BAGAIMANA MENANGGAPI FENOMENA PATUNG BUNDA MARIA/ YESUS MENANGIS ?



BAGAIMANA MENANGGAPI FENOMENA 
PATUNG BUNDA MARIA/ YESUS 
MENANGIS?

POJOK KATEKESE

Dewasa ini memang terdengar berita- berita yang mengisahkan adanya banyak patung Bunda Maria yang menangis, entah air mata biasa, ataupun air mata darah. Namun banyak klaim tersebut yang ternyata adalah rekayasa/ tipuan. Sejauh pengetahuan saya, hanya satu fenomena patung Bunda Maria menangis yang dinyatakan oleh Vatikan sebagai ‘worthy of belief‘ (dapat dipercaya), yaitu dalam penampakan Bunda Maria kepada Sr. Agnes Sasagawa di Akita, Jepang (1973), melalui pernyataan Joseph Cardinal Ratzinger (Juni 1988), selaku Prefect, Congregation for the Doctrine of the Faith.

Selanjutnya tentang ketiga pesan Bunda Maria kepada Sr. Agnes Sasagawa di Akita Jepang, silakan anda membaca sendiri di link ini,
http://www.theworkofgod.org/Aparitns/Akita.htm.

Tahun 1973, Sr. Agnes menerima penampakan Bunda Maria, stigmata, dan patung Maria menangis, dalam 101 kali kesempatan selama beberapa tahun. Patung tersebut juga pernah mengeluarkan keringat dan mengeluarkan bau yang harum dan mengeluarkan darah di bagian telapak tangan kanannya. Kejadian- kejadian ini disaksikan oleh ratusan orang, dan kemudian diteliti dan diverifikasi oleh Prof. Sagisaka dari Universitas Akita, yang mengkonfirmasikan bahwa yang diamatinya itu sungguh adalah darah, air mata dan keringat manusia. 

Selanjutnya terjadi beberapa mujizat yang terjadi sehubungan dengan klaim tersebut, yaitu mujizat seorang wanita Korea yang disembuhkan dari kanker otak stadium lanjut. Mujizat ini dikonfirmasi Dr. Tong Woo Kim dari St. Paul Hospital, dan Fr. Theisen, Ketua Tribunal Gereja di Keuskupan Agung Seoul. Mujizat kedua adalah kesembuhan Sr. Agnes sendiri dari tuna rungu yang telah dideritanya selama puluhan tahun.

Jika anda bertanya mengapa ada patung Bunda Maria menangis, maka memang harus diakui itu adalah suatu misteri. Adalah hak Tuhan untuk menyampaikan pesan-Nya kepada kita, dan adalah hak Tuhan untuk menentukan caranya. Perlu diketahui bahwa hal penampakan- penampakan ini merupakan wahyu pribadi yang tidak menambah ataupun melengkapi pesan Wahyu Umum yang ada dalam Kitab Suci maupun Tradisi Suci.

Tentang wahyu pribadi ini Katekismus mengajarkan:
KGK 67 Dalam peredaran waktu terdapatlah apa yang dinamakan “wahyu pribadi”, yang beberapa di antaranya diakui oleh pimpinan Gereja. Namun wahyu pribadi itu tidak termasuk dalam perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka untuk “menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”, melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi dalam rentang waktu tertentu. 

Di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, maka dalam kesadaran iman, umat beriman tahu membedakan dan melihat dalam wahyu-wahyu ini apa yang merupakan amanat otentik dari Kristus atau para kudus kepada Gereja. Iman Kristen tidak dapat “menerima” wahyu-wahyu yang mau melebihi atau membetulkan wahyu yang sudah dituntaskan dalam Kristus. Hal ini diklaim oleh agama-agama bukan Kristen tertentu dan sering kali juga oleh sekte-sekte baru tertentu yang mendasarkan diri atas “wahyu-wahyu” yang demikian itu.

Dengan demikian, maka kita sebagai umat Katolik tidak diharuskan untuk percaya ataupun tidak percaya kepada wahyu- wahyu pribadi itu. Kita dapat menentukan sikap kita sendiri terhadap wahyu- wahyu pribadi itu, karena hal- hal itu sesungguhnya tidak mengubah iman kita kepada Kristus, dan hanya membantu kita untuk lebih menghayatinya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,Ingrid Listiati- katolisitas.org

 Sumber: Katolisitas.org  



Post a Comment

أحدث أقدم