampu menjawabnya dari Kitab Suci. Setiap orang muncul dengan memberikan ayat-ayat yang sama seperti yang kuberikan kepada David dalam diskusi kami, yang mana tidak ada satu ayat pun yang mengajarkan tentang “Sola Scriptura,” sebagai kuasa tertinggi dalam iman.
Ayat-ayat ini sungguh membuatku terbebani pada saat itu, yang tak pernah datang dalam memori setiap orang. Bagaimana pun, ini sesuatu yang mengagumkan, aku pikir. KITA SEDANG MENGAJARKAN TENTANG AJARAN BAHWA HANYA KITAB SUCI SAJA, SEMENTARA KITAB SUCI SENDIRI TIDAK PERNAH MENGAJARKAN TENTANG ITU.” Ini mengatakan kepadaku bahwa PARA EVANGELIS MENGAJAR SESUATU YANG SEBENARNYA TIDAK PERNAH DIAJARKAN OLEH KITAB SUCI ITU SENDIRI. Sesuatu sedang salah, pikirku. JIKA KITA SALAH TENTANG HAL INI, BUKANKAH AKAN MENJADI SALAH ATAU BUTA TENTANG AJARAN LAINNYA?”Demikian kataku dalam hati.

Bagaimana dengan semuanya ini? Aku berpikir, bahwa Protestan menerima kanonisasi Kitab Suci – percaya bahwa Allah, yang menginspirasikan Kitab Suci, juga dipimpin oleh Roh Kudus, yang telah memilih manusia dari abad ke-4 dan ke-5 untuk memilih dan membeda mana yang Kitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan mana yang tidak, sementara kita orang Protestan sekarang menolak apa yang telah diajarkan oleh Gereja sejak awal tentang EKARISTI, BAPTISAN, SUKSESI APOSTOLIK dan banyak lagi yang lain? Selanjutnya, tidak hanya ribuan tahun sebelum Kitab Suci dicetak dan dibagikan kepada umat, tetapi selama berabad-abad Kitab Suci telah menjadi penting dalam sejarah Kekristenan itu sendiri. Lalu, sekarang kita, orang Protestan mengajarkan sesuatu yang lain untuk membenarkan diri dan ajaran kita masing-masing?

Lagi, bagaimana terjadi bahwa setelah 500 tahun sejak Reformasi, dengan Kitab Suci di tangan dan dicetak dalam berbagai bahasa telah MENGHASILKAN RIBUAN DENOMINASI, YANG MASING—MASING BERBEDA DALAM AJARAN DAN PENAFSIRANNYA PADAHAL SEMUA MENDASARKANNYA PADA KITAB SUCI?



MENEMUKAN KEBENARAN IMAN KATOLIK

Aku mulai membaca semua yang dapat kubaca, di mana pun aku berada mendapatkannya, sampai aku mengetahuinya setelah dua tahun bahwa aku perlu meninggalkan gerejaku di California dan mengabdikan diriku pada pencarian di luar sana, apa yang sebenarnya Gereja Katolik ajarkan tentang kebenaran, tentang apa yang seharusnya benar dalam iman. Aku berpindah ke New York dan mulai belajar tentang semuanya secara intensif selama dua setengah tahun. Untuk beberapa bulan, aku membaca setiap karya atau buku dari para pendeta Protestan yang bertentangan atau melawan ajaran Gereja Katolik. AKu ingin mengetahui apa yang sebenarnya yang ditolak atau ditentang oleh kaum Protestan terhadap atau dari Gereja Katolik.

Terhadap kekecewaanku yang sangat dalam, aku menemukan bahwa para penulis, untuk hampir semua bagian dari tulisan mereka, SELALU MENENTANG SESUATU YANG LAIN, YANG TIDAK DIIMANI (DIAJARKAN) OLEH GEREJA KATOLIK atau SESUATU YANG BUKAN IMAN KATOLIK. Mereka semua menentang apa yang mereka pikir bahwa itu dipikirkan (diimani) oleh Gereja Katolik, dan itu menampakkan ketidakmengertian mereka tentang iman Katolik. Ungkapan Uskup Agung FULTON SHEEN semakin menyakinkanku tentang kesalahan para teolog Protestan dan pengeritik Gereja Katolik yakni: “TIDAK LEBIH DARI SERATUS ORANG DI AMERIKA YANG MEMBENCI GEREJA KATOLIK. BAGAIMANA PUN, ADA RIBUAN DI SANA, YANG MEMBENCI APA YANG MEREKA SENDIRI PERCAYA SECARA SALAH ADA DI DALAM GEREJA KATOLIK.”

Setiap penemuan tentang ajaran Gereja Katolik di California menuntunku untuk membeda dan menilai banyaknya ajaran para Evangelis yang tersebar saat itu. Dan, dengan setiap pemikiran yang menarikku semakin dekat kepada Gereja Katolik, sebuah perasaan yang mematikan, menjerit di dalam batinku karena aku akan meninggalkan semua jemaatku di California, sebuah komunitas Kristen yang telah membentuk iman kekristenanku, dan yang sangat kucintai selama 18 tahun sampai saat itu.

Jawabanku pada waktu itu sangat sederhana; “Itulah apa yang harus kuperjuangkan untuk kutemukan dalam perjalanan imanku.”
Setahun setelah itu, sejujurnya aku katakan: TIDAK, SAYA TIDAK AKAN MENJADI SEORANG KATOLIK, TETAPI APAKAH AKU HARUS TETAP MENJADI SEORANG EVANGELIS PROTESTAN?” Aku telah menjadi seorang Kristen dengan sebuah rumah yang nyaman, komunitas gereja lokalku di California. Aku tidak dapat membayangkan bahwa aku akan dan harus menjadi seorang Katolik, tetapi apakah, lalu, aku harus tetap menjadi seorang Evangelis, tempat dari mana aku telah datang dan harus meninggalkannya karena penemuan kebenaran yang baru di dalam Gereja Katolik?

Ada 3 buku yang secara radikal sangat membantuku sepanjang perjalanan imanku, yakni; Karya Kardinal John Henry Newman.,: Essay on the Development of Christian Doctrine; Dietrich von Hildebrand., “Liturgy and Personality,” dan dari Karl Adam., The Spirit of Catholism.” Semakain aku membacanya, semakin aku mulai merasakan sebuah keindahan, sebuah kedalaman, sebuah kepenuhan karya Allah untuk Gereja-Nya dibalik semua yang telah aku ketahui.



MENGHADIRI MISA UNTUK PERTAMA KALINYA.

Pada suatu hari Minggu, sembari aku duduk di bangku paling belakang di dalam sebuah gereja Katolik di California yang mana menjadi paroki pertama yang aku kunjungi sebagai seorang Protestan, aku mendengar kata-kata Pastor dalam Misa itu yang sebelumnya tak pernah kudengar dari orang-orang Katolik. Pada bagian kesimpulan dari pesan Injil hari itu, beliau berkata kepada umat yang hadir, ”KITA PERLU MEWARTAKAN KEPADA SELURUH DUNIA.” Hatiku bergetar dan jantungku berdetak kencang seakan membangunkanku dari tidur panjang. Inilah pertama kali aku mendengar sebuah kotbah yang penuh wibawa dan kuasa dari Gereja Katolik.

Aku sangat terharu sampai meneteskan air mata. SEJAK AKU MENEMUKAN KRISTUS, APAKAH AKU TELAH HIDUP UNTUK MEWARTAKAN KRISTUS KEPADA ORANG LAIN?”Aku berpikir; “JIKA GEREJA KATOLIK BENAR, MENGAPA TIDAK ADA EVANGELIS KATOLIK? Pewartaan bukanlah sebuah tindakan yang hanya identik dengan Protestan. Menjadi seorang pewarta bukan harus menjadi seorang utusan, tetapi bagaimana setiap orang berjuang untuk mewartakan kepada dunia KABAR GEMBIRA KRISTUS – bahwa ADA SEORANG PENYELAMAT YANG TELAH DATANG UNTUK PARA PENDOSA DAN TELAH MEMBERIKAN NYAWANYA KEPADA SEMUA ORANG YANG DATANG KEPADANYA.”

Aku bertemu seorang Pastor, Pst, James T. O’Connor, Pastor Paroki Santo Yoseph Millbrook, New York, pada awal bulan Maret 1995. Dalam dua pertemuan kami, beliau sangat membantu menyakinkanku tentang beberapa kesulitan yang kuhadapi dalam iman Katolik, terutama tentang MISA dan keotentikan Gereja sebagai sakramen keselamatan. Aku menyadari kemudian setelah itu bahwa pertanyaan 3 tahun lalu belum terjawabkan pada saat itu.



KE PANGKUAN GEREJA KATOLIK

Pengertianku tentang Kitab Suci Perjanjian Baru tidak akan menuntunku untuk berpindah ke iman Katolik, tetapi pemahamanku sekarang akan menghantarku untuk memeluknya sebagai sebuah kebenaran yang sesuai dengan Kitab Suci, yang mana sebenarnya lebih sesuai dengan iman Protestan Evangelis. Semakin aku mengetahui itu, di hadirat Allah, aku sebenarnya harus masuk ke dalam Gereja Katolik, yang akhirnya terjadi pada Paskah tahun 1995. AKU DIPANGGIL KE RUMAH GEREJA KATOLIK.

Aku masih sedikit kaku. Aku merasa sepertinya aku sedang berada di hamparan samudra luas dan hanya mengetahui sedikit tentang bagaimana mendayung perahuku. Tetapi aku tahu bahwa itu benar. Itu bukan hanya perbedaan-perbedaan ajaran yang memisahkan Protestan Evangelis dari Katolik; Itu adalah satu keseluruhan cara memandang. Keseluruhan duniaku telah terbuka sekarang. Semua ciptaan telah dijadikan baru bagiku.

Aku telah mendalami semua ajaran Gereja Katolik sebab aku yakin bahwa GEREJA KATOLIK ADALAH GEREJA YANG DIDIRIKAN OLEH KRISTUS SENDIRI RIBUAN TAHUN YANG LALU. Itulah GEREJA, yang didirikan di atas dasar para Rasul dan Nabi, bahwa benih itu telah tumbuh menjadi pohon, bahwa Gereja itu telah teruji karena melalui gejolak zaman di mana para santo telah menumpahkan darah dan menyerahkan nyawa mereka deminya; bahwa Gereja itu tetap berdiri kokoh dalam ujian dan cobaan dari waktu ke waktu, zaman ke zaman, di mana penolakan, perpecahan dan dosa tak dapat dihindari dihadapi olehnya. Dan, itulah Gereja yang akan berdiiri kokoh sampai akhir zaman, sebab benarlah bahwa GEREJA ADALAH TUBUH-NYA dan, di dalam keberadaannya, Gereja itu akan menjadi KUDUS, TIDAK DAPAT HANCUR, DAN KEKAL selamanya.

Kini, kusadari bahwa Gereja Katolik adalah GEREJA yang telah diperbaharui kepadaku oleh Yang Maha Agung, yang pernah aku alami dan rasakan sebagai seorang anak di dalam Sinagoga dalam tradisi Yahudiku. Aku berkata kepada David tentang hal ini, AKU MERASA SEPERTI AKU TELAH MEMILIK ALLAH KEMBALI.” Bagaimana anehnya pernyataan ini terdengar di telinga, tapi itulah yang sedang terjadi pada seseorang yang datang untuk mengenal-Nya secara mengagumkan dan benar melalui iman kaum Protestan Evangelis. Meskipun, di dalam kebebasan dan ekspresi kekeluargaan serta penyembahan, tapi sebuah perasaan tentang yang mahatinggi dan mahadalam dari Allah sering hilang dalam kelompok Protestanku. Karena itu, LEBIH BAIK MERUNDUK MERENDAHKAN DIRI DI HADIRATNYA SEKARANG di dalam dan melalui Gereja Katolik.

Dan, meskipun aku telah datang melihat bahwa Allah, yang Mahatinggi itu, telah memberikan kita Putra dan Tubuh-Nya, Gereja, lebih dari Diri-Nya sendiri, lebih daripada yang dapat aku bisa bayangkan – tidak lebih daripada Kristus, bukan yang lain, tetapi keseluruhan dari KRISTUS.
“Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.”(Rom 11:33)

Karena itu, selama Allah masih memberiku nafas hidup, aku ingin mewartakan kepada dunia tentang “SEORANG PENYELAMAT dan GEREJANYA YANG SATU, KUDUS, KATOLIK DAN APOSTOLIK.”

(Suster Rosalind Moss adalah pendiri Tarekat Putri-Putri Maria, Bunda Pengharapan Kita, di Tulsa, Oklahoma)


Diterjemahkan oleh Romo Inno Ngutra, Pr.


Semoga kisah ini memberimu pengetahuan tentang iman Katolik, membantumu memperdalam dan mencintainya sebagai jalan untuk menggapai keselamatanmu dari Kristus di dalam dan melalui Gereja-Nya, yakni Gereja Katolik yang kita sangat cintai, dulu, sekarang dan sampai selamanya.


Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Rinnong***


Source : FB Rm Inno Ngutra, Pr

Tags