Renungan Tri Hari Suci
"Sudah selasai" (Yoh. 19:30)
Sabda Akhir Yesus yang keenam ini mengatakan pada kita akan misiNya yang telah lengkap Ia selesaikan di bumi. Ia telah menyelesaikan seluruh tugas perutusan yang diberikan oleh Bapa hingga tertumpah darahNya di salib. Yang terucap kini adalah: "Sudah selesai." atau yang dalam bahasa Yunani disebut sebagai Tetelestai (berasal dari kata teleo artinya selesai). Hingga kini masyarakat Yunani masih menggunakan kata Tetelestai sebagai stempel tanda lunas. Ia telah membayar semua dosa orang-orang percaya di salib.
Fulton Sheen dalam tulisannya, "Seven Last Words" mengatakan, bahwa penciptaan manusia selesai di hari yang keenam. Yesus telah menyelesaikan misiNya, seperti yang Ia sabdakan di sabda yang keenam ini.
Sabda keenam ini, bagi Fulton Sheen dalam tulisannya, "Seven Capital Sins", adalah pembenahan bagi dosa-dosa kemalasan kita. Tanpa disadari manusia banyak yang telah dikungkung oleh kemalasan fisik ataupu kemalasan spiritual. Kemalasan fisik melarikan manusia daeri realita akan kerja keras dan disiplin. Namun kemalasan spiritual memalingkan manusia dari Tuhan.
Dalam perumpamaan mengenai lima gadis bodoh yang tak memiliki minyak dalam menantikan mempelai adalah contoh baik mengenai kemalasan spiritual. Orang yang bertanya, "Untuk apa ke Gereja? Tak ada untungnya .." adalah buah dari kemandulan spiritual. Kemalasan spiritual kelak akan memnuahkan kematian spiritual. Setiap orang akan mati dan dibangkitkan. Orang-orang yang tekun dan percaya padaNya akan ditempatkan di sebelah kananNya. Dan orang-orang yang jahat dan mandul secara spiritual akan ditempatkan disebelah kiriNya. Dan kita tahu akhir cerita ini, seperti halnya lima gadis pintar yang masuk dalam perta pernikahan, namun lima gadis malas tertinggal di luar.
Manusia modern kebanyakan terjebak dalam pola hidup yang work-aholic. Namun pola hidup hidup yang demikian tidak secara otomatis menjadikan dirinya tidak malas secara spiritual. Justru banyak diantara mereka yang work aholic memiliki kemalasan spiritual. Relasi yang lebih penting antara manusia dan Allah mereka abaikan, dan justru mereka lebih sibuk dengan relasi antar manusia.
Disisi yang lain, kemalasan fisik juga bisa diikuti pula oleh kemalasan spiritual. Orang yang demikian tak memiliki lagi gairah dalam kehidupan. Bukankah Injil telah dengan keras memperingatkan, bahwa bagi orang yang tak bekerja tak usah mendapat makanan.
Allah sesungguhnya ingin kita untuk tidak malas, baik secara fisik maupun secara spiritual. Apabila kita tekun menjalin relasi denganNya melalui doa dan penyerahan diri, maka Ia akan memaparkan rancanagn yang indah bagi diri kita. Keputusan berada ditangan kita, apakah kita akan menyerahkan diri kita dan hidup dalam randanganNya yang besar dan indah; atau kita lebih memilih untuk hidup berpijak diatas kaki kita sendiri dan rancangan kita lah yang indah bagi diri kita.
Orang yang selfish tentu ingin berpijak pada diri sendiri dan merancang secara detail kehidupannya, dengan sedikit atau tanpa campur tangan Allah sama sekali. Dan seringkali orang yang demikian dipuja oleh media dan dimuliakan dunia. Namun, orang yang mengijinkan Allah untuk berkarya dalam hidupnya akan hidup dalam kerendah hatian dan mempersilakan Allah utntuk mengubah haluan hidup kita sesuai dengan rancanganNya yang indah bagi diri kita. Tuhan telah selesai dalam misiNya untuk membayar lunas segala hutang kita, apakah kita mau sebagai gantinya menyerahkan diri kita bagi Tuhan untuk berkarya dalam misiNya yang besar? Manakah yang akan dan telah kita pilih, hidup dalam rancangan diri kita sendiri atau dalam rancanganNya yang indah?
Selamat merayakan Tri Hari Suci. Dan selamat berkunjung di ParsanbasFoto.
Source : FB Paulus Budiraharjo
إرسال تعليق