PAUS FRANSISKUS: GEREJA ADA UNTUK MENGOMUNIKASIKAN KEBENARAN, KEBAIKAN DAN KEINDAHAN (Audiensi lebih dari 5000 wartawan dgn Paus)


“Kita tidak dipanggil untuk mengomunikasikan diri sendiri, tetapi trinitas ... Gereja ada untuk mengomunikasikan Kebenaran, Kebaikan dan Keindahan," demikian refleksi Paus Fransiskus tentang “Trinitas Komunikasi: Kebenaran, Kebaikan dan Keindahan."

Refleksi itu disampaikan oleh Paus Fransiskus saat audiensi dengan lebih dari 5000 wartawan dari seluruh dunia tanggal 16 Maret 2013, pukul 11.00, waktu Roma, di Aula Paulus VI. Lobi aula itu telah diubah menjadi Media Center yang melayani para wartawan yang terakreditasi dengan Kantor Pers Tahta Suci, termasuk beberapa wartawan dari dan untuk media di Indonesia, selama masa transisi kepausan.

Paus Fransiskus yang menyapa orang-orang media dengan lambaian tangan dan senyuman serta sapaan "teman-teman," berbicara tentang peran media massa yang berkembang pesat sehingga menjadi sarana penting untuk menginformasikan peristiwa-peristiwa sejarah kontemporer kepada dunia.

Paus berterima kasih untuk pelayanan media selama hari-hari terakhir ini. Dengan penuh canda Paus mengatakan bahwa media sudah bekerja dengan begitu kerasnya. Paus juga berbicara tentang betapa kompleks menulis atau melaporkan peristiwa sejarah seperti pemilihan Paus dan betapa pentingnya menyajikan peristiwa seperti itu dalam terang Iman.

Paus berterima kasih untuk peliputan profesional yang dilakukan orang-orang media selama hari-hari ini. “Kalian bekerja sungguh-sungguh, ya?” kata Paus seraya menegaskan bahwa “saat ini mata-mata seluruh dunia, bukan hanya mata-mata orang Katolik, berpaling ke Kota Abadi.”

Selama beberapa minggu terakhir, kata Paus, “kalian telah memberi informasi tentang Tahta Suci dan tentang Gereja, beserta ritual, tradisi, dan imannya, dan di atas segala-galanya tentang peran Paus dan pelayanannya.”

Menurut Paus, peristiwa-peristiwa gerejawi tentu tidak lebih rumit dari peristiwa politik atau ekonomi. “Tapi mereka memiliki ciri pokok tertentu. Polanya tidak terlalu sama dengan kategori ‘duniawi’ yang biasa kita gunakan. Dengan demikian, tidaklah mudah mengartikan dan mengomunikasikannya kepada publik yang lebih luas dan lebih bervariasi.”

Gereja tentunya merupakan lembaga manusia dan sejarah dengan segala kebutuhannya, jelas Paus, namun sifatnya tidaklah politis, tetapi spiritual. “Gereja adalah umat Allah, Umat Kudus Allah yang berupaya berjumpa dengan Yesus Kristus. Hanya dengan perspektif inilah cerita yang bagus tentang kehidupan dan kegiatan Gereja bisa dihasilkan.”

Dari tengah umat Allah, dipilih seseorang sebagai wakil Kristus, Pengganti Rasul Petrus. Namun Kristus tetap pusat, bukan Pengganti Petrus. Kristus adalah titik acuan fundamental, jantung Gereja. Tanpa Dia, Petrus dan Gereja tidak akan ada atau tidak ada alasan untuk ada.

Tokoh utama dari semua peristiwa ini, kata Paus, adalah Roh Kudus. "Dialah yang mengilhami keputusan Paus Benediktus XVI demi kebaikan Gereja, Dialah yang mengilhami pilihan para kardinal." Itu perlu diingat saat berupaya mengartikan peristiwa-peristiwa beberapa hari lalu.

Salah satu sorotan utama dalam audiensi itu adalah cerita Paus tentang bagaimana sampai dia memilih nama yang digunakan untuk jabatannya itu, Fransiskus.

Beberapa orang, kata Paus, masih belum tahu apakah dia menamakan dirinya Fransiskus Xaverius atau Fransiskus dari Sales, atau Santo Fransiskus dari Asisi. Untuk menjawab ketidaktahuan itu, Paus bercerita bahwa di saat konklaf, dia duduk di samping teman baiknya, Uskup Agung emeritus Sao Paulo dan Prefek emeritus Kongregasi untuk Klerus, Claudio Kardinal Hummes.

"Ketika suasana semakin berbahaya, dia menghibur saya," cerita Paus. Dan ketika suara sedang dihitung dan semakin jelas terpilihnya Paus, para kardinal mulai bertepuk tangan dan Kardinal Hummes "memeluk saya dan mencium saya dan berkata, ‘Jangan lupa orang miskin’ ... dan itu menghantam saya ... orang miskin ... Serentak saya berpikir tentang Santo Fransiskus dari Asisi ... Fransiskus adalah manusia perdamaian, manusia kemiskinan, manusia yang mencintai dan melindungi ciptaan.”

Itulah ceritanya bagaimana nama itu muncul dalam pikiran Paus Fransiskus. "Bagaimana saya akan mencintai Gereja yang miskin dan untuk orang miskin,” kata Paus yang juga menceritakan saran beberapa orang agar dia mengambil nama Paus Adrianus karena kaitannya dengan reformasi Gereja.

Karena kenyataannya bahwa dia seorang Yesuit, ada juga yang meminta agar dia mengambil nama Clementus XV untuk membalas Clementus XIV yang menekan Serikat Yesus di tahun 1773.

Paus Fransiskus mengakhiri pertemuannya dengan perwakilan media massa dari seluruh penjuru dunia dengan menyampaikan salam hangat bagi mereka, bagi pekerjaan mereka dan bagi keluarga mereka.

Namun Paus pertama yang non-Eropa di era modern, yang pertama dari Amerika Latin, yang pertama dari Serikat Yesus, dan yang pertama menggunakan nama Fransiskus itu memberikan berkat apostolik dengan diam, karena menghormati kenyataan bahwa tidak semua wartawan yang hadir beriman Katolik bahkan ada yang tidak beragama.***



Souce : FB PEN@ Indonesia

Post a Comment

Previous Post Next Post