Martinszug di Kempen 2011
Asal-Usul Tradisi Perayaan
St. Martin dan Menu Angsanya
(Martinszug dan Martinsgans)
Pada tanggal 11 November, umat katholik di Jerman, Austria, Swiss dan Tirol selatan merayakan hari Santo Martin dari Tours (Perancis). Karena sudah menjadi tradisi maka perayaan ini tidak saja dirayakan oleh umat katholik melainkan oleh semua warga
Di Jerman, kota-kota seperti Worms-Hochheim, Kempen dan Bocholt terkenal sebagai kota dengan peserta pawai terbanyak dengan jumlah pengikut antara 4000 – 6000 orang.
Tradisi merayakan hari tersebut biasanya diiringi dengan pawai disebut Sank Martinszug (pawai Santo Martin) dan tentunya ada makanan spesial yang dipersiapkan oleh masing-masing keluarga yang bernama Martinsgans (Gans = Angsa).
Di desa tempat tinggal saya, pesta St.Martin dirayakan pada tanggal 10 November sore dan dua minggu sebelum pesta St.Martin dimulai, para anggota partai CDU tingkat desa, Pemadam Kebakaran, Gabungan Musik Tiup dari Gereja Protestan dan Katholik mengadakan rapat tentang pengorganisasian berlangsungnya acara pawai tersebut. Begitu juga dengan TK dan SD, dalam pelajaran prakarya, mereka membuat lentera dari bahan kertas lilin dengan hiasan berupa bulan, bintang, angsa atau motiv lainnya untuk keperluan pawai.
Untuk urusan konsumsinya, dua hari sebelum pesta dimulai, anak-anak TK dan SD mendapat satu kupon yang nantinya bisa ditukar dengan roti Brezel.
Tepat pukul 17:00 (di musim dingin, hari sudah gelap) semua warga berkumpul di halaman gereja sambil menunggu St. Martin yang diperankan oleh seorang pria berpakaian Romawi dengan menunggang seekor kuda. Setelah kata sambutan dari ketua panitia, iring-iringan wargapun beranjak yang dipimpin oleh pria yang berperan sebagai St. Martin, lalu diikuti dengan Group Musik Tiup dan warga. Adapun lagu yang dinyanyikan oleh anak-anak berjudul „Ich gehe mit meiner Laterne..“ artinya „Saya pergi dengan lentera saya“.
Dengan diterangi cahaya lilin atau lampu kecil dari lentera yang dibawa oleh anak-anak, mereka berjalan ke arah api unggun yang telah disiapkan. Kemudian semua peserta mengelilingi api unggun sambil makan roti Brezel dan minum Jus Apel panas yang dibagikan oleh panitia.
Santo Martin dan Legendanya
Martin dari Tours (Perancis) dilahirkan di Hongaria pada tahun 316. Di usia yang belum memasuki 18 tahun, impiannya untuk menjadi tentara Romawi terkabulkan dengan melamar menjadi tentara pada kekaisaran Romawi. Martin terkenal sangat pemberani dan mempunyai banyak kawan. Yang sangat membuatnya bangga adalah: apabila dia bisa menunggangi kudanya berkeliling kota, bahkan di musim dingin Martin senang berkeliling sambil menunggang kudanya.
Di suatu malam di musim dingin, udara sangat dingin sekali tidak seperti biasanya. Salju turun sangat tebal menutupi jalan-jalan. Walaupun dengan cuaca demikian, Martin mengeluarkan kudanya dari kandang dan menungganginya. Tak terlihat satu orangpun di jalan-jalan yang dilaluinya, juga tak seekor anjingpun yang kelihatan berkeliaran di jalan. Malam itu udara sangat dingin sekali. Semua orang berdiam di rumah dan berkumpul di depan perapian, begitu juga hewan-hewan di kandang, saling berdekatan untuk menghangatkan badan mereka.
Martin mengendarai kudanya dengan lebih cepat agar tubuhnya dan si kuda cepat hangat. Akan tetapi tiba-tiba Martin melihat sesuatu tergeletak di pinggiran jalan. Dengan segera Martin menarik tali kekang kudanya untuk berhenti dan mendekati dengan sangat berhati-hati benda yang dicurigainya itu.
Ketika Martin mendekat, terdengar seseorang mengerang karena kedinginan, ternyata suara itu berasal dari seorang pengemis yang berpakaian compang-camping. “Saya menggigil kedinginan” keluhnya.
Tanpa ragu-ragu, Martin mengambil pedangnya dan memotong mantelnya menjadi dua bagian. Setengah dari mantel yang terpotong itu diberikan kepada si pengemis untuk menghangatkan badannya, “ku hadiahkan setengah mantel ini untukmu” kata Martin.
“Terima kasih” kata si pengemis sambil membalut tubuhnya dengan potongan mantel tersebut. Dan Martinpun meninggalkan pengemis tersebut, melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.
Malam harinya Martin bermimpi tentang Jesus yang membuatnya berubah pikiran. Martin meninggalkan kekaisaran dan tidak ingin lagi menjadi tentara Romawi. Keinginannya adalah menolong orang-orang miskin dan menjadi misionaris.
Kisah tentang kebaikan Santo Martin menyebar keseluruh penjuru negeri, begitu juga dengan cerita tentang pengemis yang pernah di tolongnya, banyak di ceritakan oleh masyarakat sampai pada suatu saat, mereka menginginkan Martin menjadi Uskup kota Tours tetapi Martin tidak mau menjadi uskup karena dia berpikir tidak pantas untuk jabatan tersebut.
Untuk menghindari kejaran masyarakat, Martin bersembunyi di kandang angsa dan berpikir bila dia bersembunyi di kandang angsa, pasti masyarakat tidak akan menemukannya.
Tanpa diduga, dengan kehadiran Martin di kandang angsa tersebut, angsa-angsa menjadi terkejut dan membuat keributan yang luar biasa sehingga mengundang perhatian masyarakat untuk melihat apa yang terjadi. Konon menu makanan angsa untuk Hari St. Martin itu berasal dari legenda tersebut.
Akhirnya mereka menemukan Martin dan memintanya untuk menjadi uskup. Martin diangkat menjadi uskup Tours pada tahun 371 dan menjalankan tugasnya dengan baik.
Pada tahun 398, uskup Martin dari Tours wafat.
Dari perayaan St. Martin diatas, ada pesan moral yang bisa diambil dari kehidupan St. Martin dan selalu diceritakan kepada anak-anak dimulai dari usia TK yaitu menanamkan rasa sosial, rasa belas kasihan dan tentunya rasa cinta kasih terhadap sesama.
Pertama kali saya menemani anak-anak mengikuti pawai St. Martin, saya sangat terharu, bagaimana mungkin Jerman yang sangat maju masih memegang teguh tradisi dan melaksanakannya dengan penuh kehormatan.
Source : sosbud.kompasiana.com
Post a Comment