Latest News

Friday, November 22, 2013

PAUS FRANSISKUS : GEREJA BUKAN TUAN PENGAMPUNAN, TETAPI PELAYANNYA



PAUS FRANSISKUS : GEREJA BUKAN TUAN PENGAMPUNAN, TETAPI PELAYANNYA

Orang beriman tidak memiliki kewajiban tetapi hak untuk menemukan pengampunan Allah dalam Sakramen Rekonsiliasi yang dilayani melalui para imam, Paus Fransiskus menekankan pada Audiensi Umum mingguannya Rabu 20 November 2013. Memberi wejangan puluhan ribu peziarah yang telah menerjang hujan untuk mendengarkan Bapa Suci di Lapangan Santo Petrus, Paus Fransiskus mendedikasikan katekesenya pada Syahadat tentang pengampunan dosa.

Beliau berfokus pada "kekuasaan kunci", mengacu pada kata-kata Kristus dalam Injil Yohanes : "Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata, ‘Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada".

Tindakan penghembusan Yesus pada para rasul, Paus mengatakan, menunjukkan bahwa Kristus sedang meneruskan hidup baru yang berasal dari pengampunan. Namun, sebelum menghembusi para rasul, Bapa Suci mencatat bahwa Kristus pertama-tama menunjukkan luka-lukanya kepada mereka. "Luka-luka ini mewakili harga keselamatan kita. Roh Kudus membawakan kita pengampunan Allah yang 'melewati' luka-luka Yesus", kata Paus.

Setelah ini, Bapa Suci mengatakan kepada umat beriman bahwa Yesus kemudian memberikan murid-murid-Nya kuasa untuk mengampuni dosa. Allah, beliau berkata, mengharapkan mereka yang menjadi milik Kristus dan Gereja-Nya menerima pengampunan melalui pelayanan komunitas. "Dengan cara ini, Yesus memanggil kita untuk menghidupkan rekonsiliasi dalam dimensi gerejawi maupun komunitas. Dan ini sangat indah”, beliau berkata.

"Gereja, yang kudus dan juga membutuhkan pertobatan, menyertai jalan pertobatan seluruh hidup kita. Gereja bukanlah tuan kekuasaan kunci, bukan tuan, melainkan seorang pelayanan belas kasihan dan bersukacita setiap kali bahwa hal itu dapat menawarkan prmberian ilahi ini".

Paus Fransiskus mengatakan bahwa karena individualisme mendominasi dunia sekarang ini, banyak orang, bahkan orang-orang Kristiani, tidak mengerti dimensi pengampunan gerejawi. Sementara Allah mengampuni semua orang berdosa yang bertobat, ada ikatan khusus yang ada antara Kristus dan Gereja-Nya.

"Bagi kita orang-orang Kristiani ada sebuah pemberian tambahan, serta komitmen lain : dengan rendah hati melewati pelayanan gerejawi", katanya. Paus mengatakan bahwa sementara beberapa mungkin malu untuk mengakui dosa mereka kepada seorang imam, itu adalah "lebih baik menjadi merah (tersipu) untuk satu hari daripada kuning selama seribu hari."

Instrumen Pengampunan Dosa

Paus Fransiskus menyoroti peran imam, orang-orang yang "seperti kita yang membutuhkan belas kasihan dan menjadi instrumen rahmat yang sejati", dalam Sakramen Rekonsiliasi.

Bapa Suci juga menekankan bahwa imam, uskup dan bahkan Paus harus mengaku karena kita semua adalah orang-orang berdosa. "Bahkan Paus mengaku setiap 15 hari karena Paus juga adalah orang berdosa juga. Pengaku akan mendengarkan apa yang saya katakan kepadanya, dia menasihati saya dan dia mengampuni saya karena kita semua membutuhkan pengampunan ini", katanya.

Mengacu pada mereka yang mengatakan mereka bisa mengakui Allah secara langsung daripada kepada seorang imam, Bapa Suci mengatakan bahwa sementara Tuhan selalu mendengarkan kita, Dia mengirimkan seorang saudara secara pribadi membawakan kita pengampunan melalui Sakramen Rekonsiliasi.

Bapa Suci juga menekankan bahwa imam, uskup dan bahkan Paus harus mengakui karena kita semua adalah orang berdosa. "Bahkan Paus mengaku setiap 15 hari karena Paus adalah orang berdosa juga. Pengaku akan mendengarkan apa yang saya katakan, dia menasihati saya dan dia mengampuni saya karena kita semua membutuhkan pengampunan ini", katanya.

"Pelayanan yang diberikan imam sebagai sebuah jabatan, dari Allah, untuk mengampuni dosa sangat lembut, sebuah pelayanan yang sangat lembut, dan menuntut sehingga hati-Nya berada pada kedamaian; agar ia tidak menganiaya umat beriman, tetapi agar ia boleh menjadi lemah lembut, baik hati dan penuh belas kasih; siapa yang tahu bagaimana untuk menabur harapan di dalam hati, dan terutama, harus menyadari bahwa saudara atau saudari yang mendekati Sakramen Rekonsiliasi adalah mencari pengampunan dan apakah hal itu seperti begitu banyak orang yang mendekati Yesus untuk disembuhkan", Paus menekankan, bahwa Ia tidak menganiaya umat beriman, tetapi bahwa ia mungkin lemah lembut, baik hati dan penyayang, yang tahu bagaimana untuk menabur harapan di dalam hati, dan di atas semua, harus menyadari bahwa saudara atau saudari yang mendekati Sakramen Rekonsiliasi adalah mencari pengampunan dan apakah hal itu seperti begitu banyak orang yang mendekati Yesus untuk disembuhkan", tegas Paus.

Lebih baik bagi para imam yang tidak memiliki disposisi ini, beliau menambahkan, jangan mengelola Sakramen. Semua umat beriman memiliki hak untuk menemukan dalam "para imam seorang pelayan pengampunan Allah".

Menutup amanatnya, Paus Fransiskus mengingatkan umat beriman bahwa Allah tidak pernah lelah mengampuni kita, meminta mereka untuk menghargai Sakramen Rekonsiliasi dan pemberian maaf yang datang kepada semua orang melalui pelayanan para imam.


Sumber: http://www.zenit.org/en/articles/francis-the-church-is-not-the-master-of-forgiveness-but-its-servant?utm_campaign=dailyhtml&utm_medium=email&utm_source=dispatch

Foto : AFP

No comments:

Post a Comment

Tags