Mari Ambil Bagian Dalam Karya Penciptaan Tuhan



“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” yang “belum berbentuk dan kosong” serta “gelap gulita” yang “menutupi samudera raya” agar jadi surga dan mengubah kekacauan jadi penciptaan. Maka berfirmanlah Allah: “Jadilah terang” (lihat Kejadian 1:1-3). Setelah tercipta, “Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap” (lihat Kejadian 1:4,18). Dia juga memisahkan air dengan bersabda: “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air” (lihat Kejadian 1:6); dan memisahkan laut dari bumi (lihat Kejadian 1:9). Allah melakukan pemisahan dalam mengubah kekosongan, kegelapan, dan kekacauan kehidupan anak manusia agar menjadi ciptaan baru. Tuhan melakukan menciptakan kembali kehidupan kita, keluarga, gereja, dan masyarakat melalui sabda-Nya yang penuh kuasa. Tuhan menggunakan terang Firman-Nya menjadi “pelita untuk kaki” dan terang untuk jalan” (lihat Mazmur 119:105). “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (lihat Ibrani 4:12); sehingga menggantikan kebingungan menjadi kejelasan. Orang tak lagi “suam-suam kuku” (lihat Wahyu 3:16); dan menipu diri sendiri (lihat 1Yohanes 1:8); karena sudah bertobat sehingga mengganti jurang gelap dosa dengan harmoni surga. “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal” (lihat 1Petrus 1:23).

Ciptaan Allah diatur untuk dipisahkan (lihat Kejadian 1:4,6,7,14,18); untuk tujuan “baik” (lihat Kejadian 1:12,18). Ciptaan baru dalam Kristus yang dilakukan Allah juga melibatkan hal itu. Sebagai manusia baru, Allah memisahkan anak-anak-Nya dari dosa asal -- yang menyebabkan terputusnya hubungan dengan Tuhan – yang kita terima melalui Sakramen Pembaptisan (lihat Kejadian 3:23; Markus 16:15-16; Roma 6:4; 1Korintus 6:11). Lalu, dalam perjalanan waktu, dosa-dosa diri ini dibersihkan oleh rahmat pengampunan-Nya karena bersedia menjadi saksi-Nya (lihat Matius 1:21). Kita juga dipisahkan dari orang-orang yang berniat menjauhkan kita dari-Nya (lihat Matius 10:35); termasuk penyakit dan kesembuhan bagi sesama (lihat Markus 6:56). Jadi, agar boleh menerima pimpinan Tuhan, orang harus terpisah dari gaya hidup lama yang berdosa (lihat 2Korintus 6:14; Roma 8:13); yang ditegaskan Yesus: “Tidak seorang pun dari kamu dapat menjadi murid-Ku, kalau dia tidak melepaskan segala sesuatu yang dimilikinya” (lihat Lukas 14:33). Sebagai ciptaan baru Allah, orang tidak bisa mempertahankan gaya hidup berdosa atau mencampuradukkannya dengan gaya hidup sebagai anak-anak Tuhan (lihat Markus 2:21-22). Mereka tidak bisa tetap mengabdi kepada tubuh fana (lihat Roma 7:26); yang dipakai si jahat agar orang jatuh dalam dosa (lihat Matius 6:24). Sayangnya, tidak sedikit anak-anak Tuhan yang tidak dapat memisahkan diri dari jerat dosa sehingga malah memisahkan diri dari Yesus (lihat Matius 19:22); meski harus menerima upah dosa yang akan membawa ke dalam api yang kekal (lihat Matius 25:41-42).

Allah selalu melakukan hal baru dan luar biasa setiap hari (lihat Markus 5:56). Karena, Yesus yang adalah Allah, tetap sama seperti pada waktu penciptaan jagar raya (lihat Kejadian 1:1). Allah membuat ciptaan baru dari ketiadaan dan membuat baik dari yang terburuk sekalipun (lihat Roma 8:28); termasuk setiap hari adalah hari baru yang telah diciptakan Allah bagi anak-anak-Nya. Jika diri ini mengalami hari yang buruk atau bahkan lebih dari satu hari, itu tidak berarti besok juga akan buruk. Cara berpikir seperti ini dimiliki oleh orang yang memisahkan diri dari Yesus. Karenanya, “janganlah merasa yakin tentang hari esok karena tidak tahu bagaimana hari ini akan berakhir” (lihat Amsal 27:1). “Hari ini ia masih dijulang dan esok tidak ditemukan lagi, sebab ia kembali menjadi debu, dan musnahlah segala rencananya” (lihat 1Makabe 2:63). Sedang, sebagai anak-anak Tuhan, diri ini tidak pernah kehilangan harapan karena belas kasihan Allah terus melimpahkan kasih dan rahmat yang selalu diperbarui setiap pagi (lihat Ratapan 3:22-23); berupa “rencana-rencana untuk menyelamatkan” kita semua dengan memberikan “suatu masa depan dan suatu harapan” (lihat Yeremia 29:11). Untuk itulah, Yesus lalu mengajarkan kita untuk berdoa agar hanya terpusat untuk kebutuhan hari ini (lihat Matius 6:11); sehingga kita dapat memusatkan perhatian pada kerajaan dan kebenaran Allah, bukan pada kecemasan akan hari esok, yang diungkapkan Yesus: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (lihat Matius 6:34). Terpujilah Kristus!
 

Source : FB Fa Suhardi Soetedja

Post a Comment

Previous Post Next Post