Benarkah Jokowi Sosok Fenomenal ?

1375187050451611938


Benarkah Jokowi Sosok Fenomenal ?



Sejak diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta 15 Oktober 2012 popularitas Jokowi meroket tajam. Keberhasilannya karena gebrakan-gebrakannya selama menjabat walikota Solo banyak menjadi perbincangan. Masyarakat menganggap Jokowi sosok yang bisa diharapkan menjadi pemimpin di negeri ini karena gaya kepemimpinannya yang merakyat. Selain dekat dengan rakyat juga tegas, tidak bisa disetir oleh siapapun bahkan oleh partainya sendiri.

Jokowi adalah sosok pemimpin yang ‘down to earth’, sosok sederhana yang tidak pernah segan dan malu untuk melakukan aktifitas bersama masyarakat. Gaya blusukannya yang menjadi ikon gaya kepemimpinannya banyak diperdebatkan. Bahkan disinyalir sampai menelan anggaran Rp.26,6 M per tahun. Meskipun dana blusukan itu dalam peraturan gubernur disebut belanja penunjang operasional. Publik menamakan dana tersebut ke dalam anggaran blusukan. Dan Jokowi tidak pernah mempedulikan omongan orang. “Biarlah rakyat yang menilai,” katanya setiap dikonfirmasi soal kinerjanya yang mengundang pro dan kontra. Karena anggaran itu banyak digunakan untuk program-program sosial. Baginya yang penting adalah kerja dan jabatan yang disandangnya apakah itu sebagai Walikota Solo ataupun Gubernur DKI Jakarta adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan kepada rakyat.

Menjadi Gubernur DKI Jakarta banyak tantangan yang harus dihadapi mantan walikota Solo ini. Diantaranya mengurai kemacetan , menanggulangi banjir , kemiskinan , kesehatan , pendidikan , birokrasi yang tidak mendukung. Yang kesemuanya itu telah berlangsung selama puluhan tahun dan tidak mungkin dibenahi dalam waktu yang singkat pula.
Cobalah kita simak gaya kepemimpinan Jokowi yang pro rakyat , yang membuat popularitasnya naik tajam. Bahkan elektabilitasnya selalu nangkring di posisi teratas dari semua hasil survey capres 2014.

1. Jokowi selalu menganggap dirinya adalah pelayan , dan rakyat adalah raja.

2. Jokowi mempunyai kemampuan untuk mendengar curhatan warga. Dan selalu menyediakan     waktu untuk berdiskusi dengan warga.

3. Tidak pernah menjanjikan hal-hal yang muluk-muluk karena semua yang dikerjakan harus melalui proses. Yang tidak mungkin dikerjakan dalam waktu singkat. Biarlah kinerjanya rakyat yang menilai.

4. Mau membuka diri untuk belajar dari orang lain alias tidak gengsi. Meskipun beliau seorang gubernur beliau mau mendengar aspirasi rakyat yang dianggap bisa diterapkan untuk kebaikan.

5. Jangan coba-coba menyuap bapak satu ini. Karena suap dan korupsi adalah musuh utamanya. Ada yang ketahuan korupsi langsung pecat. Biarpun terlihat santun tetapi ketegasan selalu menyertai tindakannya.

6   6 Birokrasi jangan sekali-sekali mempersulit warga. Pemeo yang mengatakan : “Kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah ?” diganti dengan :”Kalau bisa dikerjakan sehari kenapa harus menunggu berhari-hari atau berbulan-bulan?”

7  7 Memperbanyak tugas lapangan alias blusukan. Metode yang tidak terlalu protokoler agar bisa menyerap aspirasi rakyat secara langsung.

Kalau kita mau mencermati lebih jauh gaya kepemimpinan Jokowi sebenarnya yang beliau lakukan adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin. Tidak ada yang istimewa. Menjadi istimewa karena para pemimpin negeri ini tidak melakukan kepemimpinan seperti yang seharusnya dilakukan. Ketika Jokowi melakukan gaya kepemimpinan yang seharusnya dilakukan malah dianggap fenomenal. Jokowi melakukan gayanya itu sejak menjadi Walikota Solo yang akhirnya mengantarkannya memperoleh beberapa penghargaan. Yaitu penghargaan personal dan penghargaan yang diperoleh kota Solo. Penghargaan personal yang diperolehnya dan menjadikan dirinya popular adalah saat terpilih menjadi Walikota Teladan dari Kementrian Dalam Negeri 2011 dan masuk Nominasi World Mayor 2012. Langkahnya kian melaju hingga menjadikan Solo sebagai anggota Organisasi Kota-Kota Warisan Dunia.

Sosok seperti Jokowilah yang dirindukan masyarakat sebagai pemimpin Indonesia. Sehingga apapun yang dilakukan Jokowi selalu menjadi sorotan. Kesehariannya tak lepas menjadi konsumsi publik. Wartawan tak kenal lelah mengikuti gerak langkahnya. Bahkan ada seorang jurnalis televisi yang menulis di blognya khusus tentang Jokowi karena kagum dengan sikap santun dan perlakuan yang diberikan Jokowi kepada jurnalis tersebut. Akrab dengan media adalah hal yang biasa bagi Jokowi. Sejak menjadi Walikota Solo namanya sering menghiasi koran-koran daerah karena kebiasaan blusukannya. Setiap ada acara yang dihadiri Jokowi , bukan kegiatannya yang menyedot perhatian masyarakat tetapi sosok Jokowilah yang ditunggu. Biarpun hanya sekedar bersalaman atau kalau bisa berfoto bersama bak seorang artis.

Setelah menyimak gaya kepemimpinan Jokowi masihkah kita bertanya-tanya kenapa elektabilitas Jokowi selalu teratas dalam setiap survey capres 2014 ? Gayanya memimpin sudah bisa menyatu dengan hati rakyat. Pemimpin seperti inilah yang diharapkan rakyat Indonesia. Akankah harapan rakyat Indonesia terpenuhi ? Makanya rakyat tidak bisa disalahkan jika menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap sosok Jokowi ini. 

Jangan salahkan rakyat jika mengharapkan Jokowi menjadi Presiden RI berikutnya. Hanya saja Jokowi masih belum memikirkan keinginan rakyat Indonesia karena beliau memang masih ingin fokus membenahi Jakarta. ‘Kesalahan’ terbesar dari Jokowi adalah gaya kepemimpinannya yang bisa menyentuh hati rakyat dari tingkat elite hingga akar rumput. 

Rakyat tidak butuh prestasi berlebihan dari pemimpinannya selama prestasi itu tidak bersentuhan dengan kebutuhan rakyat. Rakyat hanya butuh diuwongke dan rasa nyaman dalam mencari penghasilan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Jadi siapa sebenarnya yang fenomenal ? Jokowi atau masyarakat Indonesia yang rindu akan gaya kepemimpinan pro rakyat yang saat ini melekat pada sosok Jokowi ?

Source : politik.kompasiana.com

Post a Comment

أحدث أقدم