"MEREKA KEMBALI KARENA EKARISTI KUDUS"
Beberapa hari ini aku meluangkan waktu untuk membaca kisah-kisah perjalanan orang-orang Katolik, yang meninggalkan Gereja Katolik - melanglang buana mencari jajan yang lebih enak di berbagai tempat, tapi akhirnya menyadari bahwa makanan sang ibu kandung adalah yang terbaik walaupun tersaji dalam bentuk yang sederhana dengan rasa yang biasa saja...biasa masakan ala kampung. Tapi, sadarkah engkau bahwa makanan sederhana Bunda Gereja itu adalah EKARISTI KUDUS? Kehadiran Yesus yang diterima lewat Ekaristi Kudus menjadi moment masa kecil yang tak terlupakan sepanjang hayat, dan inilah alasan utama mengapa mereka kembali ke pangkuan Bunda Gereja Katolik.
Karena itu, bila umat tidak menyadari akan kehadiran nyata Yesus dalam Ekaristi kudus, bila orang tua dan guru-guru Katolik tidak memberikan pengetahuan iman yang luar biasa ini kepada anak-anak Katolik, maka salah dan dosa siapa bila mereka tidak akan mengenang lagi saat terindah itu sebagai alasan untuk kembali ke pangkuan Bunda Gereja Katolik yang kita cintai?
Namun, satu hal yang kusadari sebagai seorang imam, yakni ketika aku tidak merayakan Ekaristi Kudus dengan tata liturgi yang dianjurkan oleh Bunda Gereja; ketika aku sendiri sebagai seorang imam tidak menyadari akan Kehadiran nyata Yesus di dalam Ekaristi sehingga merayakannya tanpa sebuah penghayatan yang sungguh, yang membuat umat tidak merasakan kehadiran Kristus di dalam Ekaristi Kudus maka penyebab utama kepergian umatku adalah aku sebagai imammu, dan mungkin juga akulah yang menjadi alasan mengapa mereka tidak kembali ke pangkuan Bunda Gereja Katolik. Oh, Tuhan..jangan biarkan ini terjadi padaku sebagai imammu, yang Kau percayakan untuk mengubah roti dan anggur menjadi "Tubuh dan Darah-Mu di dalam tanganku."
Sejenak aku teringat akan kata-kata Bunda Maria kepada Catalina:
Santa Perawan, dengan tangan-tangannya terkatup dalam doa, memandang dengan penuh perhatian dan hormat kepada selebran.
Ia berbicara kepadaku dari sana, tetapi tanpa suara, langsung ke hatiku, tanpa memandangku:
“Aneh bagimu melihatku sedikit di belakang Monsignor, bukankah begitu? Demikianlah seharusnya…. Sekalipun begitu besar kasih Putra-Ku kepadaku, Ia tidak memberiku martabat seperti yang Ia berikan kepada seorang imam, yakni dapat mendatangkan Putraku dalam tangan-tanganku setiap hari, seperti yang dilakukan tangan-tangan imamatnya. Karena itulah, aku merasakan hormat mendalam bagi seorang imam dan bagi segala mukjizat yang Tuhan selenggarakan melalui seorang imam, yang membuatku berlutut di sini.”
Ya Tuhan-ku, betapa martabat, betapa rahmat yang Tuhan limpahkan atas jiwa-jiwa imamat. Dan kita, bahkan mungkin sebagian dari mereka, tidak menyadarinya.
Kawan....
Engkau dan aku belum terlambat untuk menyakinkan kembali umat kita tentang KEHADIRAN NYATA KRISTUS dalam EKARISTI KUDUS. Biarlah setiap umat selalu mempunyai kerinduan yang mendalam terhadap Ekaristi Kudus yang kita rayakan setiap saat di dalam Gereja Katolik, di mana pun kita merayakannya.
Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,
***Rinnong***
Source : FB Rm Inno Ngutra,Pr
إرسال تعليق