HARI KIAMAT
Bacaan : Luk. 21: 5-19
Dalam sejarah ada banyak tokoh-tokoh yang dengan kekejaman yang luar biasa mencoba melenyapkan agama Kristen. Salah seorang di antaranya ialah: Julianus Apostatus, yang berarti Julianus si Pemurtad. Ia menjadi kaisar Roma tahun 360. Walaupun dipermandikan dan dididik sebagai orang Kristen, ia kemudian berpaling sama sekali melawan Kristus dan para pengikut-Nya. Ia menghidupkan kekafiran dengan membawa korban kepada dewa-dewi, serta memerintahkan agar kuil-kuil yang telah dirusakkan didirikan kembali. Bahkan gereja-gereja diubahnya menjadi kuil-kuil. Di seluruh wilayah kekaisarannya ia mendorong penghapusan seluruh agama Kristen, baik dengan kata-kata maupun dengan kekejaman.
Bahkan Julianus Apostatus ini mencoba membuktikan bahwa ramalan Kristus tentang kota Yerusalem, yang dapat kita baca dalam Injil Lukas, adalah salah. Yesus meramalkan: “Akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan” (Luk. 21: 6). Hal itu telah terjadi atau terpenuhi tahun 70, sewaktu balatentara Romawi di bawah pimpinan Titus mengalahkan Yerusalem. Saat itu seluruh kota dan kenisah diruntuhkan dan dimusnahkan dengan api.
Untuk melawan nubuat Kristus yang telah terpenuhi ini, Julianus memerintahkan pembangunan kembali kenisah Yerusalem. Tetapi percobaannya tidak berhasil. Sementara orang-orang bekerja untuk membuat pondasi baru, keluarlah api dari dasarnya dan menghancurkan pondasi serta pekerja-pekerjanya. Demikianlah dberitahukan oleh ahli sejarah kafir, yang bernama Amianus Marcellinus.
Fakta sejarah mengetengahkan suatu kebenaran yang sering dilupakan orang, yakni: bahwa Yesus pernah meramalkan banyak hal, dan ramalan-ramalan itu sungguh-sungguh terjadi. Dari Perjanjian Lama kita mendengar banyak nubuat-nubuat mengenai Kristus, tetapi terlalu sedikitlah kita perhatikan nubuat-nubuat yang diucapkan oleh Kristus sendiri.
Mari kita lihat beberapa contoh dari nubuat atau ramalan Kristus. Yesus telah meramalkan sebelumnya mengenai sengsara-Nya, mengenai kematian-Nya, kebangkitan dan kenaikan-Nya, dan mengenai datangnya Roh Kudus. Kata-kata-Nya terpenuhi sampai ke detail yang sekecil-kecilnya. Ia ramalkan bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya, bahwa Petrus akan menyangkal-Nya, dan bahwa para rasul akan meninggalkan-Nya. Dan semuanya itu sungguh-sungguh terjadi.
Yesus juga meramalkan peristiwa-peristiwa sejarah yang tak seorang manusia pun sanggup mengetahui sebelumnya, seperti penghancuran kota Yerusalem. Ini lebih-lebih merupakan ramalan yang tidak tersangka-sangka, sebab biasanya orang-orang Roma selalu menjaga agar kota-kota yang direbutnya tetap tinggal utuh.
Lalu kemudian Yesus meramalkan bahwa Gereja-Nya akan tumbuh dan tersebar ke seluruh dunia, dan bahwa pengejaran dan penganiayaan akan selalu merupakan nasibnya. Dan kita lihat kata-kata-Nya terbukti benar selama 2000 tahun kekristenan ini.
Dari segala hal yang disebut tadi, kita bisa membuat suatu kesimpulan: segala hal yang diramalkan Kristus selalu terlaksana. Cuma satu hal yang belum terpenuhi sampai sekarang, yakni ramalan-Nya dalam perikop Injil Lukas 21: 5-19 yakni bahwa dunia ini akan berakhir, bahwa hari kiamat akan datang. Bahkan dalam perikop Injil lain, yakni yang ditulis oleh Matius, Ia nubuatkan juga bahwa pada akhir dunia itu akan ada Pengadilan Umum untuk segala orang dengan datangnya kembali Putera Manusia.
Walaupun hal ini belum terjadi, namun kita dapat yakin bahwa hal itu pasti akan terjadi. Semua ramalan Yesus yang lain sudah terpenuhi, dan karena itu kita dapat yakin bahwa ramalan-Nya tentang akhir dunia dan pengadilan umum akan terjadi juga.
Keyakinan itu begitu kuat hidup di antara orang-orang Kristen sejak awal sampai sekarang ini. Begitu kuat keyakinan ini sampai ada orang yang pikirannya terlalu diliputi oleh soal hari kiamat ini. Ada yang mulai menebak bahkan berani memastikan tanggal dan tahun dari hari kiamat itu. Ada yang mendirikan sekte baru dan menyatakan bahwa hanya yang masuk sekte ini yang akan diselamatkan pada hari kiamat. Ada pula kelompok yang begitu yakin bahwa saat hari kiamat itu sudah tiba, sehingga mereka tidak mempedulikan hidup hariannya lagi. Mereka berhenti bekerja, dengan pikiran “apa gunanya bersusah payah kalau besok pagi semuanya itu habis binasa?” Itu terjadi pada beberapa umat Tessalonika pada zaman Rasul Paulus. Hal semacam itu terjadi juga tahun 1960, di mana sekelompok orang yang disesatkan nabi-nabi palsu telah menjual segala harta bendanya dan menanti-nantikan hari kiamat di pegunungan St. Gothard Eropah Barat. Yang paling mutakhir adalah David Koresh. Si David ini menyatakan bahwa ia sudah tahu kapan kiamat itu akan tiba. Harinya, tanggalnya, dan jamnya, ia sudah tahu. Dan ribuan orang percaya pada omongan si David ini. Si David kemudian mengajak semua pengikutnya mempersiapkan diri menyambut datangnya kiamat. Tapi tunggu punya tunggu, kiamat ternyata tidak juga datang. Akhirnya, si David dan para pengikutnya bunuh diri ramai-ramai. Mereka percaya bahwa dengan bunuh diri massal, mereka akan diangkat dalam kemuliaan surgawi.
Keyakinan akan datangnya Kristus kembali pada hari kiamat tidak berarti bahwa perhatian kita begitu tertuju akan hal itu, sehingga kita melupakan hidup yang sekarang. Dengan menubuatkan hari kiamat itu Kristus sama sekali tidak bermaksud agar kita melupakan saja segala karya dan usaha kita yang sekarang. Ia tidak punya maksud untuk menakut-nakuti kita agar selalu berpikir akan hari yang akan datang itu, lalu tidak peduli lagi akan hari kini.
Kristus menubuatkan hari kiamat itu justru untuk memberi pengharapan dan hiburan kepada kita dalam waktu-waktu yang serba sulit dalam sejarah, untuk selalu tawakal menghadapi apa pun yang terjadi dalam segala hidup yang sekarang ini. Untuk itulah Ia memberitahukan hal-hal yang akan terjadi dan tidak merahasiakan bahwa umat-Nya tidak akan terlepas dari keadaan serba sulit yang dikatakan-Nya dalam perikop Injil tadi, seperti: akan muncul nabi-nabi palsu dan petualang-petualang dalam bidang agama, akan muncul peperangan dan pemberontakan, gempa bumi, kelaparan dan penyakit sampar, akan terjadi pertentangan dan pengkhianatan dari anggota keluarga, timbul gejala-gejala alam yang penuh teka-teki, dan akan terjadi pengejaran dan penganiayaan terhadap umat-Nya.
Tetapi sekali lagi: Kristus memberitahukan semuanya itu justru untuk menguatkan iman dan pengharapan kita dalam menghadapi masalah-masalah hidup kita sehari-hari, dalam memberi jawaban atas peristiwa-peristiwa hidup sekarang ini. Tekanan ini jelas nampak dalam ucapan Kristus yang mengatakan: “Jangan kamu memikirkan lebih dahulu pembelaanmu” (Luk. 21: 14). Artinya: soal nanti dengan sendirinya akan kita atasi bila soal sekarang selalu kita jawab dengan iman dan pengharapan. Masa nanti dengan sendirinya akan menjadi masa yang gemilang, bila masa sekarang selalu kita hadapi dengan waspada. Atau seperti Kristus katakan selanjutnya: “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk, 21: 19).
Julianus Apostatus menolak ajaran Kristus, bahkan dengan kesombongannya ingin meniadakan nubuat-Nya. Sebaliknya, kita berusaha untuk selalu hidup sesuai dengan ajaran Kristus. Untuk itu kita tak bosan-bosannya dalam Syahadat Iman mengakui: “Ia akan datang kembali dengan mulia, mengadili orang hidup dan mati, dan kerajaan-Nya takkan berakhir.” Karena itu pula kita selalu memaklumkan misteri iman kita dengan berkata: “Kristus telah wafat, Kristus telah bangkit, Kristus akan datang kembali.”
Semoga dengan pengakuan dan pemakluman iman ini, kita semakin disemangati dan dikuatkan untuk menjawab segala kesulitan hidup harian kita. Kristus pasti akan datang kembali, dan persiapan yang terbaik untuk menyambut kedatangan-Nya ialah: menghidupi setiap saat sekarang dengan iman kita.
Amin.
*PERMENUNGAN UNTUK MINGGU 33 TAHUN C (Luk. 21: 5-19)
Source : FB Leo Sipahutar Ofmcap
Post a Comment