BELAJAR KEMISKINAN DARI BUNDA TERESA DARI KALKUTA
Inilah TEMPAT TIDUR Bunda TERESA dari Kalkuta di Biaranya:
Tentang ini, Edward Sri, seorang Mariolog yang terkenal dengan bukunya: "Walking With Marry," menulis kesaksiannya:
Aku baru saja kembali dari tugas mengajar di Kalkuta, India. Inilah sebuah foto yang kuambil pada kamar, "TEMPAT TIDUR SEDERHANA" Bunda Teresa yang mana beliau tempati selama bertahun-tahun untuk memimpin Kongregasinya "The Missionaries of Charity." Inilah juga tempat tidur yang di atasnya beliau menghembuskan nafas hidupnya yang terakhir pada tahun 1997.
Perhatikanlah bahwa hanya sebuah foto orang kudus yang tergantung di dalam ruangnya, yakni Sta. Theresia si Bunga Kecil dari Lisieux atau Sta. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Bunda Teresa memiliki devosi yang sangat kuat kepada Sta. Theresia dari Lisieux. Meskipun suster-suster Loretto (Komunitas pertamanya) memberi nama Theresia yang berasal dari nama Sta. Theresia dari Avila, tapi sebenarnya beliau ingin mengambil nama dari Sta. Theresia: Jalan Kecil dari Lisiueux."
Sta. Teresa dan Bunda Teresa, doakanlah kami!
===============================
Pesanku kepadamu, para sahabat malam ini:
Baca, lihat dan renungkanlah yang satu ini; Lewat karyanya yang luar biasa itu, Bunda Teresa dari Kalkuta mendapatkan banyak sumbangan dari beragam orang, institusi dan bahkan Negara dan Kerajaan di seluruh dunia. Namun pertanyaan untuk direnungkan yakni; "APAKAH BELIAU HIDUP DI ATAS KELIMPAHAN KEKAYAAN dalam sebuah istana dan tempat tidur empuk?". Bandingkanlah dengan para pemimpin agama dan gereja yang karena pewartaan, karena kotbah-kotbah, dan karya-karya penyembuhan yang mereka lakukan atas nama Tuhan yang memanggil mereka menjadi pelayan-Nya, yang tak bisa melepaskan diri dari harta benda yang ditawarkan kepada mereka, sehingga hidup mereka pun berkelimpahan susu dan madu.
Bunda Teresa lewat tempat tidurnya yang sederhana itu, seperti layaknya tempat tidur dari St. Yohanes Maria Vianey, atau tempat tidur Paus Emeritus Benediktus XVI di tempat tinggalnya sekarang ini, kita menyadari bahwa "SEMAKIN SESEORANG MENJALIN HUBUNGAN ERAT DENGAN TUHANNYA, MAKAN IA PUN SEMAKIN MENJAUHKAN DIRI, HATI DAN PIKIRANNYA DARI HARYA BENDA, atau setidak-tidaknya kita bisa katakan: "PARA ORANG KUDUS INI MENYADARI BAHWA MEREKA HANYALAH SALURAN RAHMAT BAGI SESAMANYA, SEHINGGA SEGALA YANG MEREKA TERIMA, SEMUANYA PUN DITERUSKAN KEPADA ORANG LAIN," seperti persembahan janda miskin yang memberi semua yang didapatkannya kepada Tuhannya.
Lalu, BAGAIMANA DENGAN ENGKAU DAN AKU?
Sudahkah kita menjadi SALURAN RAHMAT BAGI SESAMA KITA?
Aku selalu percaya bahwa kekosongan yang disebabkan karena tindakan memberi selalu diisi kembali oleh Tuhan dengan berkat baru yang berkelimpahan sehingga si pemberi akan selalu mempunyai sesuatu di dalam hidup dan dirinya untuk dibagikan kepada sesamanya.
Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,
***Rinnong***
FB Rm Inno Ngutra
Post a Comment