Mengejar kesempurnaan injili



Setelah pembukaan Jubileum Keuskupan Sibolga yang meriah di Gereja Katolik St. Maria Bunda Para Bangsa (Ko-Katedral) Gunungsitoli, para saudara kapusin kembali berkumpul di Ruper St. Leopoldo, Kompleks Biara Laverna-Gunungsitoli untuk

merenung dan mengambil jarak dengan aktifitas harian untuk bersatu dengan Tuhan melalui retret selama tiga hari, 19-22 Nopember 2008 dalam tuntunan sdr. Matino Sardi, OFM. Retret kali ini mengambil tema “Dalam Terang Tuhan Hidup Religius Yang Memperhatikan Alam Ciptaan Tuhan”. Tema besar ini dibagi dalam tiga topik. Topik pertama bicara tentang Jadilah Sempurna Seperti Bapa-Mu di Surga Sempurna Adanya. Sementara dalam topik kedua Pater Martino Sardi membahas Vita Consecrata: Sebuah Perjalanan Hidup dalam Kasih Tuhan. Sementara pada bagian ketiga diuraikan Menjadi Sempurna dalam Bimbingan St. Fransiskus dari Assisi.


Ketiga tema pembicaraan ini dibawakan oleh Pater Martino dengan gayanya yang khas, penuh semangat, hidup-hidup dan tidak bicara teoritis tetapi selalu berangkat dari pengalaman hidup hariannya. Pada setiap session selalu dimulai dengan pemutaran slide yang menunjukkan keindahan dan harmoni alam, binatang, bunga-bungaan, jagat raya, pelangi dan lain-lain. Suatu animasi “film” pendek yang mengajak semua saudara untuk mengagumi ciptaan Tuhan dan mengajak semua mahluk untuk memuji dan memuliakan Tuhan bersama dengan alam ciptaan. Tampak bahwa setiap saudara mengikuti retret ini dengan hikmat dan gelak tawa karena humor-humor Pater Martino yang segar, menggeletik tetapi tidak kasar dan tidak terkesan menggurui atau mendikte.

Dalam merenungkan topik Jadilah Sempurna Seperti Bapa-Mu di Surga Sempurna Adanya, Pater Martino membuka dengan menampilkan Mazmur 139 “Tuhan selalu Menyertai”. Dalam Mazmur ini dapat dirasakan betapa dekatnya Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Tuhan mengenal lubuk lubuk hati kita yang terdalam, Tuhan menyelami relung-relung hidup kita, lebih dekat dari pada diri kita sendiri. Yakinlah Tuhan memperhatikan kita. Cahaya-Nya cemerlang, tembus dalam seluruh kehidupan kita. Tak ada satupun yang dapat kita sembunyikan dari hadapan Tuhan. Kita dijaga dan diberkati oleh Tuhan, dipandang penting oleh Tuhan. Tuhan selalu menuntun kita menuju kebahagiaan. Kita diharapkan menjadi pribadi yang bermoral, kuat, bertanggungjawab serta beriman teguh akan Yesus kristus.

Dalam memaparkan Vita Consecrata: Sebuah Perjalanan Hidup dalam Kasih Tuhan, Pater Martino mengetengahkan empat langkah dalam hidup bakti. Pertama, Panggilan Tuhan. Setiap pribadi dipanggil oleh Tuhan untuk dekat dengan diri-Nya dalam cara hidup yang khas dan khusus. Kedua pribadi menjawab panggilan Tuhan dengan masuk dalam lembaga hidup bakti tertentu. Ketiga menyadari selalu campur tangan Tuhan dalam perjalanan panggilan dan hidupnya. Keempat, menampilkan dalam hidupnya kekhususan hidup religious. Pater ini mengetengahkan bahwa kekhasan hidup kita terletak pada nasihat injil yakni ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Dalam hidup bakti kita mengikuti Kristus secara lebih dekat dengan mempersembahkan diri kepada Tuhan secara lebih utuh dengan menjadikan Allah sebagai yang paling dicintai. Walaupun demikian kitab mesti solider dengan sesame yang membutuhkan dan kretif dalam hidup. Kadang kita bertany untuk apa hidup kita ini? Tujuan hidup kita ialah demi kehormatan bagi-Nya atau demi kemuliaan Tuhan, demi pembangunan Gereja dan demi keselamatan dunia. Untuk itu ada beberapa kewajiban religious yakni mengejar kesempurnaan hidup (injili) demi Kerajaan Allah dan menjadi tanda unggul demi kebahagiaan-kemuliaan surgawi. Dalam berkotbah kita sebagai fransiskan mesti mewartakan kabar gembira.

Dalam merenungkan topik Menjadi Sempurna dalam Bimbingan St. Fransiskus dari Assisi, Pater ini amat ditekankan agar setiap saudara menyadari peran tangan Tuhan dalam hidupnya dan menyadari bahwa Tuhan yang hadir dan meraja dalam setiap hidup kita. Kita tidak mampu berbuat apa-apa tanpa bantuan dan penyertaan dari-Nya. Dalam hidup setiap saudara mestinya memperlihatkan iman yang kokoh kuat sehingga hidup menjadi berarti dan bernilai. Disamping itu setiap saudara mesti memperhatikan profesi religious. Profesi religious ada kekhasan hidup kita sebagai bagiann dari hidup yang dibaktikan. Setiap saudara mesti menghargai dan melihat bahwa setiap saudara adalah rahmat. Persoalannya ialah bagaiman dengan saudara yang banyak mendatangkan keresahan dalam persaudaraan. Beliau mengatakan saudara tersebut adalah anugerah Allah yang “cacat”, karena itu setiap saudara mesti mampu menyumbangkan yang terbaik bagi hidup komunitas. Menghindari diri menjadi saudara lalat yang hanya menjadi parasit atau menumpang tinggal dalam persaudaraan.

Akhirnya retret diakhiri dengan perayaan ekaristi meriah yang dipimpin oleh Minister Propinsial P. Ch. Sebastianus Sihombing, OFMCap. Sebelum berkat, terlebih dahulu diberkati ruangan tambahan kamar makan Ruper. Semoga setiap saudara mendapat kesegaran dari retret ini. Semoga…

Oleh: Sdr. Martinus Situmorang, OFMCap.


Source :Portal Kapusin Indonesia

Post a Comment

Previous Post Next Post