Suster Klara bersama anak-anaknya
di Panti Asuhan Fa’omasi
GUNUNGSITOLI (SUMUT) - Tak banyak yang tahu bahwa di Kota Gunungsitoli ada sebuah panti asuhan bernama Panti Asuhan Fa’omasi Santa Elisabeth. Penghuninya sekitar 50 anak yang rata-rata berpenyakit Hydrocepalus, penyakit dengan pembengkakan di bagian kepala karena kelebihan cairan. Panti asuhan ini dikelola oleh seorang putra terbaik Nias saat ini, yaituSuster Klara Duha OSF, seorang biarawati multitalenta di Laverna, Kota Gunungsitoli.
Sudah sejak tahun 2007 suster Klara Duha, anak kedua dari 10 bersaudara itu, menjadi “ibu” bagi puluhan anak-anak yang sakit, antara lain anak-anak yang kurang gizi. Ia juga berkali-kali menjadi saluran berkat bagi orang-orang Nias yang sakit parah dan tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk berobat.
Kita tentu masih ingat bagaimana Suster Klara Duha—yang pernah bergelut di bidang pendidikan dan pelatihan selama 20 tahun—membantu Dalisökhi Gea (61), warga Dusun III Desa Fadoro Hilimböwö, Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias Utara. Dalisökhi Gea menderita gondok akut seberat 5 kilogram dan dioperasi di RS Atmajaya Jakarta, Selasa (12/04/2011).
Banyak hal yang sudah Klara Duha perbuat untuk Nias. Lewat tangan kasihnya, ratusan orang bahkan mungkin ribuan orang Nias pernah terbantu. Namun, ia barangkali tak terkenal, tetapi ia dikenang sebagai “malaikat” bagi orang Nias yang papa dan miskin.
Kita yang ingin berbuat bagi Nias, barangkali perlu belajar kepada Suster Klara. Ia tidak muluk-muluk dengan berbagai konsep dan teori, tetapi ia wujudkan dengan perbuatan nyata dan menolong mereka yang sakit dengan kasih. Ia mengaku melakukan semuanya ini karena panggilan.
“Tuhan mengantarkan di depanku (orang-orang miskin, Red) dan aku bersedia. Karena aku tidak diam, Tuhan pun juga tidak diam untuk selalu membatu saya. Kalau saya diam, maka Tuhan pun diam juga,” ujar anak perempuan pertama dari pasangan Martinus Duha (Ama Golo) dan Situlo Duha ini.
Meskipun begitu, Klara Duha tidak pernah ingin mengklaim bahwa pertolongan yang ia sampaikan kepada orang-orang miskin adalah karena kekuatan dan kehebatannya. “Ini semua karena Tuhan yang memberi. Saya hanyalah jalan bagi mereka,” katanya.
Siapa yang Membantu Klara?Pelayanan terhadap orang miskin yang dijalankan oleh Klara Duha tidak terlepas dari uluran tangan sesama yang juga dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat. Pendirian Panti Asuhan Fa’omasi Santa Elisabeth ini adalah pemberian dari Rotary Club dari Australia.
“Saat itu Pak Fönali Lahagu, tokoh Nias yang merupakan salah satu anggota Rotary Club memberi nama Fa’omasi untuk Panti Asuhan ini. Orang dari Australia menghendaki nama panti asuhan yang mereka sumbang itu dengan bahasa setempat. Jadilah Pak Fönali Lahagu memberikan nama Fa’omasi, yang artinya cinta kasih,” ujar Klara Duha yang lahir pada 25 Mei 1955 ini.
Informasi dari mulut ke mulut dan juga lewat internet yang dilakukan oleh Klara Duha, menggerakkan hati seorang dokter di Jerman untuk menjadi donatur tetap panti asuhan. Adalah dr. Tjan, yang pernah berkunjung ke Nias, mengusahakan pengiriman uang sebesar 3.000 dollar AS (sekitar Rp 25 juta) setiap bulan untuk membiayai pendidikan anak-anak dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) di Pulau Nias.
Saat ini, ada sekitar 85 anak yang pendidikannya dibiayai oleh Klara Duha dengan bantuan dari dr. Tjan. Pengalamannya dalam memberikan bantuan ini, ada saja guru yang masih mau memotong uang bantuan dari Klara Duha. Bila ada hal seperti itu, Klara tidak segan-segan menghentikan pemberian beasiswa. Juga ada anak-anak yang tidak mau menunjukkan kartu pembayaran uang sekolah mereka.
“Anak-anak yang dibiayai wajib menyerahkan bukti pembayaran uang sekolah setiap bulan dan juga bukti hasil belajar berupa rapor. Hal ini agar yang membantu juga bisa tahu siapa saja anak-anak yang dibantu,” ujarnya.
Uang dari dr. Tjan asal Jerman itu khusus untuk biaya pendidikan anak-anak Nias yang tidak mampu. Namun, melalui dr. Andreas, seorang sahabatnya yang tinggal di Jakarta, juga membantu Klara untuk biaya pendidikan ini.
“Ada juga tambahan biaya pendidikan dari Yayasan Rahmat di Jakarta. Waktu itu saya diajak dr. Andreas di sebuah gedung di Jakarta dan lalu mereka menjanjikan untuk memberikan bantuan sebesar Rp 50.000 per anak. Uang ini juga saya pakai sebagian untuk menggaji pegawai yang bantu-bantu saya,” ujarnya.
Tidak hanya itu, sebuah gedung serba guna dan sebuah balai pengobatan juga diberikan oleh Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas dengan biaya Rp 3,6 miliar. Kini bangunan itu mendukung usahanya untuk mengabdi kepada kaum miskin di Nias.
Adapun untuk kebutuhan panti asuhan, ada donatur bernama Lucy yang tinggal di Jakarta yang rela membiayai. “Untuk kebutuhan sehari-hari panti asuhan, antara lain beras 10 karung, mi instan 10 dus, susu formula dan makanan bayi, setiap bulan saya tinggal ambil di Toko Takari—dekat terminal lama—harganya dibayar oleh Ibu Lucy. Ibu Lucy adalah seorang ibu rumah tangga di Jakarta dan pernah datang ke Nias. Ia berusaha mengumpulkan dana lewat tiga anaknyanya yang berada di luar negeri,” ujar Klara.
Meskipun kebutuhan bisa lebih dari 10 karung beras setiap bulan, Klara Duha mengaku ada saja yang membantunya. Seorang pengusaha keturunan Tionghoa di Kota Gunungsitoli rutin menyumbangkan beras satu karung ukuran 50 kilogram.
Namun, Klara Duha mengaku, hingga kini belum ada satu orang pun warga Nias di Pulau Nias yang berlebih yang membantunya. “Sejauh ini tak pernah ada orang Nias yang ada di Pulau Nias membantu saya. Masih belum ada yang tergerak barangkali,” ujar Klara Duha tertawa.
Satu Keluarga Dibantu
Klara Duha tidak hanya memerlukan bantuan untuk keperluan panti. Ia juga harus menyediakan beras, kebutuhan dapur, serta keperluan sekolah, beberapa keluarga yang harus dibantu di Nias.
Salah satunya di Desa Hilifanikha, Gidö, Kabupaten Nias. Sebuah keluarga yang kepala keluarganya lumpuh saat dua tahun sebelum gempa, sementara istrinya saat gempa, patah kaki, dan sekarang terpaksa pakai kaki palsu. Saya yang membantu mereka. Anak-anaknya yang berjumlah lima orang saya bantu. “Setiap seminggu sekali mereka datang untuk mengambil kebutuhan rumah mereka di sini,” ujarnya.
Tidak hanya itu, rumah keluarga ini pun dibangun oleh Suster Klara dengan bantuan dari dr. Tjan asal Jerman. Saat gempa, rumah keluarga ini tidak roboh sehingga tidak dapat bantuan dari Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR). “Padahal, rumah keluarga ini sudah hampir ambruk, atapnya sudah bocor, dan tak layak untuk ditinggali,” ujar Klara.
Perlu Dukungan Pemerintah
Saat ditanya, apakah pemerintah daerah ada yang bantu. Suster Klara menyampaikan bahwa bantuan yang ia terima dari pemerintah setempat adalah Rp 200.000 per tiga bulan. “Bantuan itu diberikan oleh Dinas Sosial. Saya bersyukur saja,” kata Klara.
Guna mendukung aktivitasnya, Suster Klara Duha masih terus mengharapkan bantuan dari berbagai pihak. Ia menyampaikan bahwa ada terus orang-orang Nias yang harus ditolong. Dengan begitu, bantuan dalam bentuk apa pun terus ia butuhkan, terutama dari pemerintah.
Satu hal yang ia mau sampaikan kepada pemerintah daerah di kepualuan Nias, yakni agar balai pengobatannya ditugaskan seorang dokter, satu perawat, serta satu pegawai administrasi yang digaji oleh pemerintah sebagai pegawai negeri sipil.
“Dokter, perawat, dan pegawai administrasi yang ditugaskan agar digaji pemerintah. Ini toh juga untuk membantu program pemerintah dalam mengurus orang-orang sakit,” ujar Klara Duha.
Selain itu, Panti Asuhan Fa’omasi juga membutuhkan tukang masak bagi anak-anak panti asuhan. Ia menghendaki orang yang benar-benar ingin melayani sehingga panti asuhan bisa terbantu.
Sejauh ini, pelayanan yang dilakukan Suster Klara bagi para penderita telah menjadi pembangun harapan bagi keluarga yang dibantu. Bagi yang sembuh kini memiliki harapan untuk melanjutkan hidupnya ke depan. Ia terus menunggu orang-orang yang ingin membantu kaum miskin di Nias. Maukah Anda menjadi salah seorang donator tetap bagi karya Suster Klara Duha?
“Orang yang tergerak dan punya hati melayani dan berbagi kepada sesama lewat Suster Klara silakan saja, dengan tangan terbuka saya menerimanya,” ujar Klara Duha yang lahir di Desa Bawadobara, Kabupaten Nias Selatan, ini. (NiasBangkit.com)
Source : www.kabargereja.tk
إرسال تعليق