Latest News

Saturday, March 29, 2014

INILAH HARI PENYELAMATAN, JANGAN SIA-SIAKAN!

Foto: RABU ABU, dimulainya Puasa dan Pantang.
INILAH HARI PENYELAMATAN, JANGAN SIA-SIAKAN! 

“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga.” – Matius 6:1

Hari ini, anak-anak Allah menerima tanda salib di dahi dengan abu untuk memulai Masa Prapaskah. Abu adalah bukti kesediaan kita mematikan diri dari cara hidup yang salah (lihat Matius 6:1). Dengan penuh sesal, diri ini bertobat dengan menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus (lihat Lukas 9:23). Kita dengan kesungguhan hati berpisah dari dosa dengan menangis karena telah diingatkan: “Kembalilah sekarang ini juga kepada-Ku dengan segenap hatimu, sambil berpuasa, sambil menangis, dan berkabung” (lihat Yoel 2:12). Diri ini menyesal karena tidak berani menolak impian yang ditawarkan dunia dan sekarang memilih mengabdi sepenuhnya kepada Allah (lihat Yoel 2:16). Kita membuat awal baru dengan membenamkan diri pada pemeliharaan-Nya agar berkenan mengganjar kelayakan diri ini di hadapan-Nya (lihat Matius 6:18); berupa berbagai karunia-Nya yang teragung yang dicurahkan oleh Roh Kudus (lihat Galatia 5:22-23). Roh Kudus akan menyediakan air kehidupan selama kita berada di gurun tandus Masa Prapaskah (lihat Yohanes 7:37-38). Roh Kudus akan membuat diri ini hanya “menginginkan hal-hal rohani” agar kudus dalam setiap langkah: pikiran, perkataan, dan perbuatan (lihat Roma 8:5). Dengan begitu, meskipun oleh dosa tubuh ini telah ditandai dengan kematian, namun roh kita tetap hidup dan kudus; sebab Dia “akan memberikan hidup kepada tubuh” (lihat Roma 8:10-12); dan mencurahkan “kekuatan, kasih, dan pertimbangan yang baik” (lihat 2Timotius 1:6-7). Ajaklah keluarga dan saudara seiman agar tidak mensia-siakan “kasih karunia Allah” ini (lihat 2Korintus 6:1).

Sebagai orang berdosa, kita mempersiapkan diri untuk kembali bertemu Tuhan dengan menjadi umat yang rela (lihat 2Korintus 5:20-21). Persiapan hati ini rahmat Roh Kudus (lihat Galatia 5:22-23); yang membangkitkan iman, pertobatan hati, dan penyesuaian diri kepada kehendak Bapa. Sikap-sikap batin ini penting agar rahmat Allah dalam perayaan ‘Rabu Abu’ dapat diri ini terima dan menghasilkan buah-buah untuk kehidupan baru. Seperti para nabi, seruan Yesus terarah kepada pertobatan dan penyesalan, bukan hanya dengan karung dan abu, puasa dan matiraga; melainkan pertobatan hati. Tanpa itu tobat akan tanpa hasil dan tidak jujur sebab pertobatan batin mendesak kita agar menyatakannya lewat kegiatan dan karya pertobatan (lihat YoeI 2:12-13; Yesaya 1:16-17; Matius 6:1-6.16-18). Yesus mengundang para pendosa ke meja Kerajaan Allah: "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (lihat Markus 2:17; 1Timotius 1:15). Ia mengajak orang agar bertobat sambil menunjukkan perkataan dan kerahiman Bapa yang tak terbatas (lihat Lukas 15:11- 32); dan "kegembiraan" yang luar biasa, yang "ada di surga, karena satu orang berdosa yang bertobat” (lihat Lukas 15:7). Bukti kasih-Nya yang terbesar ialah penyerahan kehidupan-Nya "untuk pengampunan dosa" (lihat Matius 26:28). Kita harus percaya kepada-Nya yang telah melakukan karya Bapa-Nya (lihat Yohanes 10:36-38). Namun, iman semacam ini menuntut kita mematikan diri sendiri supaya setelah ditarik oleh rahmat ilahi (lihat Yohanes 6:44); bisa "dilahirkan kembali dari atas" (lihat Yohanes 3:7). 

Kita diingatkan: “Sekarang juga” (lihat Yoel 2:12). Seperti apapun masa lalu dan menakutkannya masa depan, “Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu” (lihat 2Korintus 6:2). Bersyukurlah kepada Allah yang yang telah menyatakan kesediaan-Nya: ‘Sekarang juga!’ Tidak sedikit anak-anak Allah yang sedang dalam perjalanan ke neraka, tetapi ‘sekarang juga’ mereka diberi kesempatan bertobat. Hatinya mungkin sudah menjadi pelabuhan kebencian dan tidak mau memaafkan. Tetapi, ‘sekarang juga’ adalah kesempatan untuk mengubahnya. Selama masih berada di dunia yang fana ini berarti ‘sekarang juga’ masih ada pengharapan. Akhirnya, masing-masing dari kita akan menghadapi saat pengambilan keputusan: ‘sekarang juga’ atau ‘tidak sama sekali’. Hari ini mungkin akhir ziarah, peluang terakhir bertobat dari dosa. Setelah akhir dari ‘sekarang juga’, siapa pun tidak akan lagi punya alasan untuk berharap. Mereka hanya memiliki dua pilihan: kesempurnaan kebahagiaan kekal di surga atau penghukuman kekal di neraka. Dengan meresapkan hal ini, keluarga dan saudara seiman akan dapat menyadari betapa berharganya karunia ‘Rabu Abu’, Masa Prapaskah, dan saat ‘sekarang juga’ dalam memperbaiki perjalanan dirinya menuju kepada keabadian di surga. “Rendahkanlah dirimu sebelum engkau ditolak dan tunjukkanlah pertobatan atas dosa-dosamu” (lihat Sirakh 18:21). Ajak mereka masuk kamar pengakuan untuk berseru: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!” (lihat Mazmur 51:3-4).

Kita harus "menjadi anak" di depan Allah karena itulah syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan surga (lihat Matius 18:3-4). Untuk itu, orang harus merendahkan diri (lihat Matius 23:12); supaya "menjadi anak Allah" (lihat Yohanes 1:12). Rahasia Natal terjadi di dalam kita kalau "rupa Kristus menjadi nyata" di dalam diri ini (lihat Galatia 4:19). Sabda menjadi manusia, supaya kita "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (lihat 2Petrus 1:4). Untuk itulah Sabda Allah menjadi manusia, dan Anak Allah menjadi anak manusia, supaya manusia menerima Sabda dalam dirinya, dan sebagai anak angkat, menjadi anak Allah. Sabda Allah menjadi manusia, supaya kita di-ilahi-kan. Putera Allah hendak memberi kepada diri ini bagian dalam ke-Allah-an-Nya, menerima kodrat kita, menjadi manusia, supaya mengilahikan manusia. Dalam kuasa Roh Kudus, kita lalu mengambil bagian dalam sengsara dan kebangkitan Kristus dengan mematikan diri terhadap dosa dan dilahirkan ke dalam hidup baru (lihat Yohanes 14:26); karena diri ini adalah anggota-anggota Tubuh-Nya, yaitu Gereja (lihat 1Korintus 12); dan ranting - ranting yang tinggal pada pokok anggur, yaitu Kristus sendiri (lihat Yohanes 15:1-4). Pembaptisan tidak hanya membersihkan dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis sebagai "ciptaan baru" (lihat 2Korintus 5:17); seorang anak angkat Allah (lihat Galatia 4:5-7); sehingga bisa "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (lihat 2Petrus 1:4); yang adalah anggota Kristus (lihat 1Korintus 6:15; 12:27); "ahli waris" bersama Dia (lihat Roma 8:17); dan telah dijadikan sebagai kenisah Roh Kudus (lihat 1Korintus 6:19). Terpujilah Kristus!
.
.
.
Renungan Hari Ini, Rabu, 05 Maret 2014<Fa Suhardi Soetedja>

INILAH HARI PENYELAMATAN, 

JANGAN SIA-SIAKAN ! 

“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga.” – Matius 6:1

Hari ini, anak-anak Allah menerima tanda salib di dahi dengan abu untuk memulai Masa Prapaskah. Abu adalah bukti kesediaan kita mematikan diri dari cara hidup yang salah (lihat Matius 6:1). Dengan penuh sesal, diri ini bertobat dengan menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus (lihat Lukas 9:23). Kita dengan kesungguhan hati berpisah dari dosa dengan menangis karena telah diingatkan: “Kembalilah sekarang ini juga kepada-Ku dengan segenap hatimu, sambil berpuasa, sambil menangis, dan berkabung” (lihat Yoel 2:12). Diri ini menyesal karena tidak berani menolak impian yang ditawarkan dunia dan sekarang memilih mengabdi sepenuhnya kepada Allah (lihat Yoel 2:16). Kita membuat awal baru dengan membenamkan diri pada pemeliharaan-Nya agar berkenan mengganjar kelayakan diri ini di hadapan-Nya (lihat Matius 6:18); berupa berbagai karunia-Nya yang teragung yang dicurahkan oleh Roh Kudus (lihat Galatia 5:22-23). Roh Kudus akan menyediakan air kehidupan selama kita berada di gurun tandus Masa Prapaskah (lihat Yohanes 7:37-38). Roh Kudus akan membuat diri ini hanya “menginginkan hal-hal rohani” agar kudus dalam setiap langkah: pikiran, perkataan, dan perbuatan (lihat Roma 8:5). Dengan begitu, meskipun oleh dosa tubuh ini telah ditandai dengan kematian, namun roh kita tetap hidup dan kudus; sebab Dia “akan memberikan hidup kepada tubuh” (lihat Roma 8:10-12); dan mencurahkan “kekuatan, kasih, dan pertimbangan yang baik” (lihat 2Timotius 1:6-7). Ajaklah keluarga dan saudara seiman agar tidak mensia-siakan “kasih karunia Allah” ini (lihat 2Korintus 6:1).

Sebagai orang berdosa, kita mempersiapkan diri untuk kembali bertemu Tuhan dengan menjadi umat yang rela (lihat 2Korintus 5:20-21). Persiapan hati ini rahmat Roh Kudus (lihat Galatia 5:22-23); yang membangkitkan iman, pertobatan hati, dan penyesuaian diri kepada kehendak Bapa. Sikap-sikap batin ini penting agar rahmat Allah dalam perayaan ‘Rabu Abu’ dapat diri ini terima dan menghasilkan buah-buah untuk kehidupan baru. Seperti para nabi, seruan Yesus terarah kepada pertobatan dan penyesalan, bukan hanya dengan karung dan abu, puasa dan matiraga; melainkan pertobatan hati. Tanpa itu tobat akan tanpa hasil dan tidak jujur sebab pertobatan batin mendesak kita agar menyatakannya lewat kegiatan dan karya pertobatan (lihat YoeI 2:12-13; Yesaya 1:16-17; Matius 6:1-6.16-18). Yesus mengundang para pendosa ke meja Kerajaan Allah: "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (lihat Markus 2:17; 1Timotius 1:15). Ia mengajak orang agar bertobat sambil menunjukkan perkataan dan kerahiman Bapa yang tak terbatas (lihat Lukas 15:11- 32); dan "kegembiraan" yang luar biasa, yang "ada di surga, karena satu orang berdosa yang bertobat” (lihat Lukas 15:7). Bukti kasih-Nya yang terbesar ialah penyerahan kehidupan-Nya "untuk pengampunan dosa" (lihat Matius 26:28). Kita harus percaya kepada-Nya yang telah melakukan karya Bapa-Nya (lihat Yohanes 10:36-38). Namun, iman semacam ini menuntut kita mematikan diri sendiri supaya setelah ditarik oleh rahmat ilahi (lihat Yohanes 6:44); bisa "dilahirkan kembali dari atas" (lihat Yohanes 3:7).

Kita diingatkan: “Sekarang juga” (lihat Yoel 2:12). Seperti apapun masa lalu dan menakutkannya masa depan, “Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu” (lihat 2Korintus 6:2). Bersyukurlah kepada Allah yang yang telah menyatakan kesediaan-Nya: ‘Sekarang juga!’ Tidak sedikit anak-anak Allah yang sedang dalam perjalanan ke neraka, tetapi ‘sekarang juga’ mereka diberi kesempatan bertobat. Hatinya mungkin sudah menjadi pelabuhan kebencian dan tidak mau memaafkan. Tetapi, ‘sekarang juga’ adalah kesempatan untuk mengubahnya. Selama masih berada di dunia yang fana ini berarti ‘sekarang juga’ masih ada pengharapan. Akhirnya, masing-masing dari kita akan menghadapi saat pengambilan keputusan: ‘sekarang juga’ atau ‘tidak sama sekali’. Hari ini mungkin akhir ziarah, peluang terakhir bertobat dari dosa. Setelah akhir dari ‘sekarang juga’, siapa pun tidak akan lagi punya alasan untuk berharap. Mereka hanya memiliki dua pilihan: kesempurnaan kebahagiaan kekal di surga atau penghukuman kekal di neraka. Dengan meresapkan hal ini, keluarga dan saudara seiman akan dapat menyadari betapa berharganya karunia ‘Rabu Abu’, Masa Prapaskah, dan saat ‘sekarang juga’ dalam memperbaiki perjalanan dirinya menuju kepada keabadian di surga. “Rendahkanlah dirimu sebelum engkau ditolak dan tunjukkanlah pertobatan atas dosa-dosamu” (lihat Sirakh 18:21). Ajak mereka masuk kamar pengakuan untuk berseru: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!” (lihat Mazmur 51:3-4).

Kita harus "menjadi anak" di depan Allah karena itulah syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan surga (lihat Matius 18:3-4). Untuk itu, orang harus merendahkan diri (lihat Matius 23:12); supaya "menjadi anak Allah" (lihat Yohanes 1:12). Rahasia Natal terjadi di dalam kita kalau "rupa Kristus menjadi nyata" di dalam diri ini (lihat Galatia 4:19). Sabda menjadi manusia, supaya kita "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (lihat 2Petrus 1:4). Untuk itulah Sabda Allah menjadi manusia, dan Anak Allah menjadi anak manusia, supaya manusia menerima Sabda dalam dirinya, dan sebagai anak angkat, menjadi anak Allah. Sabda Allah menjadi manusia, supaya kita di-ilahi-kan. Putera Allah hendak memberi kepada diri ini bagian dalam ke-Allah-an-Nya, menerima kodrat kita, menjadi manusia, supaya mengilahikan manusia. Dalam kuasa Roh Kudus, kita lalu mengambil bagian dalam sengsara dan kebangkitan Kristus dengan mematikan diri terhadap dosa dan dilahirkan ke dalam hidup baru (lihat Yohanes 14:26); karena diri ini adalah anggota-anggota Tubuh-Nya, yaitu Gereja (lihat 1Korintus 12); dan ranting - ranting yang tinggal pada pokok anggur, yaitu Kristus sendiri (lihat Yohanes 15:1-4). Pembaptisan tidak hanya membersihkan dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis sebagai "ciptaan baru" (lihat 2Korintus 5:17); seorang anak angkat Allah (lihat Galatia 4:5-7); sehingga bisa "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (lihat 2Petrus 1:4); yang adalah anggota Kristus (lihat 1Korintus 6:15; 12:27); "ahli waris" bersama Dia (lihat Roma 8:17); dan telah dijadikan sebagai kenisah Roh Kudus (lihat 1Korintus 6:19). Terpujilah Kristus!
.
.
.RABU ABU, dimulainya Puasa dan Pantang.
Renungan Hari Ini, Rabu, 05 Maret 2014<Fa Suhardi Soetedja>

No comments:

Post a Comment

Tags