Latest News

Thursday, May 26, 2016

Paus Fransiskus Guncang Aturan Perkawinan Gereja Katolik


Paus Fransiskus berpidato dalam acara Gerakan Eukaristik Pemuda di Vatikan (7/8). (AP/Gregorio Borgia)
Paus Fransiskus memberikan khotbah di lapangan Santro Petrus, Vatikan hari Minggu (6/9).

Paus Fransiskus hari Selasa (9/9) mengumumkan perubahan radikal Gereja Katolik Roma untuk merampingkan proses yang mahal dan rumit dalam pembatalan suatu pernikahan.
Paus Fransiskus memberikan wewenang kepada para uskup di seluruh dunia untuk menghakimi sendiri dengan cepat permintaan-permintaan pembatalan perkawinan dan menghilangkan seluruhnya persyaratan lama untuk pemeriksaan yang panjang terhadap kasus-kasus demikian oleh pengadilan keuskupan.

Seorang penasihat Sri Paus mengatakan sebagian besar kasus harus diselesaikan dalam waktu 45 hari, dan perintah kepausan itu menyatakan tidak boleh ada biaya yang dibebankan pada pasangan yang berusaha mengakhiri pernikahan menurut hukum gereja.

Paus Fransiskus juga meminta para uskup untuk memberikan bantuan lebih bagi pasangan yang bercerai, meskipun ia juga menegaskan kembali pandangan tradisional Gereja Katolik mengenai kelanggengan pernikahan sebagai sebuah institusi.

Paus Fransiskus memberikan judul pedoman yang disampaikannya kepada seluruh uskup di dunia itu “Mitis Iudex Dominus Iesus” – sebuah frasa bahasa Latin yang artinya “Tuhan Yesus, Hakim Lembut.”

Doktrin gereja Katolik tidak mengakui perceraian, dan anggota yang bercerai dan menikah kembali dianggap hidup dalam dosa dan dilarang menerima komuni serta sakramen-sakramen lainnya.

Menurut prosedur pembatalan pernikahan yang kini berlaku, pengadilan gereja harus menemukan bukti-bukti bahwa pernikahan sebelumnya pasti akan gagal, karena alasan-alasan yang mungkin berbeda, termasuk menikah usia dini, gagal memahami bahwa pernikahan adalah komitmen seumur hidup, atau salah seorang pasangan tidak ingin punya anak.

Sebagian umat Katolik telah lama mengeluh bahwa bisa diperlukan bertahun-tahun untuk pembatalan pernikahan, dan mengatakan prosedur yang kini berlaku sangat usang dan rumit sehingga membuat orang enggan untuk mengupayakannya, bahkan jika mereka memiliki alasan yang sah.

Paus Reformasi Prosedur Pembatalan Pernikahan Katolik Roma

Seorang ahli dari Vatikan mengatakan aturan-aturan baru tersebut tidak akan mengubah kriteria untuk mendapatkan pembatalan, namun akan membuat prosedurnya menjadi lebih mudah.
Paus Fransiskus telah mereformasi prosedur pembatalan pernikahan yang ketat di Gereja Katolik Roma, keputusan yang dinanti-nanti banyak pasangan di dunia yang telah bercerai dan menikah kembali di luar Gereja.
Vatikan mengatakan hari Senin (7/9) bahwa Paus telah menulis dokumen yang dikenal sebagai Motu Proprio, bahasa Latin yang artinya "atas inisiatif sendiri," yang mengubah cara umat Katolik memperoleh pembatalan.
Rincian dokumen tersebut, yang diperkirakan akan menyederhanakan prosedur tersebut, akan dirilis Selasa (8/9) pada sebuah konferensi pers di Vatikan.
Pembatalan pernikahan, yang secara formal disebut "dekrit pembatalan," adalah aturan bahwa sebuah pernikahan tidak sah menurut hukum gereja karena persyaratan tertentu, seperti kurangnya kehendak bebas, kematangan psikologis dan keterbukaan untuk memiliki anak.
Umat Katolik yang berjumlah 1,2 miliar tidak mengenal perceraian. Mereka yang bercerai dan menikah kembali di luar Gereja di catatan sipil dianggap masih menikah dengan pasangan sebelumnya dan hidup dalam dosa. Hal ini membuat mereka tidak dapat menerima sakramen seperti komuni.
Prosedur-prosedur baru ini mengikuti langkah Paus September lalu yang menunjuk komisi pengacara dan teologis yang beranggotakan 11 orang, untuk mengusulkan reformasi proses tersebut.
Vatikan mengatakan saat itu bahwa Paus ingin "menyederhanakan dan merampingkan" prosedur itu sambil "menjaga prinsip pernikahan yang tidak dapat diceraikan."
Banyak pasangan dan pastor yang mengeluh bahwa prosedur sekarang ketinggalan zaman dan rumit, membuat mereka yang memiliki dasar kuat untuk membatalkan pernikahan bahkan enggan untuk mencoba.
Sebagian besar pembatalan terjadi di tingkat keuskupan lokal. Setiap keputusan harus secara otomatis dikaji oleh majelis kedua bahkan jika tidak ditentang oleh salah satu pihak. Para reformis mengatakan langkah itu berlebihan dan seharusnya dihapus.
Pada kasus-kasus dimana kedua majelis memiliki keputusan yang bertentangan akan dikirim ke pengadilan Vatikan untuk diputuskan.
Perceraian dan pernikahan kembali umat Katolik yang masih ingin berpartisipasi secara penuh di Gereja adalah topik debat besar, terutama di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jerman, dan akan menjadi topik utama dalam sinode uskup dari seluruh dunia di Vatikan bulan depan.
Kemudahan pasangan yang bercerai untuk menerima pembatalan akan memungkinkan mereka menerima sakramen kembali.
Uskup-uskup yang progresif ingin agar Gereja Katolik bersikap lebih pemaaf terhadap umat yang pernikahan pertamanya kandas.
Seorang ahli pembatalan pernikahan dari Vatikan mengatakan aturan-aturan baru tersebut tidak akan mengubah kriteria untuk mendapatkan pembatalan, namun akan membuat prosedurnya menjadi lebih mudah.

http://m.voaindonesia.com/a/paus-reformasi-prosedur-pembatalan-pernikahan-katolik-roma/2951940.html

Frater2 SSCC Indonesia yg ceria di Grya Tyas Dalem (GTD)



Frater2 SSCC Indonesia yg ceria di Grya Tyas Dalem (GTD) Jogya...semoga keceriaan mereka menggambarkan keceriaan Gereja ke depan! Ternyata hidup jomblo for the sake of the Gospel and His Kingdom itu bahagia. Doakan mereka!

Source : FB 
Thomas Sukotriraharjo
Gambar Profil Thomas Sukotriraharjo



Friday, May 20, 2016

Apakah Brevir ?

Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
Pertanyaan yang sering ditanyakan:
1. Apakah Brevir?
Brevir adalah Ibadat Harian. Bukunya berjudul Ibadat Harian. Ibadat Harian ini awalnya hanya dikenal di kalangan para imam, biarawan/wati. Setelah Konsili Vatikan II, maka doa ini disosialisasikan kepada umat awam agar umat awam pun dapat juga turut serta mendaraskannya. Namun karena di dalam buku Ibadat Harian atau Brevir tersebut banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti umat awam dan bingung bertanya kemana, maka umat awam banyak yang tidak mendaraskannya.

2. Apa isi Brevir?
Garis besarnya di dalam Brevir ada Madah, Kidung, Mazmur, Bacaan Kitab Suci, dan beberapa doa lainnya. Yang kesemua itu, untuk didaraskan 7x sehari.

3. Mengapa 7x sehari?
“Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. Besarlah kententeraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.” (Mazmur 119:164-165)

4. Ibadat apa saja yang termaksud dalam 7x sehari tersebut?
a. Ibadat Pembukaan & Ibadat Bacaan
b. Ibadat Pagi
c. Ibadat Sebelum Tengah Hari
d. Ibadat Siang
e. Ibadat Sesudah Tengah Hari
f. Ibadat Sore
g. Ibadat Penutup

5. Jam-jam berapa saja?
Jika kita mengikuti jam-jam Ibadat yang dipraktekkan oleh para rahib Rawaseneng, maka jam-jam Ibadat adalah sebagai berikut:
a. Ibadat Pembukaan & Ibadat Bacaan (03.30)
b. Ibadat Pagi (06.00)
c. Ibadat Sebelum Tengah Hari (08.15)
d. Ibadat Siang (12.00)
e. Ibadat Sesudah Tengah Hari (14.30)
f. Ibadat Sore (17.30)
g. Ibadat Penutup (19.45)
Namun jika tidak bisa mengikuti jam-jam tersebut, jangan khawatir. Tetaplah mendaraskan dengan penuh sukacita. Akan sangat baik jika sebelum tidur, anda sudah mendaraskan 7 Ibadat tersebut.

6. Apakah harus 7x Ibadat sehari?
Di dalam perjalanannya, sudah umum didaraskan 3 Ibadat, yaitu Ibadat Pagi, Ibadat Siang, Ibadat Sore. Di gereja-gereja yang masih mendaraskan Brevir, malah hanya mendaraskan Ibadat Pagi dan Ibadat Sore. Tidak masalah. Namun jika rindu untuk mengikuti Raja Daud yang memuji-muji Tuhan 7x sehari, baik kiranya jika dapat mendaraskan 7 Ibadat tersebut.

7. Yang disebut sebagai ‘Ibadat’ apakah harus beramai-ramai.
Tidak. Dapat dilakukan oleh perorangan secara pribadi.
8. Bagaimana mendaraskannya?
Di pertapaan Rawaseneng mendaraskan 1 Ibadat banyak dengan dilantunkan, mereka menjadikannya seperti lagu-lagu mazmur. Namun jika untuk didaraskan perorangan, baiklah hanya didaraskan/dibaca saja perlahan, jangan terburu-buru. Daraskanlah Ibadat/Doa itu dari atas sampai bawah dengan tenang dan penuh sukacita.

8. Apa arti tanya (*) dan arti tanda salib kecil
Tanda (*) biasanya ada di ujung kalimat, yang dimaksudkan sebagai jedah agar kita berhenti sejenak sebelum masuk ke kalimat kedua di bawahnya. Tanda (*) ada sebagai pemisah, jika bait terdiri dari 2 kalimat. Sedangkan tanda salib kecil biasanya ada di ujung kalimat, dimana 1 bait terdiri dari 3 kalimat. Jika dilagukan, maka pada tanda salib kecil itu akan terdengar turun 1 nada. Namun jika hanya didaraskan, maka tanda salib kecil itu akan berfungsi sama yaitu sebagai jedah untuk masuk ke kalimat selanjutnya.

9. Dimana bisa diperoleh Brevir (Buku Ibadat Harian)?
Yang kami ketahui adalah di Toko Buku Rohani OBOR, Jakarta.

10. Bagaimana akses Brevir secara online?
Sementara ini kami memberikan kemudahan dengan menyediakan:
a. Blogspot (www.brevirharian.blogspot.com) Klik dahulu “Link Harian” baru carilah sesuai tanggal dan waktu yang anda perlukan.
b. Fanpage Facebook: www.facebook.com/brevirharian di sini, setiap hari, malam sebelumnya kami akan mem-posting 7 Ibadat untuk keesokan harinya, sehingga anda tinggal men-scroll status-status yang berisi Ibadat-ibadat sesuai waktu yang anda perlukan.
c. Yahoogroups “Brevir Harian”https://groups.yahoo.com/neo/groups/BrevirHarian/info jika anda bergabung di group ini, maka setiap hari anda akan menerima 8 e-mail, 7 Ibadat + 1 Kerangka Halaman. Karena banyaknya e-mail harian yang akan anda terima; sebaiknya anda membuat folder khusus di e-mail anda ATAU memiliki e-mail baru khusus untuk menerima e-mail Brevir ATAU meng-edit membership di yahoogroups tersebut.

11. Apa manfaat mendaraskan Brevir?
Begitu banyak rahmat dan berkat menanti yang akan TUHAN ALLAH berikan untuk anda. Sudah banyak para pendaras yang merasakan indahnya berkat dan rahmat di dalam kehidupan mereka. Seringnya sulit dijabarkan, damai, sukacita, kemudahan-kemudahan hidup, persoalan-persoalan yang diberikan jalan keluar tak terduga.

12. Saran...
Jika anda sudah memulainya, janganlah memulai hanya dengan semangat-semangat awal saja. Tetaplah konsisten menjaga komitmen untuk tetap membaca brevir. Kita tidak pernah tahu kapan TUHAN ALLAH akan memberikan rahmatNYA kepada kita. Janganlah kendur semangat kita.

13. Tetap membaca dan mempelajari BUKU IBADAT HARIAN
Kami hanya menyediakan kemudahan untuk anda membaca Brevir Harian secara ONLINE. Namun kita harus ingat bahwa koneksi internet tidak selalu baik. Jika pun anda bepergian, terkadang sinyal pun tidak selalu mudah didapat. Untuk itulah, sangat kami sarankan; BELILAH dan PELAJARILAH BUKU IBADAT HARIAN (BREVIR) tersebut. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi anda untuk berhenti mendaraskan Brevir.

MARILAH PENUHI SURGA DENGAN PUJI-PUJIAN KEPADA DIA YANG SUNGGUH MENGASIHI KITA DAN LAYAK MENERIMA PUJI-PUJIAN.

Mazmur dan Doa Orang Benar Saat Di Serang Oleh Musuhnya


Mazmur dan Doa Orang Benar Saat Di Serang Oleh Musuhnya

Monday, May 9, 2016

MENGAPA KITA MENDOAKAN ORANG YANG SUDAH MENINGGAL



MENGAPA KITA MENDOAKAN 
ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

Mengapa kita mendoakan orang yang sudah meninggal bahkan dalam Gereja Katolik ada perayaan Khusus untuk orang meninggal tanggal 2 Nopember. Bukankah orang yang sudah meninggal merupakan urusan Tuhan dan bukan urusan manusia? Inilah pertanyaan yang dilontarkan oleh saudara-i kita non Katolik. Banyak di antara kita yang bisa menjawab namun tidak sedikit yang emosi menjawab untuk menutupi bahwa kita tidak tahu. Beberapa jawaban untuk ini.
Pertama, bahwa kita Katolik percaya bahwa adanya api penyucian. Api Penyucian atau ‘purgatorium’ adalah ‘tempat’/ proses kita disucikan. ‘Disucikan’ bukan ‘dicuci’, oleh sebab itu disebut Api Penyucian (bukan Api Pencucian). Gereja Katolik mengajarkan hal ini di dalam Katekismus Gereja Katolik # 1030-1032, yang dapat disarikan sebagai berikut:
1) Api Penyucian adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian.
2) Pemurnian di dalam Api Penyucian adalah sangat berlainan dengan siksa neraka.
3) Kita dapat membantu jiwa-jiwa yang ada di Api Penyucian dengan doa-doa kita, terutama dengan mempersembahkan ujud Misa Kudus bagi mereka.
Dasar dari Kitab Suci
Keberadaaan Api Penyucian bersumber dari ajaran Kitab Suci, yaitu dalam beberapa ayat berikut ini:
1. “Tidak akan masuk ke dalamnya [surga] sesuatu yang najis” (Why 21:27) sebab Allah adalah kudus, dan kita semua dipanggil kepada kekudusan yang sama (Mat 5:48; 1 Pet 1:15-16). Sebab tanpa kekudusan tak seorangpun dapat melihat Allah (Ibr 12:14). Melihat bahwa memang tidak mungkin orang yang ‘setengah kudus’ langsung masuk surga, maka sungguh patut kita syukuri, bahwa Allah memberikan kesempatan pemurnian di dalam Api Penyucian.
2. Keberadaan Api Penyucian diungkapkan oleh Yesus secara tidak langsung pada saat Ia mengajarkan tentang dosa yang menentang Roh Kudus, “…tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.” (Mat 12:32) Di sini Yesus mengajarkan bahwa ada dosa yang dapat diampuni pada kehidupan yang akan datang. Padahal kita tahu bahwa di neraka, dosa tidak dapat diampuni, sedangkan di surga tidak ada dosa yang perlu diampuni. Maka pengampunan dosa yang ada setelah kematian terjadi di Api Penyucian, walaupun Yesus tidak menyebutkan secara eksplisit istilah ‘Api Penyucian’ ini.
3. Rasul Paulus mengajarkan bahwa pada akhirnya segala pekerjaan kita akan diuji oleh Tuhan. “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” (1 Kor 3:15) Api ini tidak mungkin merupakan api neraka, sebab dari api neraka tidak ada yang dapat diselamatkan. Api ini juga bukan surga, sebab di surga tidak ada yang ‘menderita kerugian’. Sehingga ‘api’ di sini menunjukkan adanya kondisi tengah-tengah, di mana jiwa-jiwa mengalami kerugian sementara untuk mencapai surga.
4. Rasul Petrus juga mengajarkan bahwa pada akhir hidup kita, iman kita akan diuji, “…untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan… pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1 Pet 1:7).
Alasan kedua, Dasar Kitab Suci
Gereja Katolik untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal adalah adanya Persekutuan Orang Kudus yang tidak terputuskan oleh maut. Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39).
Kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus selayaknya saling tolong menolong dalam menanggung beban (Gal 6:2) di mana yang kuat menolong yang lemah (Rm 15:1), maka jika kita mengetahui (kemungkinan) adanya anggota keluarga kita yang masih dimurnikan di Api Penyucian, maka kita yang masih hidup dapat mendoakan mereka, secara khusus dengan mengajukan intensi Misa kudus. Kita berdoa bagi orang yang sudah meninggal agar mereka dibebaskan dari dosa-dosa mereka (2 Mak 12:42-46). Dalam Sirakh 7 : 33 juga dituliskan bahwa “Hendaklah kemurahan hatimu meliputi semua orang yang hidup, tapi orang matipun jangan kau kecualikan pula dari kerelaanmu”. Ayat ini mempunyai pengertian bahwa bantuan melalui doa – doa dan persembahan kepada orang yang sudah mendahului kita tidak akan sia-sia, karena itulah bentuk perhatian dan bantuan kita secara rohani kepada mereka. Catatan. Kitab Makabe dan Sirakh termasuk dalam kelompok Kitab Deteurokanonika yang tidak diakui oleh Gereja Kristen Protestan. Di sinilah letak perbedaannya.
Alasan ketiga ialah, kita (baik Katolik maupun Protestan) percaya adanya kebangkitan. Rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Korintus, “Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan” (1Kor 15:13). Dengan kata lain, orang yang tidak percaya akan kebangkitan badan, tidak percaya akan Kristus sendiri yang telah bangkit. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (1Tes 4:13-14). Sumber; katolosilitas.org dan Iman Katolik dan. Semoga paparan sederhana ini semakin menambah pengetahuan dan terutama iman akan Tuhan yang Maha Rahim raja kehidupan. Dan tentu bukan juga supaya kita bisa menjawab pertanyaan mengapa kita mendoakan orang yang sudah meninggal namun supaya kita yakin bahwa kita masih mampu “membuat” sesuatu (doa, intensi dan persembahan Ekaristi) bagi mereka (keluarga) kita yang sudah meninggal. (Sumber; Iman Katolik,Katolisitas.Org, Catholic Answers.)
(Katekese Ringkas dan Sederhana)

Tags