ALLAH PUNYA RENCANA INDAH BAGI KITA






ALLAH PUNYA RENCANA INDAH BAGI KITA

BACAAN: Yesaya 26:7-9,12,16-19; Mazmur 102:13-21; Matius 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” – Matius 11:28

Bacaan Injil hari ini dapat kita rangkum dalam empat kata: “Datang, tinggal, istirahat, dan percayalah” (lihat Matius 11:28-30). Karena bukan milik dunia, diri ini harus ‘datang’ kepada Yesus (lihat Yohanes 15:19). Itulah sebabnya, orang “mencari Tuhan” (lihat Mazmur 105:3); agar hidup dan menemukan kebahagiaan. Pencarian itu menuntut seluruh usaha berpikir dan penyesuaian kehendak yang tepat, hati yang tulus, dan juga kesaksian orang. Setelah itu, kita harus ‘tinggal’ di dalam Yesus dengan rajin menyantap tubuh-Nya (lihat Yohanes 6:56); agar berbuah (lihat Yohanes 15:4); tidak binasa (lihat Lukas 13:3); menjadi pelaku firman-Nya, kebenaran yang memberi kemerdekaan (lihat Yohanes 8:31-32). Karena tinggal dalam Yesus, orang dapat ‘istirahat’ dalam damai-Nya, yang dikatakan Santo Augustinus dari Hippo: “Hati kami tetap tidak tenang sampai ia menemukan ketenteraman di dalam Engkau,”; sebab hanya Yesus yang bisa memberi “ketenangan” (lihat Matius 11:29). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar “berusaha masuk ke dalam istirahat ini dan tidak mengambil bagian dalam nasib sial seperti mereka yang mendurhaka” (lihat Ibrani 4:11). Jangan biarkan dunia merampok ‘istirahat; mereka di dalam Yesus (lihat Matius 13:22). Terakhir, ‘percaya’ yang berarti menyadari. Setelah ‘datang’, ‘tinggal’, dan ‘istirahat’, mereka harus terus berjuang menyangkal diri, memikul Salib setiap hari, dan mengikuti Yesus dengan menjadi saksi hidup-Nya sehingga mereka bisa ikut menyelamatkan keluarga dan saudara seiman yang lain “dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (lihat 1Timotius 2:4); karena Yesus tak pernah berhenti “melegakan” diri kita semua (lihat Matius 11:28).

Tetapi, orang berperilaku seperti yang dinubuatkan Yesaya di mana mereka mengikuti keinginan tubuh fana untuk menyelamatkan diri sendiri yang berbuah penderitaan, sama seperti “seorang perempuan yang hendak melahirkan”, yaitu: “merintih dan menggeliat kesakitan” (lihat Yesaya 26:17). Tatkala air ketuban pecah, rahim menjadi lebih sering kontraksi bersama semakin meningkatkan rasa sakit sehingga menghadirkan rintihan, airmata, dan tak jarang diikuti oleh teriak kesakitan. Mereka “mengandung”, “menderita sakit bersalin”, tetapi hanya “melahirkan angin” yang “tidak membawa keselamatan” bagi dirinya (lihat Yesaya 26:18). “Sebab tak seorang pun dapat menebus dirinya sendiri atau membayar tebusan kepada Allah untuk kehidupannya” (lihat Mazmur 49:8). Yesaya juga menubuatkan: “Semua amal baik” menjadi “seperti pakaian kotor” sehingga mereka “menjadi layu seperti daun-daun, hilang diterbangkan oleh kejahatan-kejahatan” yang telah dilakukan sehingga tidak berbuah (lihat Yesaya 64:5). Yesus mengingatkan: “Selama kamu tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam kamu, maka kamu akan berbuah banyak; tetapi terpisah dari pada-Ku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (lihat Yohanes 15:5); dan mengundang seluruh anak-anak Allah dengan bersabda: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (lihat Matius 11:28-30).

Hukum Perjanjian Lama diibaratkan sebuah kuk (lihat Sirakh 6:25). Tetapi, kuk – yang terdiri dari 612 perintah itu – menjadi beban yang sangat berat. Umat pilihan Allah harus taat bila tidak ingin terhukum, bahkan dengan hukuman mati. “Sebab barang siapa memelihara seluruh hukum, tetapi melanggarnya dalam dalam salah satu segi, dianggap bersalah karena melanggar seluruh hukum” (lihat Yakobus 2:10). “Terkutuklah dia yang tidak menegakkan perkataan Taurat ini dengan melaksanakannya!” (lihat Ulangan 27:26). “Orang yang benar akan hidup karena kesetiaannya” (lihat Habakuk 2:4), “oleh iman, orang benar akan hidup” (lihat Galatia 3:11). Bersyukurlah, karena “Kristus telah meluputkan kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan Ia sendiri menjadi kutuk demi kita” (lihat Galatia 3:13). Yesus sendiri sudah mengingatkan agar diri ini datang kepada-Nya bersama beban kutukan yang berat itu agar Dia “memberi kelegaan” (lihat Matius 11:28). Sebagai Allah, Yesus memberi kita kuk yang lain agar kita “mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (lihat Matius 11:29-30). Yesus bukan untuk menghapus hukum Taurat, tetapi menggenapinya (lihat Matius 5:17); dengan ukuran yang lebih tinggi dari hukum lama pada hubungan antar sesama, moralitas seksual, pernikahan, berbicara, keadilan, dan kasih (lihat Matius 5:20-47). Yesus memberi ratusan perintah tambahan dari 612 perintah lama sehingga terasa semakin mustahil. Tetapi, dengan tegas Dia berkata: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (lihat Markus 9:23).

Salah satu perintah-Nya yang sangat mustahil adalah: “Kamu harus berlaku benar dan sempurna seperti Bapa-mu di sorga pun benar dan sempurna” (lihat Matius 5:48).Tubuh fana akan mendatangkan rasa takut dengan menghadirkan pikiran: “Bagaimana mungkin kuk Yesus yang sangat berat itu menjadi mudah dan ringan?” Ya, bila orang memaksakan kehendak dan kekuatan sendiri (lihat Yesaya 26:12). Yesus tahu keterbatasan diri ini dan tidak menyuruh mematuhi perintah dan membawa kuk-Nya dengan cara atau kemauan kita, tetapi mempercayakan sepenuhnya pada kasih karunia-Nya agar yang mustahil itu terlaksana (lihat Lukas 1:37). Selain, kesediaan memikul kuk sebenarnya datang dari karunia-Nya, bukan hasil kerja diri ini (lihat Efesus 2:9); yang telah dijanjikan Yesus: “Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (lihat Matius 11:28). Jadi, tatkala kasih Allah mendatangkan niat untuk memikul kuk-Nya, tugas kita percaya pada belas kasihan-Nya (lihat Yesaya 26:8); sambil berseru: “Allah Tuhan-ku adalah kekuatanku: Ia membuat kakiku ringan seperti rusa dan meneguhkan langkahku di tempat yang tinggi” (lihat Habakuk 3:17-18). Ajaklah keluarga dan saudara seiman datang kepada Yesus tanpa motif apa pun, tanpa syarat, dan tidak ada agenda lain kecuali hanya untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan, dan dengan segenap akal budi sambil mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (lihat Lukas 10:27); yang ditegaskan Rasul Petrus: “Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia” (lihat Kisah Para Rasul 4:12).

Kita semua mungkin sama seperti Musa, yang pada saat ini sedang menyelidiki dan ingin tahu lebih baik tentang Allah. Begitu bertanya: “Siapakah Engkau, ya Allah?”, jawaban yang akan kita terima: “Aku adalah Aku” (lihat Keluaran 3:14). Allah adalah: “Gunung Batu yang kekal” (lihat Yesaya 26:4); “Kudus” (lihat Imamat 19:2); “Sempurna” (lihat Ayub 11:7); “Yang Mahatinggi” (lihat Ayub 37:23); “Kehidupan” (lihat Ulangan 30:19); dan “Keselamatan” (Kisah Para Rasul 4:12). Jadi, tidaklah mengherankan kalau ‘Siapakah Engkau, ya Allah’ dapat berbuat apa saja bagi diri ini, yang adalah utusan-Nya. Pandanglah Yesus yang tersalib dan sampaikan hal-hal yang ingin diketahui. Oleh belas kasihan-Nya, Yesus akan membawa anak-anak Allah ke Kalvari untuk menyerahkan salib bagi kita. Ketika berjalan bersama-Nya, Yesus akan mendampingi agar kebenaran-Nya terpelihara (lihat 1Timotius 5:18; 1Korintus 9:7-10). Meski penuh tantangan dan cobaan, diri ini “sungguh-sungguh bebas” (lihat Yohanes 8:36). Allah tidak akan memberi anugerah salib yang melebihi kemampuan kita (lihat Matius 11:30). Pikullah kuk yang dipercayakan-Nya (lihat Yeremia 27:12); dan jadikan Yesus sebagai Pemimpin. Sebab, semua pengikut-Nya ditakdirkan seperti Simon dari Kirene, yang berani menjalani penderitaan penebusan dengan memikul salib “sambil mengikuti Yesus” (lihat Lukas 23:26). Oleh karunia Roh Kudus, kita dikuatkan dan diberi “kelegaan” untuk sampai ke tempat perhentian (lihat Ibrani 4:11). Berserulah: “Ya Yesus, ajarkanlah terus agar saya semakin lemah lembut dan rendah hati seperti Engkau” (lihat Matius 11:29).

Setelah ratusan tahun mengutus Abraham menjadi Bapa bangsa Israel, Allah memperkenalkan diri kepada Yosua, orang pilihan-Nya. Setelah seribu tahun lebih, Yesus, Putera Allah, memberitahu tentang cara menyapa Allah. Kita tak lagi hanya tahu Allah sebagai: “Aku adalah Aku”, tetapi diajarkan menyapa Allah sebagai “Bapa” (lihat Lukas 11:2; Matius 6:9). Artinya, Allah telah bersedia mengangkat diri ini menjadi anak-anak-Nya. Kita menjadi orang pilihan yang sungguh dikasihi. Diri ini menjadi bagian dari bangsa yang terpilih, yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri (lihat 1Petrus 2:9). Bersama dan di dalam Kristus, kita menjadi ahli waris karena berhak menerima janji-janji Allah (lihat Roma 8:17). Diri ini tak akan pernah tahu, meski mencoba merancangnya sekalipun tentang rencana Yesus terhadap kita. Sebab, Dia adalah Allah (lihat Yohanes 1:1). Yang jelas, ketika semakin mengenal Allah lebih baik, diri ini berhadapan dengan pemberontakan yang dilakukan tubuh fana. Sebab, yang selama ini dihalalkan tiba-tiba dihentikan. Gejolak batin terasa begitu pahit, getir, membuat frustrasi, dan mungkin setiap hari orang terus-menerus marah kepada Yesus. Tetapi, bila rajin menghadiri Misa, termasuk Misa harian, mereka akan menerima “kelegaan” yang datangnya dari Allah (lihat Matius 11:28); karena lebih sering memandang dan menyatukan diri dengan Yesus sehingga kita dengan penuh sukacita menanggapi sabda-Nya -- “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu” (lihat Yohanes 20:21) – dengan berseru: “Ini aku, utuslah aku!” (lihat Yesaya 6:8). Terpujilah Kristus!

Doa: “Ya Bapa di surga, hamba berjanji untuk bermegah pada Salib yang telah dianugerahkan oleh Putera-Mu, Tuhan hamba, Yesus Kristus. Hamba yakin dan penuh percaya diri ini akan dimampukan dalam memikulnya. Dikuduskanlah Engkau ya Bapa, terpujilah Engkau ya Yesus kristus, dimuliakanlah Engkau ya Roh Kudus, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa, amin.”

Janji: “Tetapi Engkau, ya Tuhan, bersemayam untuk selama-lamanya, dan nama-Mu tetap turun-temurun. Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya. Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu, bila Tuhan sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari sorga ke bumi, ntuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh.” – Mazmur 102:13-21

Renungan Hari Ini, Kamis, 17 Juli 2014
BACAAN: Yesaya 26:7-9,12,16-19; Mazmur 102:13-21; Matius 11:28-30

PESTA PARA KUDUS: :Santo Acyllinus (Aquilinus), Santo Cythinus, Santo Donata, Santo Feliks, Santo Generosa, Santo Januaria, Santo Laetantius, Santo Nartzalus, Santo Secunda, Santo Speratur, Santo Vestina, santo Veturius, Martir Scillium; Santo Alexius (Alexis) dari Roma, Pelindung Pengemis; Beata Anne Petras, Beata Madeleine Brideau, Beata Marie-Geneviève Meunier, Beata Rose Chrétien, Martir Karmelit dari Compiegne; Beato Ceslas (Ceslaus) Odrowaz dari Polandia, Pengaku Iman; Santo Klemens dari Ohrid (Okbrida), Uskup; Santo Cynllo dari Wales, Pengaku Iman; Santo Fredegand Kerkelodor, Kepala Biara; Santo Generosus dari Tivoli, Martir; Santo Gorazd, Rasul Bulgaria; Santo Hugh Muda dari Lincolnshire, Martir; Santo Hyacinthus dari Paphlagonia, Martir; Santo Kenelm (Cynehelm) dari Kenelstowe, Martir; Santo Leo IV, Paus Ke-103; Santo Magnus Feliks Ennodius dari Pavia, Uskup; Santa Marcellina dari Roma, Perawan, Pengaku Iman; Santo Nerses Lambronazi dari Tarsus, Uskup; Beato Pavel Peter Gojdic dari Yunani, Uskup; 12 Martir Sicilia; Beata Tarsykia Matskiv, Martir Ukraina; Santo Theodosius dari Auxerre, Uskup; Santo Turninus dari Antwerp, Pengaku Iman.

Post a Comment

Previous Post Next Post