Latest News

Monday, April 21, 2014

Empat Suster Cilik Berkerudung Bagus

Foto: "Matri meae  "<3

Friday, April 18, 2014

"TIDAK ADAKAH SEORANG PUN YANG MAU MELEPASKAN PUTRAKU DARI TIANG GANTUNGAN ITU?"



Yang Tersisa dari PENYALIBAN YESUS:

Jeritan hati seorang ibu Maria:

"TIDAK ADAKAH SEORANG PUN YANG MAU 
MELEPASKAN PUTRAKU DARI TIANG GANTUNGAN 
ITU?"

Pengantar:

Dunia dibuat terheran-heran bahkan kagum ketika orang tua korban melepaskan pembunuh anak mereka dari tiang gantungan di Iran. 

Balal yang hidupnya akan berakhir di tiang gantungan akibat membunuh Abdollah Hosseinzadeh akhirnya terbebas dari hukuman mati seperti dilaporkan dalam berita-berita koran dan televisi di seluruh dunia sebagai berikut: 

"Namun, yang terjadi kemudian amat jarang. Ibu korban tiba-tiba menghampirinya, menampar pipinya keras-keras, tapi memaafkan orang yang telah membunuh anaknya itu. Sementara, ayah korban melepas jerat yang melilit lehernya. Nyawa Balal tak jadi melayang. Bahkan dilaporkan bahwa sang ibu korban dan ibu pembunuh saling berpelukan dan menangis.

ADAKAH YANG MERASAKAN KESEDIHAN IBU MARIA?

Setelah membaca kisah heroik di atas, tiba-tiba hatiku terasa sedih mengenang kisah Yesus 2000 tahun lalu ketika tidak ada seorang ibu pun yang merasakan kesedihan seorang ibu yang lain, yang namanya Maria, yang anaknya akan digantung setelah mengalami siksa yang dasyat; tidak ada seorang ayahpun yang berani menerobos kumpulan serdadu Romawi untuk melepaskan anak Maria dari tiang gantungan. Justru sikap sebaliknya yang ditunjukkan oleh para ibu dan bapak yang hadir pada saat itu dengan teriakan mereka yang memekakan telinga, merobek hati ibu Maria; "SALIBKANLAH DIA...SALIBKANLAH DIA...SALIBKANLAH DIA!" Ya, tidak ada seorang ibu atau bapa pun yang berani melepaskan anakku dari tiang gantungan itu, demikian keluh ibu Maria.

Maria yang mendengar teriakan penuh kebencian itu tak pernah melawan dan menyahut; "Apa salah anakku padamu?" Bukankah ketika anakmu sakit bahkan telah meninggal, anakku datang dan menyembuhkan bahkan menghidupkan mereka? Bukankah ketika anakmu mengalami kebutaan, anakku datang dan membuatnya melihat? Bukankah ketika anakmu tidak dapat berjalan, anakku datang dan membuatnya berjalan? Bukankah ketika ana-anakmu menderita kusta, anakku datang dan mentahirkan mereka? Bukankah....bukankah...dan bukankah...Lalu, apakah ini balasanmu terhadap kebaikan anakku? Tapi, ibu Maria teringat akan janjinya kepada Malaikat Gabriel; "AKU INI HAMBAH TUHAN, TERJADILAH PADAKU MENURUT PERKATAANMU!"

Maria, kemudian dalam kehancuran rasa sebagai seorang ibu, yang menyaksikan dengan matanya sendiri bagaimana putra kesayangannya disiksa, dipaku dan disalibkan terdiam di jalan derita yang sementara dilalui oleh Sang Anak.

KUTERIMA DALAM HATI KEIBUANKU YANG HANCUR LEBUR

Baiklah sejenak kita melepaskan pikiran kita dari cara mendekati Maria sebagai ibu Tuhan, yang mampu menghadapi semua derita yang ditanggungnya, tapi mencoba untuk memahami Maria sebagai seorang ibu biasa, yang mempunyai rasa dan hati seperti ibu-ibu yang lain di sekitar kita.

Anda bisa mengatakan kepadaku bagaimana reaksi dan rasa seorang ibu ketika anaknya dipukul, dilukai bahkan dibunuh oleh orang lain? Atau para ibu sendiri, katakanlah kepadaku apa yang Anda rasakan ketika anak-anak yang lahir dari rahimmu mengalami nasib naas ketika ditabrak mobil, ketika Anda melihat darah yang berlumuran pada tubuh anakmu, dan ketika Anda mendekatinya ternyata anakmu sudah tak bernyawa lagi. Bukankah rasamu sebagai seorang ibu hancur berkeping-keping jadinya?

Lalu, apa yang Anda pikirkan tentang Maria sebagai seorang ibu biasa yang melihat tendangan kaki dan sepatu para serdadu Romawi pada tubuh Yesus anaknya? Ketika cambuk mereka mendarat melukai tubuh Yesus? Ketika paku-paku tertancap pada kaki dan tangan Yesus? Ketika tombak serdadu menikam menembus lambung Yesus, dan keluarlah air dan darah? Ketika sang ibu mendengar teriakan sang Putra; "Selesailah sudah!" Ketika Tubuh terkulai sang Putra terbaring kaku di atas pangkuan ibu-Nya Maria?

Kuyakin engkau bahwa Maria sebagai seorang ibu pasti tidak mengerti semua yang terjadi pada Putra kesayangannya, tapi ia terima semuanya sama seperti ia tak pernah pahami akan kehamilannya dulu tanpa campur tangan seorang laki-laki. Derita Sang Putra meluka hati keibuannya, namun ia ingat akan nubuatan nabi Simeon bahwa "sebuah pedang akan menembus jiwamu," karena anakmu ditentukan untuk membangkitkan atau menjatuhkan agar semua hati menyadari akan rencana keselamatan Allah bagi mereka.

SELALU KUNANTIKAN ANAKKU HIDUP KEMBALI

Sekali lagi sebagai seorang ibu biasa, Maria tentunya tidak mengerti dan memahami tuntas akan rencana Allah atas putranya. Maria sebagai seorang wanita Yahudi hanya percaya bahwa kematian adalah batas hidup seorang anak manusia, dan nasib yang sama pasti dialami oleh Putranya Yesus.

Namun, di lubuk hatinya yang paling dalam sebagaia seorang ibu, Maria pasti berharap bahwa bila "ia telah hamil tanpa campur tangan seorang laki-laki; bila air telah berubah menjadi anggur pada pesta di Kana; kalau Bartimeus yang buta bisa melihat; bila Lazarus yang telah mati dapat dibangkitkan kembali..." Lalu, apa yang mustahil ketika aku percaya bahwa anakku Yesus akan hidup kembali? Aku hanya berharap dan percaya bahwa tidak ada yang mustahil bila Allahku menghendakinya, demikian kata ibu Maria di dalam hatinya.

Penutup

Marilah kita menempatkan diri pada saat-saat di mana Maria sebagai seorang ibu yang diliputi kesedihan akan kematian anaknya, namun berharap dalam imannya bahwa anaknya akan hidup kembali. Kita berdoa dan memohon kepada Allah seperti ibu Maria dulu agar malam ini Allah membangkitkan dan mengembalikan seorang anak kepada ibunya; mengembalikan Yesus anak Maria kepadanya.

Selamat Menyongsong Pesta Kebangkitan Tuhan Yesus.

Salam dan doa dari seorang sahabat di Keningau, Sabah - Malaysia kepada para sahabatnya di mana pun Anda berada,


***Rinnong - Duc in Altum***

Source :  Inno Ngutra
Inno Ngutra

"Ya Bapa ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu." (Luk. 23:46)



"Ya Bapa ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu." (Luk. 23:46)



Sabda Ketujuh ini bisa kita maknai setelah kita memahami Sabda-Sabda Akhir Yesus yang sebelumnya. Bila kita lihat Sanda pertama ditujukan pada BapaNya di Surga: Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk. 23:34) maka Sabda yang terakhir ini Ia tujukan kembali pada BapaNya di Surga: "Ya Bapa ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu." (Luk. 23:46)

Tomothy Radcliffe dalam tulisannya, "Seven Last Words" mengatakan, bahwa dalam ketujuh Sabda akhir Yesus ini terjadi peningkatan keintiman. Evolusi keintiman ini bisa dimaknai ketika kita melihatNya sebagai Raja, sebagai Saudara, sebagai seorang Pengemis, dan kini kita menyaksikan Ia memasrahkan nyawaNya pada BapaNya. Ia hadir dalam diri kita sebagai Raja ketika Ia dipermuliakan oleh pencuri yang baik hati yang bermohonkan: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

Ia datang sebagai Saudara ketika Ia menjadi yang Sulung diantara kita ketika Ia memberikan ibuNya pada kita dari atas salib: "Women, behold your son. Behold your mother." Dan Ia hadir sebagai pengemis ketika Ia bersabda: "Aku haus." Ia mengemis cinta kasih pada kita ketika Ia bersimbah darah memohonkan hal itu. Ia haus akan kembalinya kita padaNya. Kini di Sabda terakhir yang ketujuh Ia memasrahkan nyawaNya pada BapaNya, setelah Ia selesai menjalankan semua misi perutusan bapaNya.

Sabda ketujuh ini musti kita maknai dengan baik dengan cara kita memasrahkan seluruh diri kita dan apa yang kita miliki pada Bapa di Surga, sehingga kita tak kehilangan orientasi hidup. Apapun situasinya, sulit atau senang, dibawah atau diatas, miskin atau kaya, lapar atau kenyang.

Fulton Sheen dalam tulisnnya, "Seven Capital Sins" mengatakan, bahwa Sabda ketujuh ini adalah pemulihan terhadap segala kelekatan duniawi kita. Kita diajarkan untuk tidak menjadi khawatir akan hidup kita di dunia ini, Karena kekhawatiran dan ketakutan akan membuat diri kita menjadi selfish dan akan semakin menjauhkan diri kita padaNya. Ingatlah kembali akan apa yang disabdakanNya di bukit: "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Mat.5:6 - 9)

Tak satu patah katapun Yesus mengatakan berbahagialah engkau yang memiliki banyak harta. Kita tidak dididik untuk cinta uang. Kita dididik agar menjadi Anak Allah yang murah hati dan murni. Disitulah letak kebahagiaan yang sesungguhnya. Di hati. Bukan pada uang, kekuasan, kepuasan duniawi, ataupun berhala. Semua ini akan berlalu, hanya SabdaNya yang tak berlalu. Ia kini mensabdakan pada kita untuk mau memasrahkan segala apa yang kita miliki pada bapa di Surga agar kita beroleh kerselamatan abadi.

Hanya Allah saja yang baik. Itulah yang Ia sabdakan pada pemuda kaya yang memiliki kedudukan penting dalam pelayanan waktu itu. Namun, ia menjadikan Yesus sedih ketika ia diminta menjual segala harta yang menjadi berhalanya, dan memberikan pada orang miskin lantas ikut Yesus. Yesus menunggunya, namun orang muda kaya itu sedih mendengar kata-kata Yesus, sebab banyaklah hartanya. Yesus mengetahui apa yang dipikirkan oleh pemuda itu dan sesungguhnya Yesus ingin menolongnya dengan menukar harta duniawi dengan harta Surgawi yang akan membawanya pada keselamatan. Namun sungguh patut disayangkan, hati pemuda kaya itu lebih terpaut pada harta yang bisa berlalu dari pada Sang Sabda yang berdiri di depannya dengan penuh harap dan kasih.

Akankah kita meniru sifat dan sikap tragis pemuda kaya terpandang, namun tak menempatkan Allah pada prioritas utama dalam hidup? Sabda Akhir Yesus yang ketujuh ini sekali lagi mengingatkan kita untuk berani menyerahkan segala apa yang kita miliki pada BapaNya, termasuk nyawa kita sendiri, agar kita selamat dan mendapat kebahagiaan yang kekal dan abadi. Amin?

Renungan Jelang Paskah 22

Sabda Ketujuh

Source : FB  Paulus Budiraharjo

Turutilah Firman Tuhan Maka maut tidak akan berkuasa



Turutilah Firman Tuhan

Maka maut tidak akan berkuasa


Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang2 Yahudi. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?"Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.

Jika ada orang yang menuduh kita telah berbuat kesalahan tanpa alasan dan bukti nyata. Maka sulit bagi kita menerimanya apalagi mengakui kesalahan itu.Tidak jarang terjadi pembelaan diri dengan dalih kebenaran akan terungkap pada waktunya.

Begitu juga sabda Tuhan hari ini: Semakin dekat waktunya akan penggenapan Furman Allah, semakin exis juga orang2 Yahudi mempertanyakan siapakah Yesus itu sampai menuduh Dia sedang kerasukan Setan. Namun kemuliaan Kristus yang berasal dari Allah Bapa itu mengungkapkan kalau Yesus Kristus itu telah ada sebelum Abraham jadi.(Yoh.8:58) Kaget bukan main, amarah semakin menjadi-jadi hingga mereka melempar Yesus dengan batu.

Kita juga sering melempar batu Kristus jika kita mengalami kesulitan dan persoalan yang tak pernah selesai. Kita cendrung menyalahkan Allah bila doa kita masih belum terkabul. Orang lain semakin jaya sedangkan kita yang rajin beribadah, rajin berdoa masih terpuruk juga. Apa salahku dan apa dosaku.....?. Janganlah minta muzijat Tuhan datang tetapi nyatakanlah dalam iman kalau diri kita ini adalah muzijat Tuhan yang nyata dalam diri kita dan sesama. Turutilah Firman Tuhan maka mautpun tak akan berkuasa.



RENUNGAN
KAMIS, 10 APRIL 2014.
YOHANES 8:51-59 BP=Kej.17:3-9 BK=Mzm.105:4-9
Hari Biasa Pekan V Prapaskah – APP ( Belajar Sepanjang Hidup )

DOA =Ya...Bapa, jangan biarkan aku menyalahkan orang lain, tetapi yakinkanlah aku untuk berusaha berbuat baik.
SALAM KASIH KRISTUS
A.Fernando Zai

Janganlah Jadi Pengkhianat



Janganlah Jadi Pengkhianat

Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami
mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?".........................................................................................................
Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!

Secara liturgis, pekan Suci di awali dengan perayaan Minggu Palma, mengenang peristiwa Yesus masuk Yerusalem dgn mengendari seekor keledai. Orang banyak dgn penuh sukacita menyambut Yesus di kota suci Yerusalem. Mereka melambai-lambaikan daun Palma dgn memasang permadani di jalanan yang di lalui Yesus. Orang-orang begitu antusias meng-elu elukan Yesus “ Hosana....3x ...! terpujilah Dia yang datang atas nama Tuhan “

Sesungguhnya perayaan Minggu Palma mengandung peringatan bagi semua orang yang percaya kepada Kristus. Pada waktu yang singkat pujian Hosana berubah menjadi “ salibkanlah Dia “ dengan kata lain betapa labilnya iman manusia terhadap Tuhannya.

Yudas eskariot salah satu murid Yesus menjadi pengkhinat atas diri Yesus. Hanya karna tiga puluh uang perak saja dia rela menanggung resiko, agar Gurunya di tangkap dan di bunuh. Yudas tidak pernah memikirkan betapa besar kasih Yesus kepadanya dan kepada muri-murid yang lain. Ia lebih mementingkan harta duniawi dari pada keselamtan kekal yang di janjikan Kristus sendiri kepada mereka. Benar sabda Tuhan dimana ada hartamu di situ ada hatimu.(Luk.12:34)

Seperti pagar makan tanaman. Syair ini pantas bagi mereka yang suka berprofesi kibus. Hanya demi imbalan materi, ia mau mengkhianti Tuhannya atau komunitasnya. Sekalipun itu kerugian bagi dirinya sendiri, sebab ia hanya memikirkan yang sesaat sementara yang seterusnya ia anggap urusan nanti. Pengkhianat tidak akan bertahan dalam persahabatan sejati, tetapi bisa menjadi sumber persoalan bagi dirinya sendiri jika hal itu di ketahui oleh orang lain.

RENUNGAN
MINGGU, 13 APRIL 2014.
MATIUS 26:14-27,66 BP=Yes.50:4-7 BK=Mat.21:1-11
Hari Minggu Palma Mengenangkan Sengsara Tuhan 
APP = ( Belajar Sepanjang Hidup )

DOA =Ya...Bapa, anugerahilah aku Roh kesetiaan akan diriMu dan kuatkanlah aku agar tidak berpaling dari pada ajaran_MU
SALAM KASIH KRISTUS
A.Fernando Zai


Yesus Turun ke Tempat Penantian ( Catatan Obyektif )




Yesus Turun ke Tempat Penantian 

Catatan Obyektif )


Ketika Yesus, setelah menyerukan suatu teriakan nyaring, wafat, aku melihat jiwa surgawi-Nya dalam rupa sebuah meteor yang cemerlang menembusi bumi di bawah kaki Salib, dengan disertai Malaikat Gabriel dan banyak malaikat lainnya. Kodrat IahiNya terus bersatu dengan jiwa dan tubuh-Nya yang masih tergantung di kayu Salib, tetapi tak dapat aku menjelaskan bagaimana hal ini terjadi, walau aku melihatnya dengan jelas dalam benakku. Tempat yang dimasuki jiwa Yesus terbagi atas tiga bagian, yang tampak bagiku bagaikan tiga dunia; aku merasa bahwa bagian-bagian itu bulat dan bahwa masing-masing bagian dipisahkan dari yang lainnya dengan suatu belahan.
Aku melihat suatu tempat yang indah cemerlang di hadapan Limbo (= Tempat Penantian); tempat itu dikelilingi bunga-bungaan, semilir angin sepoi-sepoi berhembus; banyak jiwa-jiwa ditempatkan di sana sebelum diperkenankan masuk ke Surga setelah mereka bebas dari Purgatorium (= Api Penyucian). Limbo, tempat di mana jiwa-jiwa menanti Penebusan, terbagi dalam bilik-bilik yang berbeda, dan diliputi suatu lapisan kabut tebal. Tuhan kita tampak kemilau dalam cahaya dengan dikelilingi para malaikat, yang menghantar-Nya dengan jaya lewat di antara dua dari bilik-bilik itu; bilik sebelah kiri dihuni para patriark (= bapa bangsa) yang hidup sebelum masa Abraham, dan bilik sebelah kanan dihuni mereka yang hidup antara masa Abraham dan St Yohanes Pembaptis. Jiwa-jiwa ini pada mulanya tidak mengenali Yesus, namun demikian mereka dipenuhi perasaan sukacita dan pengharapan. Tak sejengkal pun tempat dalam tahanan-tahanan sempit itu yang tidak diliputi perasaan bahagia. Lewatnya Yesus dapat diperbandingkan dengan hembusan napas, kilasan cahaya, atau jatuhnya tetesan embun, begitu cepat bagaikan angin puyuh. Setelah melewati kedua bilik itu, Yesus tiba di suatu tempat gelap di mana Adam dan Hawa berdiri; Ia berbicara kepada mereka, mereka merebahkan diri (= prostratio) dan sujud menyembah-Nya dalam ekstasi sukacita yang sempurna. Segera mereka menggabungkan diri dalam kelompok para malaikat dan menyertai Tuhan kita menuju bilik kiri, yang dihuni para patriark yang hidup sebelum Abraham. Bilik ini semacam Purgatorium, beberapa roh jahat berkeliaran di antara jiwa-jiwa, berusaha memenuhi jiwa dengan kecemasan dan kegelisahan. Pintu masuknya, yang melalui semacam pintu, tertutup tetapi para malaikat mengetuk dan aku pikir aku mendengar mereka berkata, “Bukalah pintu-pintu ini.” Ketika Yesus masuk dengan jaya, para iblis berhamburan seraya berseru, “Apa urusan-Mu dengan kami? Mau apakah Engkau datang kemari? Apakah Engkau hendak menyalibkan kami juga?” Para malaikat menghalau mereka pergi, setelah terlebih dahulu membelenggu mereka. Jiwa-jiwa malang yang terkurung di tempat ini hanya memiliki firasat samar dan gagasan kabur akan kehadiran Yesus; tetapi saat Ia memaklumkan kepada mereka bahwa Ia Sendirilah itu, mereka meledak dalam sorak-sorai sukacita dan menyambut-Nya dengan madah girang dan gembira.
Jiwa Tuhan kita lalu pergi ke sebelah kanan, menuju bagian yang merupakan Limbo yang sesungguhnya; di sana Ia bertemu dengan jiwa penyamun yang baik, yang sedang dibawa para malaikat ke pangkuan Abraham, juga bertemu dengan jiwa penyamun yang jahat, yang sedang diseret oleh para iblis ke Neraka. Tuhan kita mengatakan beberapa patah kata kepada mereka berdua, lalu masuk ke dalam pangkuan Abraham, dengan disertai sejumlah besar malaikat dan jiwa-jiwa kudus, juga iblis-iblis itu yang telah dibelenggu dan dihalau dari bilik.
Tempat ini tampak padaku lebih tinggi dari sekelilingnya; aku hanya dapat menggambarkan perasaanku saat memasukinya dengan memperbandingkannya dengan seorang yang tiba-tiba masuk ke dalam gereja, setelah beberapa waktu lamanya berada di tempat pemakaman. Para iblis, yang dibelenggu kuat-kuat, amat enggan memasukinya dan berusaha menolak sekuat tenaga, tetapi para malaikat memaksa mereka untuk maju. Semua orang benar yang hidup sebelum masa Kristus berkumpul di sana: para patriark, Nabi Musa, hakim-hakim, dan raja-raja di sebelah kiri; dan di sebelah kanan: para nabi, para leluhur Tuhan kita, juga kerabat-kerabat dekat-Nya, seperti Yoakim, Anna, Yosef, Zakharia, Elisabet dan Yohanes. Tak ada iblis di tempat ini, satu-satunya kesedihan yang dirasakan oleh mereka yang berada di sini adalah kerinduan mendalam akan segera digenapinya janji Allah; dan ketika Tuhan kita masuk, mereka menyambut-Nya dengan madah sukacita penuh syukur serta puji-pujian atas kegenapannya, mereka merebahkan diri dan sujud menyembah-Nya, roh-roh jahat yang diseret ke dalam pangkuan Abraham saat Tuhan kita masuk, dipaksa mengaku dengan sangat malu bahwa mereka telah ditaklukkan. Banyak dari jiwa-jiwa kudus ini diperintahkan oleh Tuhan kita untuk kembali ke bumi, memasuki jasad-jasad mereka, serta menyampaikan kesaksian yang khidmad dan mengesan akan kebenaran. Saat itulah begitu banyak orang mati bangkit meninggalkan kubur-kubur mereka di Yerusalem; aku kurang menganggap mereka sebagai orang-orang mati yang dibangkitkan kembali, melainkan lebih sebagai mayat-mayat yang digerakkan oleh kuasa ilahi, dan yang, setelah menunaikan misi yang dipercayakan kepada mereka, dikesampingkan, bagaikan lencana jabatan yang dilepaskan seorang pegawai apabila ia telah selesai menjalankan tugas-tugas dari atasannya.
Selanjutnya, aku melihat Tuhan kita, dengan arak-arakan-Nya yang jaya, masuk ke dalam semacam Purgatorium yang dipenuhi dengan orang-orang kafir yang baik, yang hanya memiliki seberkas cahaya samar akan kebenaran, yang merindukan kegenapannya. Purgatorium ini sangat dalam, terdapat beberapa iblis di sana, juga beberapa berhala kafir. Aku melihat iblis-iblis dipaksa mengakui penyesatan yang telah mereka lakukan sehubungan dengan berhala-berhala ini, dan jiwa-jiwa kafir yang malang sujud menyembah di kaki Yesus dan memuliakan-Nya dengan sukacita yang tak terlukiskan; di sini, juga, iblis-iblis dibelenggu dengan rantai-rantai dan diseret pergi. Aku melihat Juruselamat kita melakukan banyak tindakan dan perbuatan lain; tetapi pada saat yang sama aku menderita begitu hebat, sehingga tak dapat aku mengisahkannya seperti yang aku harapkan.
Akhirnya, aku melihat Yesus menghampiri pusat sebuah jurang yang luas, begitulah, ke Neraka itu sendiri, dan ekspresi wajah-Nya sungguh teramat garang.
Bagian luar Neraka sangat mengerikan serta menakutkan; merupakan suatu bangunan yang sangat besar dan kokoh; batu-batu granit yang membentuknya, walau berwarna hitam, namun memancarkan cahaya metalik, pintu-pintunya yang gelap dan berat dikunci dengan gerendel-gerendel yang begitu ngeri hingga tak seorang pun sanggup memandangnya tanpa merasa gemetar. Erangan-erangan dalam dan seruan-seruan keputusasaan terdengar jelas walau pintu-pintu tertutup rapat; tetapi, oh, siapakah gerangan yang dapat menggambarkan jerit dan pekik miris yang memekakkan telinga saat gerendel-gerendel dilepaskan dan pintu-pintu dibuka; dan oh, siapakah gerangan yang dapat melukiskan penampilan menyedihkan dari para penghuni tempat terkutuk ini!
Bentuk yang biasa digambarkan untuk Yerusalem Surgawi dalam penglihatan-penglihatanku adalah sebagai suatu kota yang indah serta aman sentosa, dan tingkat-tingkat kemuliaan yang berbeda dengan mana mereka yang terpilih diangkat, ditunjukkan oleh keindahan istana-istana mereka, atau buah-buahan dan bunga-bungaan mengagumkan yang menghiasi kebun dan taman. Neraka diperlihatkan kepadaku dalam bentuk yang sama, tetapi semua yang ada di dalamnya adalah kebalikannya, pengap, kacau, serta penuh sesak; segala sesuatu cenderung memenuhi benak dengan perasaan sakit dan menderita; tanda-tanda amarah dan murka Allah terlihat di mana-mana; keputusasaan, bagaikan burung nazar, menggerogoti setiap hati; pertikaian dan kesengsaraan merajalela. Dalam Yerusalem Surgawi, segalanya damai sejahtera dan harmoni abadi; awal, kegenapan dan akhir dari segala sesuatu adalah kebahagiaan yang sejati dan sempurna; kota penuh dengan bangunan-bangunan indah yang dihias begitu rupa hingga mempesona setiap mata dan memikat setiap hati; para penghuni tempat tinggal yang penuh sukacita ini diliputi kebahagiaan dan kegembiraan yang meluap-luap, taman dan kebun tampak meriah dengan bunga-bunga cantik dan pepohonan sarat dengan buah-buah sedap yang memberi kehidupan kekal. Dalam kota Neraka, tak suatu pun yang dapat dilihat selain dari penjara bawah tanah yang suram, gua-gua yang gelap, padang-padang gurun yang mengerikan; bau busuk merebak, penuh dengan berbagai jenis binatang melata berbisa yang menjijikkan yang dapat di bayangkan. Di Surga, kalian menyaksikan kebahagiaan dan persekutuan harmonis para kudus; di Neraka, pertikaian celaka yang terus-menerus, segala bentuk dosa dan kejahatan, baik dalam bentuk-bentuk yang paling mengerikan yang dapat dibayangkan, maupun diperlihatkan dalam berbagai macam siksa yang ngeri. Segala sesuatu dalam tempat tinggal terkutuk ini cenderung memenuhi benak dengan kengerian; tak sepatah kata penghiburan maupun gagasan yang menenangkan hati ada di sana; satu-satunya pemikiran yang berkecamuk, bahwa keadilan Allah yang Mahakuasa yang menimpa mereka yang terkutuk tak lain adalah apa yang memang sepantasnya bagi mereka, merupakan penghukuman hebat yang menyengsarakan hati mereka. Kejahatan menyatakan dirinya yang asli, dalam warna-warna suram memuakkan, disingkapkan dari topeng yang menyembunyikannya semasa di dunia, dan ular neraka tampak melahap dengan rakus mereka yang mencintai ataupun mengembangkannya semasa di dunia ini. Singkat kata, Neraka adalah bait kesengsaraan dan keputusasaan, sementara Kerajaan Allah adalah bait damai sejahtera dan kebahagiaan. Hal-hal ini lebih mudah dipahami apabila dilihat; tetapi hampir-hampir tak mungkin digambarkan dengan jelas.
Lontaran dahsyat sumpah-serapah, kutuk, umpat, jerit keputusasaan, dan seruan-seruan mengerikan yang, bagaikan sambaran petir, meledak ketika pintu-pintu gerbang Neraka dibuka oleh para malaikat, bahkan sungguh sulit dibayangkan. Tuhan kita pertama-tama berbicara kepada jiwa Yudas, dan para malaikat kemudian memaksa segenap setan untuk mengakui serta menyembah Yesus. Setan-setan itu pastilah lebih suka menanggung siksa yang paling ngeri daripada dihina begitu rupa; tetapi mereka semua harus taat. Banyak dari antara iblis itu yang dirantai pada sebuah lingkaran yang ditempatkan sekeliling lingkaran-lingkaran lain. Di pusat Neraka aku melihat suatu jurang yang gelap serta mengerikan, ke dalam jurang inilah Lucifer dicampakkan, setelah dibelenggu kuat-kuat dengan rantai-rantai; awan tebal dari asap belerang yang hitam membubung dari kedalamannya yang ngeri, dan menyelubungi si ular tua dalam gumpalan-gumpalannya yang suram, dengan demikian berhasil menyembunyikannya dari setiap mereka yang melihatnya. Tuhan Sendiri telah memaklumkan; juga diberitahukan kepadaku, jika aku mengingatnya dengan tepat bahwa ia akan dilepaskan untuk masa limapuluh atau enampuluh tahun sebelum tahun Kristus 2000. Tanggal-tanggal dari banyak peristiwa lain dinyatakan kepadaku, yang tak dapat aku ingat lagi sekarang, tetapi sejumlah setan akan dilepaskan jauh lebih awal dari Lucifer, untuk mencobai manusia, dan untuk dipakai sebagai alat murka ilahi. Aku pikir bahwa sebagian dari mereka pastilah telah dibebaskan bahkan pada masa sekarang ini, sementara yang lainnya akan segera dibebaskan dalam waktu dekat.
Sama sekali tidaklah mungkin bagiku untuk menggambarkan segala hal yang diperlihatkan kepadaku; sungguh teramat banyak hingga tak dapat aku cukup meringkasnya guna menggambarkan serta menerangkannya agar dapat dimengerti dengan jelas. Di samping itu sengsaraku demikian hebat, dan apabila aku berbicara mengenai penglihatan-penglihatanku, aku melihat penglihatan-penglihatan itu dalam mata jiwaku, digambarkan dengan begitu hidup, hingga penglihatan itu hampir-hampir cukup mengakibatkan suatu makhluk fana yang lemah sepertiku ini mati.
Selanjutnya aku melihat kelompok-kelompok jiwa yang telah ditebus, yang tak terhitung banyaknya, dibebaskan dari Purgatorium dan dari Limbo. Mereka mengikuti Tuhan kita ke suatu tempat penuh sukacita yang terletak di atas Yerusalem Surgawi, di mana aku, tak berapa lama berselang, melihat jiwa seseorang yang amat aku kasihi. Jiwa penyamun yang baik juga dibawa ke sana, dan janji Tuhan kita, “Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” sungguh digenapi.
Adalah di luar kuasaku untuk menjelaskan waktu yang tepat dari setiap peristiwa yang terjadi ini, pun tak dapat aku menceritakan separuh dari segala yang aku lihat dan dengar; sebab sebagian dari antaranya bahkan aku sendiri pun tak mampu memahaminya, sementara orang-orang lain mungkin akan salah paham jika aku berusaha menceritakannya. Aku melihat Tuhan kita di berbagai tempat. Bahkan Ia menampakkan diri kepadaku di tengah samudera guna menguduskan dan mendatangkan keselamatan bagi segenap ciptaan. Roh-roh jahat lari terbirit-birit melihat kedatangan-Nya dan menceburkan diri ke dalam jurang yang gelap. Aku juga melihat jiwa Yesus di berbagai belahan bumi, pertama-tama dalam makam Adam, di bawah Golgota; dan ketika Ia berada di sana, jiwa-jiwa Adam dan Hawa datang kepada-Nya; Ia berbicara kepada mereka beberapa waktu lamanya. Lalu, Ia mengunjungi makam-makam para nabi yang dimakamkan dalam suatu kedalaman yang terdalam di bawah permukaan tanah; tetapi Ia menembusnya dalam sekejap mata saja. Jiwa mereka segera memasuki kembali jasad-jasad mereka dan Ia berbicara kepada mereka serta menerangkan misteri-misteri yang paling menakjubkan. Selanjutnya, aku melihat Yesus, dengan disertai sekelompok nabi pilihan, di antaranya secara khusus aku mengenali Daud, mengunjungi belahan-belahan bumi yang telah dikuduskan oleh mukjizat-mukjizat dan sengsara-Nya. Ia menjelaskan kepada mereka, dengan kasih dan kelemah-lembutan yang luar biasa, berbagai simbol dalam hukum lama yang merupakan nubuat akan masa mendatang; dan Ia menunjukkan kepada mereka bagaimana Ia Sendiri telah menggenapi setiap nubuat. Penglihatan akan jiwa Tuhan kita, yang dikelilingi oleh jiwa-jiwa bahagia ini, dan bermandikan cahaya, sungguh teramat agung tak terlukiskan sementara Ia melayang dengan jaya di udara, terkadang melintas, dengan kecepatan cahaya, di atas sungai-sungai, lalu menembusi bukit-bukit karang yang terkokoh hingga ke pusat bumi yang terdalam, atau bergerak tanpa suara di atas permukaannya.
Aku tak dapat mengingat apa-apa lagi di luar kisah-kisah yang baru saja aku ceritakan mengenai turunnya Yesus ke tempat penantian, ke mana Ia pergi guna menganugerahkan kepada jiwa-jiwa yang tertahan di sana rahmat Penebusan yang telah Ia peroleh bagi mereka dengan sengsara dan wafat-Nya. Aku melihat semuanya ini dalam kilasan waktu yang sangat singkat; sesungguhnya waktu berlalu begitu cepat hingga bagiku serasa sekejap saja. Namun demikian, pada saat yang sama, Tuhan kita memperlihatkan kepadaku suatu penglihatan lain, di mana aku menyaksikan kerahiman tak terhingga yang Ia limpahkan pada masa sekarang kepada jiwa-jiwa malang di Purgatorium; sebab dalam setiap perayaan hari yang agung ini, yaitu ketika Gereja-Nya merayakan misteri mulia wafat-Nya, Yesus mengarahkan pandangan penuh belas kasihan kepada jiwa-jiwa di Purgatorium, dan membebaskan sebagian dari mereka yang berdosa terhadap-Nya sebelum penyaliban-Nya. Pada masa sekarang, aku melihat Yesus membebaskan banyak jiwa-jiwa; aku kenal sebagian dari mereka, sebagian lainnya asing bagiku, tetapi tak dapat aku menyebutkan satu pun dari antara mereka.
Tuhan kita, dengan turun ke tempat penantian, menanamkan (jika aku boleh mengatakannya demikian), dalam kebun rohani Gereja, suatu pohon misterius, yang buah-buahnya - yaitu, jasa-jasa-Nya - diperuntukkan bagi pembebasan yang terus-menerus jiwa-jiwa malang di Purgatorium. Gereja Pejuang haruslah merawat pohon ini dan mengumpulkan buah-buahnya, guna memberikannya kepada Gereja Menderita (= jiwa-jiwa di api penyucian), yang tak dapat berbuat apa-apa bagi dirinya sendiri. Itulah yang kita dapatkan dari segala jasa-jasa Kristus; patutlah kita bekerjasama dengan Dia jika kita rindu memperoleh bagian kita di dalamnya; patutlah kita mendapatkan makanan kita dengan tetesan keringat kita. Segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan bagi kita, pada waktunya pasti akan menghasilkan buah dalam keabadian, namun demikian haruslah kita mengumpulkan buah-buah ini pada waktunya, jika tidak, kita tak akan dapat memilikinya dalam keabadian. Gereja adalah bunda yang paling bijaksana dan penuh perhatian; tahun gerejani adalah kebun yang sangat luas dan mengagumkan di mana segala buah-buah bagi kehidupan kekal dikumpulkan bersama, agar kita dapat mempergunakannya pada waktunya. Setiap tahun cukup untuk memenuhi kebutuhan semuanya; tetapi, celakalah tukang kebun yang teledor atau tidak jujur, yang membiarkan buah yang dipercayakan kepadanya binasa; jika ia lalai mempertanggung-jawabkan secara pantas rahmat-rahmat itu, yang akan menyembuhkan mereka yang sakit, menguatkan mereka yang lemah, ataupun mengenyangkan mereka yang lapar! Apabila Hari Penghakiman tiba, Tuan yang empunya kebun akan menuntut pertanggung-jawaban yang seksama, bukan saja dari setiap pohon, melainkan juga dari setiap buah yang dihasilkan dalam kebun.
sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Renungan Tri Hari Suci



Renungan Tri Hari Suci

"Sudah selasai" (Yoh. 19:30)
Sabda Akhir Yesus yang keenam ini mengatakan pada kita akan misiNya yang telah lengkap Ia selesaikan di bumi. Ia telah menyelesaikan seluruh tugas perutusan yang diberikan oleh Bapa hingga tertumpah darahNya di salib. Yang terucap kini adalah: "Sudah selesai." atau yang dalam bahasa Yunani disebut sebagai Tetelestai (berasal dari kata teleo artinya selesai). Hingga kini masyarakat Yunani masih menggunakan kata Tetelestai sebagai stempel tanda lunas. Ia telah membayar semua dosa orang-orang percaya di salib.
Fulton Sheen dalam tulisannya, "Seven Last Words" mengatakan, bahwa penciptaan manusia selesai di hari yang keenam. Yesus telah menyelesaikan misiNya, seperti yang Ia sabdakan di sabda yang keenam ini.
Sabda keenam ini, bagi Fulton Sheen dalam tulisannya, "Seven Capital Sins", adalah pembenahan bagi dosa-dosa kemalasan kita. Tanpa disadari manusia banyak yang telah dikungkung oleh kemalasan fisik ataupu kemalasan spiritual. Kemalasan fisik melarikan manusia daeri realita akan kerja keras dan disiplin. Namun kemalasan spiritual memalingkan manusia dari Tuhan.
Dalam perumpamaan mengenai lima gadis bodoh yang tak memiliki minyak dalam menantikan mempelai adalah contoh baik mengenai kemalasan spiritual. Orang yang bertanya, "Untuk apa ke Gereja? Tak ada untungnya .." adalah buah dari kemandulan spiritual. Kemalasan spiritual kelak akan memnuahkan kematian spiritual. Setiap orang akan mati dan dibangkitkan. Orang-orang yang tekun dan percaya padaNya akan ditempatkan di sebelah kananNya. Dan orang-orang yang jahat dan mandul secara spiritual akan ditempatkan disebelah kiriNya. Dan kita tahu akhir cerita ini, seperti halnya lima gadis pintar yang masuk dalam perta pernikahan, namun lima gadis malas tertinggal di luar.
Manusia modern kebanyakan terjebak dalam pola hidup yang work-aholic. Namun pola hidup hidup yang demikian tidak secara otomatis menjadikan dirinya tidak malas secara spiritual. Justru banyak diantara mereka yang work aholic memiliki kemalasan spiritual. Relasi yang lebih penting antara manusia dan Allah mereka abaikan, dan justru mereka lebih sibuk dengan relasi antar manusia.
Disisi yang lain, kemalasan fisik juga bisa diikuti pula oleh kemalasan spiritual. Orang yang demikian tak memiliki lagi gairah dalam kehidupan. Bukankah Injil telah dengan keras memperingatkan, bahwa bagi orang yang tak bekerja tak usah mendapat makanan.
Allah sesungguhnya ingin kita untuk tidak malas, baik secara fisik maupun secara spiritual. Apabila kita tekun menjalin relasi denganNya melalui doa dan penyerahan diri, maka Ia akan memaparkan rancanagn yang indah bagi diri kita. Keputusan berada ditangan kita, apakah kita akan menyerahkan diri kita dan hidup dalam randanganNya yang besar dan indah; atau kita lebih memilih untuk hidup berpijak diatas kaki kita sendiri dan rancangan kita lah yang indah bagi diri kita.
Orang yang selfish tentu ingin berpijak pada diri sendiri dan merancang secara detail kehidupannya, dengan sedikit atau tanpa campur tangan Allah sama sekali. Dan seringkali orang yang demikian dipuja oleh media dan dimuliakan dunia. Namun, orang yang mengijinkan Allah untuk berkarya dalam hidupnya akan hidup dalam kerendah hatian dan mempersilakan Allah utntuk mengubah haluan hidup kita sesuai dengan rancanganNya yang indah bagi diri kita. Tuhan telah selesai dalam misiNya untuk membayar lunas segala hutang kita, apakah kita mau sebagai gantinya menyerahkan diri kita bagi Tuhan untuk berkarya dalam misiNya yang besar? Manakah yang akan dan telah kita pilih, hidup dalam rancangan diri kita sendiri atau dalam rancanganNya yang indah?
Selamat merayakan Tri Hari Suci.    Dan selamat berkunjung di ParsanbasFoto.
Source :  FB Paulus Budiraharjo

Thursday, April 17, 2014

Kristus sebagai bagian orang-orang kudus.



Kristus sebagai bagian orang-orang kudus. 

Pembacaan Alkitab: Kol. 1:12; Kej. 12:1-3
Dalam berita ini kita akan membahas Kristus sebagai bagian orang-orang kudus. Dalam 1:12 Paulus berkata, “Dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam terang.” Seperti akan kita lihat, bagian orang-orang kudus adalah Kristus yang almuhit untuk kenikmatan kita.

Menurut Kitab Kejadian, tidak ada janji yang mencakup berkat atau kenikmatan yang diberikan sebelum terpanggilnya Abraham. Tentu saja, dalam Kejadian 3:15 terdapat janji tentang benih perempuan yang akan meremukkan kepala ular. Tetapi janji ini tidak mengandung janji berkat atau kenikmatan. Dalam Kejadian 4—11 tidak terdapat catatan tentang janji yang sedemikian. Janji berkat kali pertama disebut dalam Kejadian 12, ketika Allah memanggil Abraham keluar dari negerinya dan dari rumah bapaknya. Di sini Tuhan khusus menyebut tanah itu (Kej. 12:1).

Kita mungkin hafal dengan kisah Abraham dan mengira kita mengerti setiap hal yang berkaitan dengannya. Ketika kita membaca panggilan Allah atas Abraham dan janji-janji yang ditujukan kepadanya, kita mungkin mengira memang semestinya begitu. Jadi, ketika kita membaca tentang tanah itu, kita mungkin tidak mempunyai kesan terhadap maknanya. Tetapi, jika kita membaca firman Allah dengan saksama, kita pasti akan memahami bahwa janji Allah kepada Abraham tentang tanah itu adalah suatu hal yang sangat menonjol dan penting sekali. Janji yang dibuat dalam Kitab Kejadian ini merupakan benih yang bertumbuh dan berkembang dalam seluruh Perjanjian Lama. Pada hakikatnya, selain kesebelas pasal pertama dari Kitab Kejadian, seluruh Perjanjian Lama merupakan kisah tanah Kanaan. Subyek Perjanjian Lama adalah tanah permai, tanah yang mengalirkan susu dan madu. Namun demikian, sangat sedikit orang Kristen yang menaruh cukup perhatian terhadap hal ini.

Janji Allah kepada Abraham yang berkenaan dengan tanah permai itu besar sekali maknanya. Ketika Paulus menulis Surat Kiriman Kolose dan membicarakan bagian kaum saleh, dalam pikirannya pasti tersirat lukisan tentang pembagian tanah permai untuk bani Israel dalam Perjanjian Lama. Kata Yunani yang diterjemahkan “bagian” dalam 1:12 dapat juga diterjemahkan “undian”. Paulus memakai istilah ini dengan catatan Perjanjian Lama atas tanah itu sebagai latar belakangnya. Allah memberi umat pilihan-Nya — bani Israel, tanah permai sebagai warisan dan kenikmatan mereka. Tanah itu berarti sekali bagi mereka. Pada faktanya, persoalan tanah merupakan persoalan yang serius di Timur Tengah, bahkan pada hari ini. Masalah yang berhubungan dengan Israel dan negara-negara sekitarnya di Timur Tengah adalah masalah tanah.

Janji yang ditujukan kepada Adam dan Hawa dalam Kejadian 3 adalah janji tentang keturunan perempuan itu. Tetapi janji yang Allah tujukan kepada Abraham tidak saja tentang keturunan, tetapi juga tentang tanah itu. Keturunan yang dijanjikan dalam Kejadian 3:15 menjadi tanah dalam Kejadian 12. Ketika bani Israel masuk ke dalam tanah Kanaan, mereka tidak saja mewarisi keturunan, juga mewarisi tanah itu. Kita boleh menerjemahkan keturunan sebagai satu orang, juga sebagai satu benih yang ditaburkan dalam tanah (kata “keturunan” atau “benih” dalam bahasa Inggrisnya adalah “seed”). Hal ini berarti Kristus bukan hanya satu keturunan, juga satu benih yang ditaburkan dalam tanah. Kristus adalah keturunan itu juga tanah itu.
Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 6

YESUS MATI UNTUK MENYELAMATKAN DAKU



YESUS MATI 

UNTUK MENYELAMATKAN DAKU

KEMATIAN YUDAS


(1) Pagi-pagi sekali, semua imam kepala dan pemimpin Yahudi membuat keputusan untuk membunuh Yesus.


(2) Mereka membelenggu Dia, dan membawa Dia, lalu menyerahkan-Nya kepada Pilatus, gubernur pemerintahan Roma.


(3) Ketika Yudas si pengkhianat itu melihat bahwa Yesus sudah dijatuhi hukuman, ia menyesal. Lalu ia mengembalikan ketiga puluh uang perak itu kepada imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin Yahudi.

(4) Ia berkata, "Saya sudah berdosa mengkhianati orang yang tidak bersalah, sampai Ia dihukum mati!" Tetapi mereka menjawab, "Peduli apa kami? Itu urusanmu!"

(5) Yudas melempar uang itu ke dalam Rumah Tuhan, lalu pergi dan menggantung diri.

(6) Imam-imam kepala memungut uang itu dan berkata, "Uang ini uang darah. Menurut hukum agama, uang ini tidak boleh dimasukkan ke dalam tempat persembahan di Rumah Tuhan."

(7) Lalu sesudah mereka sepakat, mereka memakai uang itu untuk membeli tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk. Tanah itu dipakai untuk kuburan orang-orang asing.

(8) Itulah sebabnya sampai hari ini tanah itu dinamakan "Tanah Darah".

(9) Dengan itu, terjadilah apa yang dikatakan oleh Nabi Yeremia, yaitu, "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang disetujui oleh bangsa Israel sebagai bayaran untuk Dia.

(10) Dan uang itu mereka pakai untuk membeli Tanah Tukang Periuk, seperti yang diperintahkan Tuhan kepadaku."


YESUS DIHADAPAN PILATUS

(11) Waktu Yesus menghadap Pilatus, gubernur negeri itu, Pilatus bertanya, "Apakah Engkau raja orang Yahudi?" "Begitulah katamu," jawab Yesus.

(12) Tetapi waktu imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin Yahudi mengemukakan banyak tuduhan terhadap Yesus, Ia tidak menjawab sama sekali.

(13) Sebab itu Pilatus berkata kepada-Nya, "Apakah Engkau tidak mendengar semua yang mereka tuduhkan kepada-Mu itu?"

(14) Tetapi Yesus tidak menjawab sedikit pun sehingga gubernur itu heran sekali.

(15) Pada setiap Perayaan Paskah, gubernur biasanya melepaskan seorang tahanan menurut pilihan orang banyak.

(16) Pada waktu itu ada seorang hukuman yang terkenal. Namanya Yesus Barabas.

17) Jadi, waktu orang banyak sudah berkumpul, Pilatus bertanya kepada mereka, "Siapakah yang kalian mau saya lepaskan untuk kalian? Yesus Barabas atau Yesus yang disebut Kristus?"

(18) Pilatus berkata begitu sebab ia tahu, bahwa penguasa-penguasa Yahudi menyerahkan Yesus kepadanya karena mereka iri hati.

(19) Pada waktu Pilatus sedang duduk di balai pengadilan, istrinya mengirim pesan ini kepadanya, "Janganlah engkau mencampuri perkara orang yang tidak bersalah itu, sebab oleh karena Dia, saya mendapat mimpi yang ngeri hari ini."

(20) Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin Yahudi terus saja menghasut orang banyak itu untuk meminta kepada Pilatus supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.

(21) Lalu gubernur itu bertanya lagi kepada mereka, "Dari kedua orang itu, siapakah yang kalian mau saya bebaskan untuk kalian?" "Barabas," jawab mereka.

(22) "Kalau begitu, saya harus buat apa dengan Yesus yang disebut Kristus?" tanya Pilatus kepada mereka. "Salibkan Dia!" jawab mereka semua.

(23) "Tetapi apa kejahatan-Nya?" tanya Pilatus. Lalu mereka berteriak lebih keras lagi, "Salibkan Dia!"

(24) Akhirnya Pilatus menyadari bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan bahwa orang-orang itu mungkin akan memberontak. Jadi ia mengambil air, lalu di hadapan orang banyak itu ia mencuci tangannya dan berkata, "Saya tidak bertanggung jawab atas kematian orang ini! Itu urusan kalian!"

(25) Seluruh orang banyak itu menjawab, "Ya, biarlah kami dan anak-anak kami menanggung hukuman atas kematian-Nya!"

(26) Lalu Pilatus melepaskan Barabas untuk mereka, dan menyuruh orang mencambuk Yesus; dan menyerahkan Dia untuk disalibkan.


YESUS DIOLOK-OLOKKAN

(27) Kemudian prajurit-prajurit Pilatus membawa Yesus masuk ke istana gubernur, dan seluruh pasukan berkumpul di sekeliling Yesus.

(28) Mereka membuka pakaian Yesus, dan mengenakan kepada-Nya jubah ungu.

(29) Mereka membuat sebuah mahkota dari ranting-ranting berduri, dan memasangnya pada kepala Yesus. Kemudian mereka menaruh sebatang tongkat pada tangan kanan-Nya, lalu berlutut di hadapan-Nya dan mengejek Dia. "Daulat Raja Orang Yahudi!" kata mereka.

(30) Mereka meludahi Dia, dan mengambil tongkat itu, lalu memukul Dia di kepala-Nya

(31) Sesudah mempermainkan Dia, mereka membuka jubah ungu itu lalu mengenakan kembali pakaian-Nya sendiri. Kemudian Ia dibawa ke luar untuk disalibkan.


YESUS DISALIBKAN

(32) Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene bernama Simon. Mereka memaksa orang itu memikul salib Yesus.

(33) Kemudian mereka sampai di suatu tempat yang bernama Golgota, yang artinya "Tempat Tengkorak".

(34) Di situ mereka memberi Yesus minum anggur yang bercampur empedu. Tetapi sesudah Yesus mencicipi anggur itu, Ia tidak mau meminumnya.

(35) Kemudian mereka menyalibkan Dia, dan membagi-bagikan pakaian-Nya dengan undian.

(36) Setelah itu mereka duduk menjaga Dia di sana.

(37) Di atas kepala-Nya mereka memasang tulisan mengenai tuduhan terhadap-Nya, yaitu: "Inilah Yesus, Raja Orang Yahudi".

(38) Bersama-sama dengan Dia mereka menyalibkan juga dua orang penyamun; seorang di sebelah kanan, seorang lagi di sebelah kiri-Nya.

(39) Orang-orang yang lewat di situ menggeleng-gelengkan kepala, dan menghina Yesus.

(40) Mereka berkata, "Kau yang mau merobohkan Rumah Allah, dan membangunnya dalam tiga hari! Kalau Kau Anak Allah, turunlah dari salib itu, dan selamatkan diri-Mu!"

(41) Begitu juga imam-imam kepala dan guru-guru agama serta pemimpin-pemimpin Yahudi mengejek Yesus. Mereka berkata,

(42) "Ia menyelamatkan orang lain, padahal diri-Nya sendiri Ia tidak dapat selamatkan! Kalau Dia raja Israel, baiklah Ia sekarang turun dari salib itu, baru kami mau percaya kepada-Nya.

(43) Ia percaya kepada Allah, dan berkata bahwa Ia Anak Allah. Nah, mari kita lihat apakah Allah mau menyelamatkan Dia sekarang."

(44) Penyamun-penyamun yang disalibkan dengan Dia itu pun malah menghina Dia juga seperti itu.


YESUS MATI

(45) Pada tengah hari, selama tiga jam, seluruh negeri itu menjadi gelap.

(46) Pukul tiga sore, Yesus berteriak dengan suara keras, "Eli, Eli, lama sabakhtani?" yang berarti, "Ya Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapakah Engkau meninggalkan Aku?"

(47) Beberapa orang di situ mendengar jeritan itu, dan berkata, "Ia memanggil Elia!"

(48) Seorang dari mereka cepat-cepat pergi mengambil bunga karang, dan mencelupkannya ke dalam anggur asam. Kemudian ia mencucukkannya pada ujung sebatang kayu, dan mengulurkannya ke bibir Yesus.

(49) Tetapi orang-orang lain berkata, "Tunggu, mari kita lihat apakah Elia datang menyelamatkan Dia!"

(50) Kemudian Yesus berteriak lagi dengan suara keras, lalu menghembuskan napas-Nya yang penghabisan.

(51) Gorden yang tergantung di dalam Rumah Tuhan sobek menjadi dua dari atas sampai ke bawah. Bumi bergetar dan gunung-gunung batu terbelah.

(52) Kuburan-kuburan terbuka, dan banyak umat Allah yang sudah meninggal dihidupkan kembali.

(53) Mereka keluar dari kuburan-kuburan sesudah Yesus bangkit dari kematian, dan mereka masuk ke Yerusalem. Dan di sana banyak orang melihat mereka.

(54) Kepala pasukan bersama-sama dengan prajurit-prajurit yang sedang menjaga Yesus menjadi ketakutan sekali waktu melihat gempa bumi, dan semua yang terjadi itu. Mereka berkata, "Sungguh, Dia ini Anak Allah!"

(55) Di situ ada juga banyak wanita yang sedang melihat dari jauh. Merekalah yang sudah mengikuti Yesus untuk menolong Dia sejak dari Galilea.

(56) Di antaranya ialah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.


YESUS DIKUBURKAN

(57) Malam itu datanglah seorang kaya dari Arimatea, yang bernama Yusuf. Ia juga pengikut Yesus.

(58) Ia pergi kepada Pilatus, dan minta jenazah Yesus. Lalu Pilatus memerintahkan supaya jenazah Yesus diberikan kepadanya.

(59) Maka Yusuf mengambil jenazah itu, dan membungkusnya dengan kain kapan dari linen yang baru.

(60) Lalu ia meletakkan jenazah Yesus di dalam kuburan kepunyaannya sendiri yang dibuat di dalam sebuah bukit batu. Sesudah itu ia menggulingkan sebuah batu besar menutupi pintu kubur itu, lalu pergi.

(61) Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal duduk di situ menghadapi kuburan itu.


KUBUR YESUS DIJAGA

(62) Keesokan harinya, pada hari Sabat, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi pergi bersama-sama menghadap Pilatus

(63) dan berkata, "Tuan, kami ingat waktu penipu itu masih hidup, Ia pernah berkata, 'Sesudah tiga hari Aku akan bangkit.'

(64) Karena itu, suruhlah orang menjaga kuburan itu baik-baik sampai hari yang ketiga, supaya pengikut-pengikut-Nya tidak dapat mencuri mayat-Nya lalu berkata kepada orang-orang bahwa Ia sudah dibangkitkan dari kematian. Dan penipuan yang terakhir ini akan lebih buruk daripada yang pertama."

(65) "Kalian punya tentara pengawal," kata Pilatus kepada mereka, "pergilah menjaga kuburan itu seketat mungkin."

(66) Lalu mereka pergi ke kuburan, menyegel batu penutupnya dan menempatkan penjagaan di depannya, supaya tidak ada yang mengganggu kuburan itu.


Tags