Suatu ketika, menjelang perayaan Pekan Suci, keluarga bapa Petrus duduk bersama dan berunding tentang apa yang perlu mereka lakukan selama pekan suci. Hasil perundingan itu melahirkan kesepakatan bahwa setiap pribadi dalam keluarga berusaha agar setiap hari selama pekan suci, mereka bergilir masak, cuci, seterika, membersihkan rumah dan meliburkan pembantu. Mereka tidak boleh makan di warung atau rumah makan tetapi harus menikmati masakan yang disediakan oleh dia yang bertugas hari itu. Enak tidak enak, hendaknya tidak dipermasalahkan. Semua anggota harus belajar untuk mencintai dan menghargai pekerjaan satu sama lain dalam keluarga. Namun lebih dari pada itu, selanjutnya mereka akan melakukan pekerjaan ini sekali seminggu, agar memberi waktu luang kepada pembantu untuk menikmati libur”. Mereka harus belajar mencintai dari apa yang mereka lakukan sendiri di rumah.
“Di mana ada cinta di situ ada Tuhan”, demikian bunyi sebuah ungkapan Latin. Ungkapan ini berasal dari suatu kenyataan yang dikerjakan Tuhan bagi segenap umat manusia. Di saat manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan berjanji untuk menyelamatkan manusia. Puncak janji-Nya terpenuhi secara sempurna dalam karya Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat, melalui penderitaan, salib dan kebangkitan-Nya. Karya ini sungguh karya cinta Allah yang agung bagi umat manusia. Tak ada karya manusia yang melampaui karya agung Allah ini.
Setiap hari Jumat selama puasa 40 hari umat katolik melakukan ibadat jalan salib untuk mengenangkan penderitaan Kristus ini. Namun dalam pekan suci, kenangan akan derita Yesus Kristus akan dilakukan dua kali. Pertama, pada ekaristi hari raya Minggu Palma dan kedua, pada hari raya Jumat Agung. Dengan kedua alasan itu kita boleh mengatakan: “Pekan Suci adalah pekan puncak cinta Allah bagi manusia”.
Selama pekan suci kita semua mengenangkan bukan saja kerahiman Allah melalui kata-kata pengampunan-Nya melainkan merayakan kerahiman Allah melalui perbuatan-Nya yang nyata. Di mana-mana di segenap penjuru dunia, umat katolik melibatkan diri secara khusus untuk mengenangkan perjalanan salib Tuhan, mulai dari istana Pilatus sampai ke gunung Golgotha. Tuhan Yesus sendiri yang melakukan semuanya itu. Dia melakukannya dengan cinta yang tak terbatas demi keselamatan manusia. Selama pekan suci kita semua dengan hati penuh iman merayakan cinta Tuhan ini, sebabTuhan sendiri yang telah memulai menyatakan cinta-Nya dan Tuhan juga yang menggerakkan hati kita untuk mencinta. Maka ketika kita mengamalkan cinta itu dalam kehidupan bersama, di sana Tuhan hadir.
Komitmen cinta Tuhan bagi manusia tak diragukan, semuanya telah nyata dan selalu menjadi nyata sepanjang masa. Cinta Tuhan kekal adanya. Membuat komitmen cinta, dalam bentuk perhatian, doa, pemberian bantuan dan kerja dalam bentuk apa saja terhadap sesama adalah komitmen cinta Tuhan yang nyata dalam hidup kita. Pekan suci adalah pekan cinta, semoga ia berbuah dalam perjalanan hidup kita selanjutnya dalam pelbagai komitmen cinta yang nyata!
Source : FB Laurens Sopang II
إرسال تعليق