Mengenang Sengsara dan Wafat Tuhan



Mengenang Sengsara dan Wafat Tuhan

Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret." Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi." Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorang pun yang Kubiarkan binasa." ....................................................................................

Pada hari Jumat Agung ini kita diajak untuk merenungkan kisah sengsara Yesus, menelusuri `jalan salib' sampai wafat-Nya di kayu salib. Hari ini juga hari berpuasa dan berpantang alias hari untuk mawas diri perihal keutamaan matiraga, yang juga menjadi salah satu cirikhas hidup beriman atau beragama. Setiap kali akan berdoa kita senantiasa membuat tanda salib, maka baiklah di hari Jumat Agung ini saya mengajak kita sekalian untuk merenungkan sabda-sabda terakhir Yesus selama tergantung di kayu salib di bawah ini:

1. Luk 23:34 “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Walaupun Yesus tergantung dikayu salib penderitan, namun Dia masih mau meminta kepada BapaNya, agar mengampuni dosa orang yang telah menyalibkan Dia. Peristiwa ini mengajak diri kita agar mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita sekalipun itu berat, tetapi demi salib Kritus kita ikhlas dalam melakukannya.

2. Luk 23:43 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Sebesar apapun kesalahan kita, ketika menyadari dan sungguh menyesalinya dengan tidak menyalahkan orang lain maka kita dapat pengampunan dari Bapa.

3. Yoh 19:26-27 “Ibu, inilah, anakmu!” dan “Inilah ibumu!”
Bunda Maria adalah Bunda kristus yang setia sampai akhir di bawah kaki salib PutraNya. Yesus tidak hanya memandang ibuNya milik Dia saja, tetapi Bunda Maria telah di beri juga sebagai bunda segala bangsa dan bunda kita. Maka pesan Yesus di kayu salib sangat bermakna agar Bunda Maria kita hormati dan cintai sebab dia telah menjadi Bunda Tabut perjanjian baru demi keselamatan umat manusia.

4. Mrk 15:34 “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Tergantung di kayu salib, kaki dan tangan dipaku serta kepala bermahkota duri, sebagai manusia kiranya Yesus sungguh sangat menderita atau berada dalam puncak penderitaan. Kalimat yang berkesan keputusasaan. Mungkin jeritan yang sama, sering kita teriakkan dalam kesesakan dan penderitaan kita. Kita mengetahui bahwa Kristus adalah sungguh sama seperti kita, yang telah mengecap semua yang kita alami, termasuk penderitaan. Namun, di dalam penderitaan-Nya, Dia telah menunjukkan adanya suatu kepercayaan yang kokoh akan rencana Allah.

5. Yoh 19:28 “Aku haus!”
Kesesakkan dan kecapean dalam pekerjaan apalagi dalam penderitaan Sepanjang hari sejak pagi sampai sore bekerja keras, tanpa makan dan minum, tentu akhirnya akan merasa kelaparan atau kehausan. Begitulah yang dialami Yesus secara manusia Ia merasa haus dan butuh minuman. Marilah kita hayati keutamaan `murah hati'. Kepada mereka yang haus secara phisik kita beri minuman sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan mereka yang haus secara social atau spiritual kita persembahkan waktu dan tenaga kita untuk melegakan atau menghiburnya, alias memberi perhatian sedemikian rupa sehingga mereka sungguh merasa diperhatikan atau dikasihi

6. Yoh 19:30 “Sudah selesai”
Yesus merasa sudah melaksanakan tugas pengutusan-Nya. Dia yang datang atau lahir di dunia ini dalam kegelapan atau penderitaan dan akhirnya akan mengakhiri perjalanan pelaksanaan pengutusan-Nya dalam penderitaan juga. Kita semua dipanggil untuk meneladanNya. Maka baiklah kita dalam menghayati panggilan atau tugas pengutusan hendaknya dengan penuh kesetiaan dan penyerahan diri seutuhnya sampai selesai, sekalipun kita mengalami penderitaan. Hendaknya pelayanan kita selesai sampai pada akhir hayat di kandung badan. Sehingga tugas penjiarahan kita di dunia ini kita selesaikan seturut kehendak Tuhan.

7. Luk 23:46 “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”
Bapa begitu mencintai manusia, sehingga Dia mengutus Putera-Nya yang tunggal untuk menebus dosa dan menyelamatkan manusia (lih. Yoh 3:16). Kristus datang ke dunia dan senantiasa melaksanakan kehendak Bapa. Maka di akhir kehidupanNya di dunia Ia menyerahkan nyawanya kepada BapaNya. Nah...hendaknya pada akhir nafas terakhir kita juga di dunia ini mampu berucap agar nyawa kita serahkan di tangan Tuhan. Semua itu bisa terjadi jika iman kita dalam Kristus Yesus tetap setia pada akhir kesudahan.

Imam adalah orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan sesamanya; ia adalah penyalur doa dan berkat, bagaikan `leher' dalam tubuh kita: siap menderita bagi sesama, tidak pernah menyakiti yang lain, tidak pernah mengeluh atau menggerutu. Kita semua dipanggil untuk menghayati imamat umum kaum beriman, maka semoga melalui penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas pengutusan kita masing-masing, kita juga dapat menjadi penyalur doa dan berkat.

RENUNGAN
JUMAT, 18 APRIL 2014.
YOHANES 18:1-19:42 BP=Yes.52:13-53:12 BK=Ibr.4:14-16,5:7-9
Hari Jumat Agung 

DOA =Yesus...ku tanya apa dosaku Engkau mau mati di golgota.........?
SALAM KASIH KRISTUS
A.Fernando Zai
Source : FB San Zai


Post a Comment

Previous Post Next Post