Latest News

Friday, August 29, 2014

Uskup Bandung YM Antonius Subianto Bunyamin OSC (Pegang Tongkat Uskup) bersama Kardinal (kiri), Nunsius (kanan), dan para uskup



Uskup Bandung YM Antonius Subianto Bunyamin OSC (Pegang Tongkat Uskup) bersama Kardinal (kiri), Nunsius (kanan), dan para uskup

Source : Fb Tradisi Katolik



Thursday, August 28, 2014

Fransiskus Radiama N
















Kota Keindahan

Foto: Renungan Rabu, 27 Agustus 2014: Kota Keindahan

Pw St Monika; I: 2 Tes 3:6-10, 16-18; Mzm 128; Luk 11-17

Ada suatu simbol tersembunyi dalam bacaan Injil hari ini. Dikisahkan Yesus masuk ke sebuah kota yang bernama Nain. Arti dari kata Nain adalah “keindahan”. Di gerbang kota ada rombongan yang membawa jenazah seorang anak laki-laki tunggal dari seorang janda. Ada kebiasaan orang Yahudi memakamkan jenazah di luar kota. Perhatikan gerakan dari setiap peristiwa!

Seorang janda hanya menggantungkan nasib kepada anak-anaknya saja. Nah, dalam bacaan ini, sang janda hanya mempunyai satu anak, dan sekarang anak itu mati. Bisa dibayangkan nasib janda ini kemudian hari. Hidup dia hancur berantakan. Mungkin, ia akan menjadi pengemis yang menggantungkan hidup kepada belas kasih orang lain. Hal itu dilukiskan secara indah dengan adegan si janda “keluar” dari pintu gerbang kota “keindahan”. Tapi, hidup sang janda tak indah lagi.

Yesus bertemu dengan rombongan ini. Yesus membangkitkan anak dari janda itu. Dilukiskan Yesus menyerahkan anak itu kepada ibunya. Bisa dibayangkan, rombongan ini tidak jadi meninggalkan kota Nain. Mereka masuk lagi ke kota yang penuh keindahan. Inilah gerak hidup si janda yang diselamatkan Yesus dari kehancuran.

Rahasia inilah yang dibongkar Paulus dalam bacaan pertama, di mana Paulus mengatakan kepada jemaat di Tesalonika, “Tuhan mengaruniakan damai sejahtera kepadamu terus-menerus dalam segala hal karena Ia menyertai kalian semua.”

 Kota Keindahan

Ada suatu simbol tersembunyi dalam bacaan Injil hari ini. Dikisahkan Yesus masuk ke sebuah kota yang bernama Nain. Arti dari kata Nain adalah “keindahan”. Di gerbang kota ada rombongan yang membawa jenazah seorang anak laki-laki tunggal dari seorang janda. Ada kebiasaan orang Yahudi memakamkanjenazah di luar kota. Perhatikan gerakan dari setiap peristiwa!

Seorang janda hanya menggantungkan nasib kepada anak-anaknya saja. Nah, dalam bacaan ini, sang janda hanya mempunyai satu anak, dan sekarang anak itu mati. Bisa dibayangkan nasib janda ini kemudian hari. Hidup dia hancur berantakan. Mungkin, ia akan menjadi pengemis yang menggantungkan hidup kepada belas kasih orang lain. Hal itu dilukiskan secara indah dengan adegan si janda “keluar” dari pintu gerbang kota “keindahan”. Tapi, hidup sang janda tak indah lagi.

Yesus bertemu dengan rombongan ini. Yesus membangkitkan anak dari janda itu. Dilukiskan Yesus menyerahkan anak itu kepada ibunya. Bisa dibayangkan, rombongan ini tidak jadi meninggalkan kota Nain. Mereka masuk lagi ke kota yang penuh keindahan. Inilah gerak hidup si janda yang diselamatkan Yesus dari kehancuran.

Rahasia inilah yang dibongkar Paulus dalam bacaan pertama, di mana Paulus mengatakan kepada jemaat di Tesalonika, “Tuhan mengaruniakan damai sejahtera kepadamu terus-menerus dalam segala hal karena Ia menyertai kalian semua.”

Ref Bacaan KS
Pw St Monika; I: 2 Tes 3:6-10, 16-18; Mzm 128; Luk 11-17


Monday, August 25, 2014

Laki-laki yang adil, hanya mencintai satu wanita, sebagaimana dia menuntut wanitanya hanya mencintainya.



Laki-laki,
kalau tidak setia kepada wanitanya, 
tidak pantas menuntut wanitanya untuk setia kepadanya. 

Laki-laki yang adil, hanya mencintai satu wanita, sebagaimana dia menuntut wanitanya hanya mencintainya. 

Mario Teguh




Moving on itu bukan soal melupakan perasaan cinta, 
tapi tentang melanjutkan kehidupan dengan sebaik-baiknya, 
dan tidak lagi merindukan kebiasaan bersama dengan orang yang tidak cocok bagimu.

Mario Teguh

Mengapa Donor Darah Gratis Tapi Penerimanya Harus Bayar?



Mengapa Donor Darah Gratis Tapi Penerimanya Harus Bayar?

Seingatku sejak menginjakkan kaki di Postulat Kapusin Mela-Sibolga hingga sebelum berangkat ke Tanah Misi di Australia, saya sangat rajin mendonorkan darah setiap tiga bulan atau lebih. 

Selain motivasi membantu mereka yang butuh tapi miskin juga kata Dokter dan ahli kesehatan itu bagus untuk kesehatan. Saya mendonorkan darah dengan hati ikhlas alias gratis namun para penerima donor selalu membayar sekian ratus ribu rupiah ntuk PMI. Mengapa tanyaku?
Pagi ini saya membaca sebuah artikel menjawab pertanyaan tadi walaupun saya kurang setuju dengan jawabannya.


Dituturkan bahwa "Setiap biaya yang dikeluarkan ketika membutuhkan darah adalah untuk biaya BPD atau biaya pemrosesan dari darah itu sendiri karena tak bisa langsung disalurkan dari pendonor ke penerima bukan buat bayar darahnya, bukannya harga si darah itu sendiri. 


Proses pengambilan darah dari pendonor memang tidak bisa langsung diberikan kepada penerima, ada tahapan yang harus dilakukan selama enam jam sebelum darah bisa diberikan kepada penerima harus melalui tahap uji kelayakan bebas dari penyakit seperti HIV, Malaria, dan Hepatitis. Juga dilihat kualitas darah yang bisa diberikan kepada penerima. Harga kantong darah yang masih impor pun menjadi salah satu faktor kenapa harga sekantong darah begitu mahal."

Rasa-rasanya keterangan ini kurang begitu masuk akal karena beberapa kali saya donor darah cuman hitungan menit darahnya langsung disalurkan ke pasien penerima. Jadi prosesnya tidak seperti disebutkan diatas. 


Menurut APBN tahun ini Bidang Kesehatan mempunyai anggaran terbesar ketiga setelah Pendidikan dan Agama, Koq kantong darah mesti diimpor dari luar negeri? Apa para dokter dan periset teknologi kesehatan "cukup bodoh" sehingga tidak mampu membuatnya dalam negeri dengan anggaran yang begitu melimpah. 
Source : FB P Martinus Situmorang

Pertemuan Suster2 JMJ Bidang Kesehatan Prop Makassar

Terima kasih Tuhan atas kebersamaan selama pertemuan 3 hari bersama Rm Kusmaryanto SCJ dan rekan-rekan suster yang berkarya dalam kerasulan kesehatan, untuk berefleksi dan berevaluasi dalam berpastoral care kesehatan.
Orang yang hidup
Berhak untuk hidup
Karena dia sudah hidup
Dan mempunyai hidup.









Source : FB Sandar Supit

Sunday, August 24, 2014

Waaaah Inilah Ujung Indonesia Raya Paling Utara





Di depan Kilomeeter 0 kita langsung berhadapan dengan Lautan Hindia yang maha luas





Lautan Hindia yang maha luas terbentang di hadapan Kilometer 0.



KILOMETER 0 INDONESIA
KM NOL Indonesia ditandai dengan tulisan KILOMETER 0 secara mencolok di bagian depan sebuah tugu. Tugu itu sendiri tingginya 43,6 meter itu. Monumen Kilometer Nol ini, yang merupakan titik paling barat kepulauan Indonesia, terletak di pulau Weh, di areal Hutan Wisata Sabang, tepatnya di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya. Letak geografisnya 05" Lintang Utara dan 95" Bujur Timur.
Saya beruntung dapat mengunjungi tempat ini tgl. 17 Agustus 2014, persis pada hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ke 69. Jalan menuju tempat ini sangat bagus dan mulus. Cuma kita harus hati-hati karena banyak tekongan dan turun naik. Terkadang jalan mendaki begitu tajam sehingga kendaraan harus menggunakan persnelling 1. Jaraknya antara kota Sabang dengan Kilometer Nol ini sekitar 30 km.


Source : FB Leo Sipahutar Ofmcap

Thursday, August 21, 2014

"Tepukan di pipi yang kurang lebihnya serupa tepukan Uskup saat Sakramen Krisma"






"Tepukan di pipi yang kurang lebihnya serupa tepukan Uskup saat Sakramen Krisma
"

Secara mengejutkan dan memprihatinkan, lima puluh sembilan (59) pastor dan suster dari Indonesia yang sedang bertugas di luar negeri bergabung bersama-sama ke dalam gerakan liberalisme dan modernisme yang sama2 mengemban misi untuk mengubah pengajaran Gereja Katolik, merubah struktur hirarki Gereja Katolik dan mengatur bagaimana Gereja harus bertindak.

Mereka bergabung dalam kelompok gerakan lint
as-negara "Kita adalah Gereja" atau "We are Church" yang berpusat di Jerman (Wir sind Kirche) yang pendiriannya pada tahun 1996 terinspirasi oleh romo Hans Kung, seorang liberal Katolik penentang Dogma Ketidak-dapat-sesatan Mengajar Paus Roma atau papal infallibility yang dicabut ijin mengajar teologinya oleh Tahta Suci sejak 18 Desember 1979.

Martha Heizer, ketua dan salah seorang pendiri kelompok ini baru saja di-ekskomunikasi Gereja Katolik pada tanggal 22 Maret 2014 oleh sebab pelanggaran hukum Kanon 1378 §2 dengan mengadakan Misa Ekaristi tanpa imam tertahbis selain dirinya sebagai pengganti imam.

Keputusan mereka tersebut berawal dari peristiwa Misa Natal beberapa waktu lalu oleh aksi arogansi seorang imam projo dari Keuskupan Atambua, romo Yohanes Subani yang bertugas sebagai pengajar dan pendidik di Seminari Tinggi Santo Mikhael di Kupang yang menolak tradisi Katolik untuk mencium cincin Uskup Monsinyur Petrus Turang yang sejatinya merupakan bentuk dari latihan kerendahan hati dan ketaatan kepada hirarki Gereja Katolik. Mencium cincin uskup merupakan suatu bentuk penghormatan kepada uskup yang adalah penerus para Rasul. Inilah iman Katolik kita yang kudus.

Kejadian sangat singkat tersebut ternyata sempat terlihat oleh Monsinyur Petrus Turang yang secara refleks segera menghampiri romo Subani, memberikan tepukan di pipi sebagai bentuk correctio fraterna (teguran persaudaraan) yang berlangsung spontan dan transparan di hadapan kalangan sendiri.

Tepukan di pipi yang kurang lebihnya serupa tepukan Uskup saat Sakramen Krisma tersebut kemudian oleh pastor Fidelis Regi Waton, SVD dan kawan2nya yang mengirimkan surat terbuka kepada Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Duta Besar Vatikan Untuk Indonesia, Mgr Antonio Guido Filipazzi dan diterjemahkan sebagai PERBUATAN KRIMINAL. Pada kenyataannya, apa yang diperbuat oleh Monsinyur Turang tersebut bahkan terlalu jauh untuk dibandingkan dengan perbuatan Santo Petrus saat memotong telinga serdadu Romawi yang hendak menangkap Yesus, yang bahkan menurut konteks masa kini pun masih merupakan suatu perbuatan KRIMINAL murni yang melanggar hukum negara yang sesungguhnya.

Video dari Youtube dapat dilihat pada tautan berikut ini:
http://www.youtube.com/watch?v=qIuufkKvf7E >

Peristiwa yang pada awalnya terjadi hanya di kalangan terbatas tersebut kemudian menjadi santapan publik/umum oleh Joshua Sinaga dengan judul “Mgr. Petrus Turang: Uskup arogan dan preman” pada tanggal 14 Juli 2014 melalui posting di YouTobe dalam Video berdurasi 1:08 menit. Hingga tanggal 22 Juli 2014, video ini sudah dilihat sekitar 1.175 orang dan telah tersebar luas di berbagai akun Facebook dan media sosial lainnya.

Selain itu, video yang sama kemudian di-upload lagi ke Youtube oleh Cheluz Pahun, dengan judul “Perilaku buruk Petrus Turang (Uskup Kupang), pelaku kekerasan dalam Gereja”, dan sejauh ini telah ditonton lebih dari 6.361 kali.

Terakhir, video yang sama juga diupload lagi ke Youtube oleh Anton Tamonob dengan judul “Mgr. Petrus Turang: Uskup Arogan dan Feodal” dan sudah dilihat sebanyak 187 kali.

Andaikata benar bahwa apa yang telah diperbuat oleh Monsinyur Turang adalah suatu bentuk kejahatan, pastor Fidelis Regi Waton, SVD dan kawan2nya telah memutuskan untuk menolak Yesus sendiri saat bersabda, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." (Mat 5:39)

"Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu." (Luk 6:29)

Percaya kepada Yesus tidak hanya mengakui Dia sebagai juru selamat. Yesus sendiri memerintahkan murid-Nya untuk taat kepada Hirarki Gereja Katolik. Kristus pun, memberikan contoh ketaatan. Taat sampai mati. Menjadi 'seperti Kristus' adalah menjadi taat. Kepada mereka2 yang menolak untuk taat, biarlah kelak Allah sendiri yang menghakimi saat IA berseru,

"Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku." (Luk 10:16)

Dengan mempublikasikan surat pribadi ke hadapan publik melalui Suara Pembaharuan dan media umum lainnya yang jauh dari cara2 yang Katolik, pastor Fidelis Regi Waton, SVD dan kelompoknya tampaknya sedang mencari dukungan massa untuk menekan Uskup +Petrus Turang. Kurang lebihnya serupa dengan tindakan pencetus Protestanisme, mendiang romo Martin Luther yang menempelkan 95 thesis-nya di pintu gereja Wittenberg, Saxony, pada era pemerintahan Emporium Kudus Romawi (the Holy Roman Empire) pada tahun 1517.

Andaikata benar apa yang diperbuat oleh Monsinyur Turang adalah kesalahan, maka para imam dan suster tersebut telah menjawab masalah dengan masalah lain yang baru dengan bergabung ke dalam gerakan modernisme yang dikutuk oleh Gereja Katolik.

Marilah mendoakan para imam dan suster yang telah menyimpang tersebut... Salam Maria penuh rahmat, doakanlah kami. Amen.
+++

"Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Ams 27:6)

[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. Thomas A Kempis, ‘De Imitatione Christi’ II, 2, 2]

Keterangan gambar:
Pastor Agustinus Surianto Himawan, Direktur Penerbit dan Toko Rohani OBOR dan imam diosesan Keuskupan Bogor mencium cincin uskup ordinaris beliau yang baru, Yang Mulia Paskalis Bruno Syukur, OFM, dalam Ritual Tahbisan Uskup Bogor, 22 Feb 2014 yang lalu. (Foto: Pastor Wahyu Tommy)


Sumber-sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/We_Are_Church >
http://id.wikipedia.org/wiki/Hans_Küng >
http://www.vatican.va/archive/ENG1104/__P54.HTM>
http://www.islamtoleran.com/surat-terbuka-untuk-uskup.../ >
http://www.suarapembaruan.com/.../surat-terbuka.../62249 >

Tradisi Katolik, penjelasan tentang tradisi mencium cincin Uskup.
https://www.facebook.com/tradisikatolik/photos/a.139142281595.123075.124275891595/10152110278761596/?type=1&relevant_count=1 >
 — bersama Vincentia Haryanti dan Patris Allegro.
Source : FBKatolik Indonesia

Paroki Fransiscus Xaverius - Kuta, Bali.





Paroki Fransiscus Xaverius - Kuta, Bali.


Pura Ulun, Danau Bratan - Bali.


Pasar Seni Ubud, Bali 



Tanah Lot, Bali




Nasi Campur ala Bali

Source : FB 

Ignatia Jessica



Kedua suster ini ikut menjadi petugas di TPS yang ada di RS Elisabeth Medan. Mereka menjalankan tugasnya dengan ceria, penuh senyum, yang membuat para pemilih tidak tegang.

Source : FB P Leo Sipahutar OfmCap

Gereja St Petrus Medan Timur



P Leo Sipahutar OfmCap:

Pater Propinsial Kapusin (P. Emmanuel Sembiring) mengadakan visitasi ke komunitas Kapusin Gereja St Petrus Medan Timur. Saya harus ikut hadir sebagai anggota Ordo Kapusin.

Misa Pemberkatan Minyak Suci di gereja Santo Yosef Jl Bali Pematangsiantar oleh Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Sinaga



Hari ini Selasa 15 April 2014 diadakan Misa Pemberkatan Minyak Suci di gereja Santo Yosef Jl Bali Pematangsiantar oleh Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Sinaga didampingi Uskup Emeritus Mgr Pius Datubara. Saya tidak hitung berapa persisnya para imam yang hadir dan turut konselebrasi. 

Tapi pasti ada sekitar 190 imam, dan itu mendekati 100% jumlah keseluruhan imam yang ada di Keuskupan Agung Medan. 

Memang Misa Pemberkatan Minyak Suci ini adalah sekaligus menjadi Hari Pengudusan Imam, di mana para imam memperbaharui kembali janji imamatnya dalam kesatuan dengan uskupnya. 

 Minyak suci yang diberkati ini ialah: 1. Minyak Pengurapan Orang Sakit 2. Minyak Katekumen dan 3. Minyak Krisma. Minyak yang baru diberkati ini akan digunakan di seluruh wilayah KAM mulai Paskah thn 2014 sd Paskah 2015.

Source : FB P Leo Sipahutar OfmCap

Wednesday, August 20, 2014

Dinding Gedek, Lantai Tanah, dan Bangku dari Bambu Bulat

 

Dinding Gedek, Lantai Tanah, dan Bangku dari Bambu Bulat 

 Ini kondisi bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kuru di Kabupaten Nagekeo

 

Dinding Gedek, Lantai Tanah, dan Bangku dari Bambu Bulat

 

TAMBOLAKA--Tak ada rotan akar pun jadi. Peribahasa ini cocok untuk menggambarkan kondisi SMA Taman Siswa di Desa Bilacenge, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Meski fasilitas seadanya, kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap berlangsung.
Kondisi gedung sekolah memrihatinkan. Dindingnya dari gedek (belahan bambu yang dianyam). Orang yang berada dalam ruang kelas bisa terlihat dari luar melalui celah-celah dinding yang dikerjakan kurang rapih. Atap seng, sementara lantai semua ruang masih tanah.
Bangku dan meja belajar juga seadanya. Bangku terbuat dari dua batang bambu bulat yang disusun rapat sejajar, sepanjang dua meter.
Meja dari selembar papan dengan panjangnya sekitar dua meter. Bangku dan meja ini dirancang menyatu ini digunakan siswa-siswi untuk KMB.
Ruang guru disekat dengan tripleks. Begitupun ruang kepala sekolah. "Gedung sekolah ini baru selesai dibangun secara swadaya," jelas Kepala SMA Taman Siswa, Petrus Pati Nani, saat ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (16/8/2014).
Sekolah itu memiliki 6 ruang kelas. Rinciannya, kelas 1 dua ruang (IPA dan IPS), kelas 2 ada dua ruang dan kelas 3 juga ada dua ruang. Setiap ruangan berukuran 8 x 9 meter.
"Kelas satu ada 70 siswa, lebih banyak dari tahun kemarin yang hanya 60 siswa. Mengenai bangku swadaya murni," kata Pati Nani.
Meski fasilitas seadanya, siswa/i mengikuti KBM dengan semangat. Demikian pula para guru (21 orang), semangat mengajari siswa/i.
"Kami sudah menerapkan kurikulum 2013," ujar Pati Nani sembari menambahkan pihaknya berencana membangun lagi tiga ruang untuk dijadikan kantor dan mes mes guru.
Gedung SMA Taman Siswa dibangun di atas lahan seluas 2 hektar (ha). Dengan kehadiran gedung baru meski darurat, kegiatan belajar mengajar dialihkan dari gedung SDM Bukambero sejak 2012.
Saat ini, katanya, ada 120 siswa/i dengan 18 pengajar. Rinciannya, siswa/i kelas 1 yang akan naik kelas ada dua kelas, sementara siswa/i kelas 2 yang hendak naik, ada dua kelas. "Karena jumlah siswa/i semakin banyak sehingga perlu ada gedung sekolah sendiri meski dibangun darurat," kata Pati Nani.
Pembangunan gedung baru, lanjut Pati Nani, dilakukan setelah Pemerintah Kabupaten SBD menerbitkan surat izin operasional pada Desember 2013.
Selain itu, SMA Taman Siswa memperoleh nomor pokok sekolah nasional (NPSN) yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mengenai bahan bangunan, Pati Nani menjelaskan diperoleh dari partisipasi orangtua murid. "Ada anak yang belum bayar uang sekolah, kami komunikasikan dengan orang tuanya. Kami tawarkan solusinya, yaitu membantu kayu bangunan seperti kelapa, jati dan bambu untuk bahan pembangunan gedung sekolah baru. Sebagai bentuk kompensasi melunasi uang sekolah anaknya. Dan, para orang tua setuju," ucap mantan Kepala Desa Bilacenge ini. (aca)

Source :  http://www.tribunnews.com/regional/2014/08/20/dinding-gedek-lantai-tanah-dan-bangku-dari-bambu-bulat

Tuesday, August 19, 2014

Pelabuhan Balohan- Sabang Yang Inda di Banda Aceh bersama P Leo


 


 Para penjemput penumpang mendatangi kapal yang sudah merapat. 





 Berbagai kendaraan para penjemput memenuhi lapangan parkir pelabuhan.





 Saya sudah berada di darat, sedangkan para penumpang lain masih baru keluar dari kapal.







 Sambil menunggu penjemputku saya sempatkan memotret kapal yang tadinya saya tumpangi.





 
Sambil menunggu penjemputku saya sempatkan memotret kapal yang tadinya saya tumpangi.






















 
Sambil menunggu penjemputku saya sempatkan memotret kapal yang tadinya saya tumpangi.



 Kemarin (17 Agustus 2014) saya tiba di pelabuhan Balohan- Sabang setelah melakukan perjalanan selama 45 menit dengan kapal cepat dari Banda Aceh. Pelabuhan ini terletak di sebelah selatan Pulau Weh, berhadapan langsung dengan Banda Aceh. Pelabuhan ini dikhususkan untuk kapal-kapal penumpang rute Banda Aceh-Sabang, sedangkan pelabuhan yang lebih besar terletak di sebelah utara pulau Weh.
Sewaktu kapal mendarat ternyata orang yang menjemputku belum tiba, sebab dia menerima informasi yang salah tentang jam kedatanganku.
Sambil menunggu penjemputku saya sempatkan memotret suasana pelabuhan kecil ini.

Source : 

Leo Sipahutar Ofmcap
 Leo Sipahutar Ofmcap

Monday, August 18, 2014

Jokowi: Atasi Kemiskinan Bukan Bagi-bagi Uang, tapi Bangun Sistem

Capres No 2, Joko Widodo saat memaparkan visi dan misinya dalam debat capres ke-2 di Hotel Gran Melia, Jakarta, Minggu, 15 Juni 2014.

Capres No 2, Joko Widodo saat memaparkan visi dan misinya dalam debat capres ke-2 di Hotel Gran Melia, Jakarta, Minggu, 15 Juni 2014. (sumber: Investor Daily/Emral)

Jokowi: Atasi Kemiskinan Bukan Bagi-bagi Uang, tapi Bangun Sistem

 

Jakarta – Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) menolak ide penggunaan anggaran tunai untuk warga miskin, namun lebih memilih pembangunan sistem yang lebih baik dan menyentuh langsung kebutuhan rakyat terutama bidang pendidikan dan kesehatan.

“Kita harus berani memberi program untuk masyarakat yang berung beruntung ini, namun yang terpenting sistemnya dulu yangg dibangun,” kata Jokowi dalam debat calon presiden di hadapan rivalnya, Prabowo Subianto.

“Waktu menjadi wali kota dan gubernur, fokus kami adalah pendidkan dan kesehatan. Kenapa? Karena keluhan masyarakat pasti mencakup itu.”

Sistem yang dia maksud terangkum dalam bentuk Kartu Pintar untuk bantuan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, dan kartu Indonesia Sehat agar warga miskin tetap bisa berobat ke klinik, puskesmas dan rumah sakit.

“Inilah yang diperlukan rakyat, bukan anggaran. Kalau sistem dibangun, anggaran pasti akan sampai ke masyarakat,” jelasnya.

Penulis: /HA


Source : http://www.beritasatu.com/nasional/190312-jokowi-atasi-kemiskinan-bukan-bagibagi-uang-tapi-bangun-sistem.html

Laut Biru dan Indah Banda Aceh Sumatera Utara, BANDA ACEH ke SABANG






 Hanya dalam beberapa menit kapal sudah meluncur jauh meninggalkan pelabuhan Banda Aceh.






Membelah laut, meninggalkan deburan ombak putih.







 



































 Kapal cepat yang sedang melintas ini mempunyai bentuk yang sama dengan kapal yang saya tompangi.

Oleh P Leo Sipahutar OfmCap 
'
 https://scontent-b-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-xfp1/v/t1.0-9/10406354_10203323738946828_3135898244507067263_n.jpg?oh=8762e96ca0af64889a1cc11a92a7a6a4&oe=547F1EFE 





Tags