Dalam dua pekan ini kita dipertontonkan dua hal yang membuat kita bisa menilai situasi-situasi kenegarawanan antara SBY dengan Jokowi-Ahok. Persoalan Komunikasi Politik adalah contoh bagaimana Presiden SBY kalah jauh dengan duet Jokowi-Ahok dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang menyangkut kepentingan publik.
Persoalan pembubaran FPI dan kebingungan SBY memamerkan betapa naifnya SBY dalam bermain dalam ruang komunikasi politik, disini SBY tidak mampu bertarung dengan siapa yang ‘bermain’ dibalik FPI, bahkan secara frontal kedudukan entitas Presiden berhadapan langsung ormas sekelas FPI, selain menurunkan derajat lembaga Kepresidenan, pribadi Presiden sendiri dihinakan oleh ungkapan Ketua Umum FPI yang menyebutkan SBY sebagai ‘pecundang’.
Dalam persoalan penyelesaian persoalan FPI, SBY tampak tidak mampu menawarkan situasi-situasi jalan keluar bagaimana seharusnya persoalan masyarakat diselesaikan.
Berbeda dengan Jokowi dan Ahok dalam menyelesaikan persoalan Tanah Abang. Persoalan PKL ini tidak pernah selesai mulai dari jaman Orde Baru sampai jaman SBY ini, tapi hal ini digebrak oleh duet yang dipercaya rakyat punya kemampuan menggiring persepsi publik dan dengan cerdas mengungkapkan ’siapa bertarung dengan siapa’.
Langkah komunikasi politik ini amat cantik dan seperti dua orang striker saling umpan bola.
‘Giringan pertama, Jokowi menendang lambung jauh ke lapangan tengah dengan mengeluarkan isu penggusuran PKL, tendangan lambung ini langsung disambut Ahok dengan permainan taka tiki yang mengesankan, galak tapi kemudian mampu tarik ulur, lalu Jokowi menyelesaikan tendangan di depan gawang dan Gol..!!.
Di tendangan pertama Jokowi berkata : “Kita pindahkan PKL Tanah Abang ke Blok G, dan kita beri kesempatan para pedagang kaki lima berjualan sampai lebaran” disini pihak lawan sudah pasang strategi serang Jokowi, namun kemudian mereka dikejutkan oleh lemparan Ahok yang tidak menyerang PKL tapi langsung menyerang orang yang berpengaruh terhadap keberadaan PKL di Tanah Abang sesuai data yang diterima Ahok. Kemudian Ahok bicara di depan wartawan, “ada seorang anggota DPRD yang nggak tau Perda”
Lalu wartawan mengarahkan ini ke Abraham Lunggana alias Haji Lulung, seorang anggota DPRD yang berpengaruh di Pasar Tanah Abang. Lalu Haji Lulung dengan cepat menyambar serangan Ahok sebagai “orang sakit jiwa”.Lalu Ahok di demo oleh mereka yang menamakan dirinya Rakyat Jahit Mulut Ahok (Rajjam), tapi Ahok dengan gentleman menerima mereka di ruang kerjanya, terjadi balas-balasan debat di ruang kerja Ahok, perdebatan itu kemudian dimenangkan oleh Ahok.
Pertarungan antara Ahok dengan Haji Lulung adalah kecerdasan komunikasi politik Jokowi dan Ahok untuk mengungkap siapa sebenarnya pemain di Tanah Abang, disini kemudian Jokowi masuk untuk memenangkan pertarungannya, karena Jokowi sudah tahu ‘Negara berhadapan dengan siapa’.
-Anton DH Nugrahanto-.
Source : politik.kompasiana.com
Post a Comment