Latest News

Monday, March 30, 2015

"Jadikanlah dirimu sebagai seorang GEMBALA JIWA dan bukan seorang administrator atau pegawai."



"Jadikanlah dirimu sebagai seorang GEMBALA JIWA dan bukan seorang administrator atau pegawai."


Yang Tersisa dari Perayaan MISA KRISMA dengan Uskup Diosis Amboina, Mgr. P.C. Mandagi MSC dari Kota Ambon Manise:

Untuk Para Imam: 

"Jadikanlah dirimu sebagai seorang GEMBALA JIWA dan bukan seorang administrator atau pegawai." Sadarlah bahwa Tuhan tahu kita para Imam adalah manusia lemah dan rapuh, tapi yang ajaib dan mengherankan adalah Tuhan mempercayakan IMAMAT kepada kita semua."


Untuk Umat:

"Doakanlah para imammu walaupun engkau mungkin tahu kelemahan dan kerapuhan mereka. Mengapa?
Uskup mengutip kata-kata St. Yohanes Maria Vianney, Pelindung para Imam:
"Ketika umat mau dibaptis, siapakah yang membaptismu? IMAM
Ketika Anda mau menerima Ekaristi, siapakah yang memberimu? IMAM
Ketika Anda mengaku dosa, siapakah yang mendengarkannya? IMAM
Ketika Anda mau menikah, siapakah yang memberkatimu? IMAM
Ketika Anda sakit, siapakah yang mendoakan dan meminyakimu? IMAM
Ketika Anda dikuburkan, siapakah yang memimpinnya? IMAM

Karena itu, dibalik kelemahan dan kerapuhan para imammu, adalah ucapan terima kasih ketika engkau mau mendoakan mereka, para imammu.

Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,


***Rinnong - Duc in Altum***


Inno Ngutra
Inno Ngutra

Sunday, March 29, 2015

Yesus Menderita dan Wafat Untuk Kita.



Yesus Menderita dan Wafat Untuk Kita.

Para saudaraku yang dikasihi Yesus. 
Kisah Sengsara Yesus Kristus, yang kita dengarkan hari ini, bukanlah mitos atau dogeng tetapi fakta sejarah hidup yang dialami oleh Yesus. Yesus mengalami semuanya itu karena ketaatan dan kasih-Nya kepada manusia yang menghendaki manusia beroleh keselamatan kekal. Yesus tidak menghendaki penderitaan dan kematian dengan cara disalibkan, tetapi Dia tidak mau menghindari penderitaan dan kematian karena perutusan-Nya, malah seakan dengan sukacita menjemputnya dengan memasuki Yerusalem. Yesus berdoa: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki." Bagi Yesus ketaatan kepada kehendak Allah dan kasih kepada manusia, menjadi hal yang sangat utama dalam hidup-Nya.

Para saudaraku yang dikasihi Yesus.
Kisah sengsara Yesus merupakan bagian dari sejarah hidup kita manusia. Apa yang dialami Yesus juga terjadi dalam kehidupan kita. Dalam kisah sengsara yang kita dengarkan hari ini, ada beberapa peran: yakni ada para murid yang mengikuti Yesus, tetapi ketika Yesus ditangkap, mereka semua melarikan diri ketakutan. Ada para imam, ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi yang karena iri dan keegoisan mereka, mereka membenci dan menghendaki Yesus dibunuh. Ada beberapa orang termasuk penguasa yang tidak menemukan kesalahan pada Yesus, tetapi demi kepentingan diri sendiri, tidak berani membela Yesus. Ada banyak orang yakni masyarakat yang semula mengelu-elukan Yesus, tetapi gampang terhasut sehingga berbalik melawan Yesus dengan berteriak agar Yesus disalibkan. Namun dalam sengsara itu, jelas kita yakini bahwa Yesus mengalami sengsara dan kematian bukan karena kesalahan-Nya, hanya karena kasih kepada manusia, Yesus adalah 'korban' kasih kepada manusia dan korban kejahatan manusia. Penderitaan merupakan bagian dari ketaatan dan kasih Yesus kepada manusia.

Para saudaraku yang dikasihi Tuhan. Dari beberapa peran yang ikut berperan atas sengsara Yesus, kita bisa merenungkan peran mana yang kita mainkan sebagai orang beriman.

Namun para saudaraku yang dikasihi Tuhan. Dalam perayaan hari ini, kita menyadari kasih Yesus yang sungguh luar biasa kepada kita. Yesus tidak hanya ikut menderita bersama kita, tetapi Dia mau menanggung sengsara dan kematian demi kita. Sengsara Yesus juga menjadi pencerahan bagi kita bahwa penderitaan menjadi bagian dan pemurnian cinta kita kepada Allah. Bersama Yesus, penderitaan bisa menghantar kita kepada keselamatan. Tuhan memberkati kita semua. Amin. (Rm. Anton M. O.Carm)


MINGGU PALMA, 29 Marer 2015/B
Mrk 11:1-10 Yes 50:4-7 Flp 2:6-11 Mrk14:1-15:47

Source : Fb Gereja Paroki Tiga Lingga


Tuesday, March 24, 2015

Dinding Tanah Raksasa Menyerupai Wajah Yesus?


Dinding Tanah Raksasa Menyerupai Wajah Yesus?

Dinding Tanah Raksasa Menyerupai Wajah Yesus?
Sebuah penampakan dinding tanah berbentuk wajah Yesus membuat heboh para pengunjung di sebuah lokasi wisata. Penampakan ini pun langsung menjadi tontonan para pengunjung yang dating ke San Francisco, di wilayah Putumayo, Colombia.
Para pemilik lahan pun memanfaatkan ‘penampakan’ ini untuk lebih menarik warga sekitar untuk datang ke tempat itu. Dilansir dari El Tiempo, polisi sempat datang ke lokasi untuk mengamankan area karena terlalu banyak warga yang berdatangan.
"Jika kau percaya Yesus, maka gambarnya akan kelihatan di dinding tanah itu,” kata Ximena Rosero Arango, salah seorang pengunjung.
Namun setelah foto ‘penampakan’ itu disebar ke social media, banyak yang meragukan keasliannya.
“Keajaiban atau sengaja dibuat,” tulis para netizen.

Source : http://medan.tribunnews.com/2015/03/24/dinding-tanah-raksasa-menyerupai-wajah-yesus

Monday, March 9, 2015

Memang kita tidak bisa mengubah masa lalu yang kelam tapi kita bisa untuk merubah masa depan menjadi lebih baik



Terkadang banyak sekali orang yang ingin memperbaiki kualitas dirinya dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Namun ketika ia mengingat dosa di masa lalunya yang begitu kelam dan gelap, dia menganggap dirinya paling kotor dan Allah tidak akan menerima dirinya.

Putus asa terhadap rahmat dari-Nya merupakan tipu daya setan agar manusia berpaling dari Allah padahal rahmat Allah sangatlah luas dan agung

“Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia menuliskan disisinya diatas arsy-Nya: Sesungguhnya kasih sayang-Ku mendahului/mengalahkan kemurkaan-Ku” Begitu luar biasanya Allah sayang kepada hamba-Nya. Masih pantaskah kita berputus asa dari rahmat-Nya ?

“Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas pengampunan-Nya” (QS. An-Najm:32)

Lagi dan lagi Allah telah menunjukkan kepada kita betapa pemurah dan sayang kepada setiap hamba-Nya. Masihkah kita meragukan keagungan dan kasih sayang-Nya? Janganlah bersedih dan terpuruk atas banyaknya dosa-dosa kita di masa lalu

Memang kita tidak bisa mengubah masa lalu yang kelam tapi kita bisa untuk merubah masa depan menjadi lebih baik dan penuh rahmat. InsyaAllah..!
 — 

Source : https://www.facebook.com/abrahamsamad.kpk/photos/a.664980870222577.1073741830.251285174925484/773432889377374/?type=1&theater

TUHAN YESUS KOQ MARAH ! ?


TUHAN YESUS KOQ MARAH!?

Bagi yang suka pencitraan, memegang teguh kesantunan, menempatkan keselarasan
dlsb. "marah" adalah perilaku yang tidak terpuji. Ini adalah salah satu dari tujuh induk dosa "sokicailomama" (sombong, kikir, cabul, iri-hati, loba, marah dan malas). Lalu mengapa di da1am Injil yang diperdengarkan dan diwarta­kan hari ini (Minggu Prapaska III 2015: Yoh 2: 13-25), Tuhan Yesus marah-marah dan mengusir orang­-orang yang menyalah gunakan Bait Allah untuk bisnis? Jelas bahwa secara sosial kemasyarakatan tindakan Yesus tidak simpatik, tidak etis, tidak populer, arogan, dlsb. Ia bukan seorang konformis, yang memegang keselarasan agar ke­harmonisan di dalam keberagaman sosial tetap terjaga. Ia tidak merasa minor di tengah-tengah para imam, ahli taurat, orang-orang farisi, penjaga Bait Allah, dIsb. yang permisif menjadikan Bait Allah sebagai "a big market" alias "super market". Para murid Yesus, di akhir nanti mengambil kesimpulan bahwa cinta akan rumah AllahBapa telah membakar hati Yesus. Hati­Nya menjadi hangus. Ia benci ter­hadap praktek mencampuradukkan tempat sakral dengan berbagai macam kegiatan yang profan. Ini bagian dari misi Yesus untuk mengalahkan dosa manusia.

"Marah" dapat menjadi ambivalen, yang artinya bermakna ganda. Nah, di da1amYesus Kristus, yang sungguh Allah dan sungguh manusia, dapat kita perhatikan dua hal berikut ini :

Pertama, "Orang tidak bisa marah" dan menjadi santun menurut ukuran sosial-kemasyarakatan adalah bagian dari dosa sosial yang membelenggu. Mengapa? Karena ada larangan, "Jangan marah!" Pembatinan larangan ini masuk ke dalam pribadi kita dan menjadi mekanisme pertahanan diri. Kita menjadi permisif untuk hal-hal yang sebenarnya menimbulkan ke­kecewaan karena diperlakukan tidak adil, merasa tidak dihargai atau disepelekan, dlsb. Orang tidak lagi berperilaku spontan, karena sela1u harus menjaga diri demi keselarasan hidup bersama orang lain, terlebih yang jauh lebih tua daripada dirinya.

Spontanitas, kepolosan, berterus­terang, transparan...ada1ah kualitas kepribadian manusia, yang bisa hilang dari dirinya, karena ditekan oleh otoritas di luar dirinya, yaitu tatanan masyarakat yang secara imperatif mengatakan, "Jangan marah! Jangan emosionil! Jangan sok melawan! Jangan arogan! Kamu harus bisa menjaga diri!" Yesus mengajak kita untuk menjadi seperti anak kecil, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Solga."(Luk 11:3). Yesus, yang tidak mau pura-pura dan mengajak kita untuk dengan tegas melaksanakan sabdaNya, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan:

tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat," adalah Dia yang ingin menempatkan kita ini sebagai anak-anak Allah Bapa di Surga.


Kedua, Yesus marah, karena Ia sedang menempatkan kehendak Allah Bapa sebagai "Suprema Lex" atau "Hukum Yang Utama dan Pertama". Di dalam Doa Bapa Kami kita temukan, "Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam Sorga." Oleh Yesus doa ini bukan sekedar diucapkan, tetapi dihidupi. Sampai-sampai ketika Dia sedang berdoa di taman Getsemani, Ia mengatakan, "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki." (Mrk 14: 36). Godaan terbesar manusia jatuh ke dalam dosa ialah ketika ia mau menempatkan dirinya sebagai pusat dan bahkan menyamai Allah. Para hamba Allah yang bertugas melayani Jema'at­Nya dapat jatuh ke dalam dosa berat, yaitu ketika atas nama Allah bertindak secara sewenang-wenang terhadap umatNya. Kekuasaan para hamba Allah dapat sedemikian tidak terbatas, bahkan sampai mencabut nyawa manusia, seperti sedang dilakukan oleh anggota ISIS di daerah Timur Tengah. 

Demikian sudah lebih dulu terjadi 2000 tahun lalu seorang Imam Agung, yaitu Kayafas, mengambil keputusan agar Yesus dihukum mati. Yesus yang dapat membangkitkan orang mati dan Dia sendiri dibangkitkan oleh Allah Bapa, telah mengosongkan diri untuk menjadi "obyek" kemarahan orang-orang berdosa. Dia yang atas nama Allah dapat marah, telah merendahkan Diri agar kehendak Allah terjadi. Demikianlah di hadapan Konstitusi atau Undang­undang Dasar untuk hidup Berbangsa dan Bernegara, kepentingan rakyat di-kedepankan lebih daripada kepentingan sekelompok orang atau partai. Ungkapan dari jaman Santo Ambrosius (th 339-397), "Vox Populi = Vox Dei" (Suara Rakyat = Suara Allah) sering dijadikan pegangan oleh kita yang hendak memperjuangkan kesejahteraan rakyat lebih daripada kepentingan segerombolan "begal”. Ketika hal ini tidak terjadi, maka ada alasan untuk marah seperti Tuhan Yesus marah, tanpa terjebak pada kesantunan sosial dengan istilah sok jagoan, arogan, sombong, dlsb.

Semakin menyerupai Yesus, yang adalah Allah dan sekaligus manusia, memang tidak mudah. Karena dari satu sisi kita hidup di dalam transendensi ilahi, namun dari lain sisi kita juga hidup di dalam immanensi kemanusiaan dengan corak khas humilitas (humus = Tanah) yang memang tidak bisa disangkal. Kita sekaligus sombong, karena ambil-bagian di dalam keilahian A11ah dan sekaligus rendah hati karena memang corak kefanaan diri manusia yang dapat mati ini tidak dapat dipungkiri. Kita berasal dari tanah dan akankembali menja ditanah.

Doa: Tuhan Yesus, ajarilah kami untuk berpegang teguh pada kehendak Allah Bapa, sebagaimana Engkau telah memberi contoh teladan sampai wafat di kayu salib. Juga apabila kami mesti "marah", buatlah kami marah seperti Engkau yang mencintai Allah Bapa dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan tenaga. Jauhkan kami dari semangat suam-suam kuku ketika mesti berhadapan dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah di Sorga. Amin.
Salam dan Doa
Pastor Hadrianus Wardjito SCJ
Warta Paroki Santo Barnabas No 10 THN xxII 08 Maret 2015
UNTUK KALANGAN SENDIRI

Tags