KITA TIDAK MENCARI TANDA, TETAPI SABDA-NYA



KITA TIDAK MENCARI TANDA, TETAPI SABDA-NYA
BACAAN: Mikha 6:1-4,6-8; Mazmur 50:5-6,8-9,16-17,21,23; Matius 12:38-42 


“… Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” – Matius 12:38

Orang terus menuntut tanda (lihat Matius 12:38); sehingga pemazmur berkata: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku” (lihat Mazmur 50:16-17). Akibatnya, terang Allah memudar dalam keluarga, gereja, bekerja, dan masyarakat sehingga Tuhan menegur: “Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan cara apa Aku telah membebani kamu? Jawablah Aku!” (lihat Mikha 6:2-3). “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (lihat Yeremia 31:3). Allah bahkan mengutus Putera-Nya menjadi silih dosa manusia (lihat Mikha 6:7). Agar kelak tidak menerima penghakiman (lihat Matius 12:41-42). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar segera menerima Sakramen Tobat untuk “menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib” (lihat Kolose 2:14). Doronglah mereka taat pada firman Tuhan (lihat Yesaya 66:2); tak ubahnya seorang prajurit (lihat 2Timotius 2:4). Sebab, “orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal” (lihat 1Korintus 9:25). Rasul Paulus mengajarkan: “Aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (lihat 1Korintus 9:27). “Janganlah anggap enteng teguran Tuhan” (lihat Ibrani 12:5). Tegaskan, kita tidak “sederajat” dengan Allah (lihat Mazmur 50:21).

Bacaan pertama hari ini ingin mengingatkan bahwa kebebasan atau kemerdekaan hanya dapat diraih bila melakukan tiga hal, yaitu: bertindak adil, penuh belas kasihan, dan hidup rendah hati di hadapan Allah; yang disampaikan Mikha: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (lihat Mikha 6:8). Meski Tuhan sudah menuntun bangsa Israel “keluar dari tanah Mesir” dan “telah membebaskan dari rumah perbudakan” (lihat Mikha 6:4); mereka berani berkata: “Berikan kami kenikmatan, siapa yang peduli dengan kemerdekaan.” Orang ditekan tubuh fana karena tidak mau menderita dan dihantui takut akan kematian sehingga lebih memilih tetap menjadi budak di Mesir ketimbang menjalani kemerdekaan dengan harus berkelana di gurun pasir (lihat Keluaran 14:12). Mereka bersedia terenggut kemerdekaannya hanya oleh sayuran dan bumbu dapur, seperti: ketimun, melon, bawang bombay, bawang merah, dan bawang putih (lihat Bilangan 11:5). Esau melakukan hal yang sama, dia menjual hak kesulungannya dengan sekeping roti dan semangkuk sup kacang merah (lihat Kejadian 25:34). Sampai hari ini, tidak sedikit anak-anak Tuhan yang berperilaku seperti orang Israel yang tak kenal henti menuntut tanda (lihat Matius 12:38); meski mereka sebenarnya “jahat dan tidak setia” kepada Allah karena hanya mengikuti keinginan dan hawa nafsu tubuh fana (lihat Matius 12:39); dan tidak perduli akan hari penghakiman (lihat Matius 12:41-42).

Bani Israel tidak bersyukur atas tanda dari Allah (lihat Matius 12:38); yang telah membuat mukjizat, dan pembebasan dari wabah air menjadi darah, kodok, nyamuk, lalat, sampar, bisul, hujan es, serbuan belalang, gelap gulita , dan kematian anak sulung. Mereka malah mengikuti pikiran ketakutan dari tubuh fana bahwa hanya akan menjadi korban pembantaian pasukan Mesir dan mati di padang pasir (lihat Keluaran 14:11). Ketika putus asa melihat bangsanya memilih diperbudak kembali oleh orang mesir, berdoa dan Allah menjawab: “Mengapa engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada bangsa Israel supaya mereka berjalan terus” (lihat Keluaran 14:15). Rasul Paulus mengingatkan bahwa kebebasan dari Allah bukan untuk memenuhi keinginan daging, “tetapi kebebasan yang membuat kamu saling melayani dalam kasih” (lihat Galatia 5:13). Untuk mencegah agar tidak kembali jatuh ke dalam perbudakan tubuh fana, orang harus mengikuti hati nurani di mana Roh Allah bersemayam (lihat Roma 5:5); yang mengajarkan agar: mengasihi, memaafkan, dan mendoakan musuh, mendoakan pasangan hidup dan keluarga, menjadi saksi Yesus di manapun berada, berdoa, membaca, dan merenungkan firman Tuhan, mengubah gaya hidup seturut perintah Allah, rajin menyatukan diri dengan tubuh Kristus lewat Misa harian, melayani sesama, menjalani perpuluhan dan sedekah, berdoa puasa, dan terus memikul salib sambil mengikuti Yesus agar Dia tidak perlu bertanya: “Hai umat-Ku, apakah yang telah Ku-lakukan kepadamu? Dengan cara apa Aku telah membebani kamu? Jawablah Aku!” (lihat Mikha 6:3).

Allah berjanji: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau” (lihat Mazmur 50:15); dan “siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Ku-perlihatkan kepadanya” (lihat Mazmur 50:23). Tuhan membuktikan waktu bangsa Israel dimerdekakan dari kejaran balatentara Firaun. Musa menenangkan bangsanya dengan berkata: “Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (lihat Keluaran 14:14). Musa menerima janji itu sebelum Allah menyelamatkan orang Israel sehingga mereka bisa menyeberangi Laut Merah dan pasukan Mesir binasa oleh tamparan dan renggutan dinding air yang menyatu kembali. Inilah simbol Pembaptisan. Bila orang melangkah seturut janji baptis, mereka cukup berdiam diri karena akan melihat kemenangan yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, orang tidak akan pernah melihat kemenangan yang diberikan Allah bila mengikuti keinginan tubuh fananya. Oleh Pembaptisan dan pembaruan janji baptis, diri ini berada dalam Kristus sebagai manusia baru (lihat Kolose 3:10); anak-anak Allah (lihat Roma 8:15; Galatia 4:6; 2Timotius 1:7); yang ditebus oleh darah Yesus sehingga menjadi bait Roh Kudus dan anggota Gereja-Nya: tubuh Kristus (lihat 1Korintus 6:19-20). Ahli Taurat dan orang Farisi sama seperti nenek moyang mereka, yang meski begitu banyak mukjizat, tanda, dan pembebasan sudah diberikan Tuhan, mereka terus mendesak Tuhan agar membuat lebih banyak lagi mukjizat, tanda, dan pembebasan karena tak bisa mengucap syukur sehingga selalu merasa kurang dan tak pernah merasa puas (lihat Matius 12:38).

Oleh tubuh fana, orang berjuang mengejar kehidupan, kemerdekaan, dan kesenangan menurut ajaran dunia. Seperti bangsa Israel, mereka memilih kenikmatan dan pelampiasan hawa nafsu ketimbang kemerdekaan. Orang begitu gegabah menukar kemerdekaan di dalam Yesus dengan kenikmatan sesaat, seperti: dosa seksual, korupsi, manipulasi, tidak mau memaafkan, memperbudak sesama termasuk keluarga, dan lainnya. Ingatkan mereka agar berhenti berlari dalam kesia-siaan sebab: “Putera Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya yang akan mengumpulkan semua orang yang menyesatkan dan yang melakukan kejahatan. Semua orang ini akan dibuang ke dalam tanur api yang bernyala-nyala di mana akan ada tangis dan kertak gigi” (lihat Matius 13:41-42). Dalam Injil hari ini (lihat Matius 12:39-40), Yesus memberitahu tentang salib, kematian, dan kebangkitan-Nya. Karenanya, pakailah ‘Tanda Salib’ seperti lampu pengatur lalu lintas di mana orang berhenti bila lampu merah menyala dan bergerak ketika berganti lampu hijau. Ketika melihat patung Yesus yang tersalib dan yang berhubungan dengan-Nya, diri ini sebaiknya bereaksi yang sama, yaitu: segera berhenti, doa singkat, dan menatap-Nya agar pandangan selalu tertuju kepada Yesus (lihat Ibrani 12:2). Kita menatap penuh hening di hadapan Allah yang menjelma menjadi manusia, Hamba Penderitaan, yang sedang tergantung sekarat dipenuhi dengan bilur-bilur yang mengeluarkan darah (lihat Yesaya 52:14-15). Di dalam keheningan itu, orang mungkin akan mendengar Yesus berkata: “Diamlah dan ketahuilah bahwa Aku-lah Allah!” (lihat Mazmur 46:11).

Tuhan bersabda: “Kamu akan menjadi murid-murid-Ku jika kamu tetap berpegang pada perkataan-Ku” (lihat Yohanes 8:31). Kita bukan mencari tanda (lihat Matius 12:38); tetapi mencari sabda-Nya agar bisa hidup taat sebagai ucapan syukur atas kerahiman-Nya (lihat Yohanes 14:15-23). Hanya Yesus Kebenaran (lihat Yohanes 8:32); yang bisa membebaskan dari belenggu dosa (lihat Yohanes 8:36). Yesus datang ke dunia untuk memberi kemerdekaan kepada orang-orang yang berharap kepada-Nya (lihat Lukas 4:18); yaitu: “dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” (lihat Roma 8:21). “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (lihat 2Korintus 3:17). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar: “Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah” (lihat 1Petrus 2:16); supaya tidak menerima penghakiman (lihat Matius 12:41-42); karena upah dosa adalah kematian (lihat Roma 5:23). Anjurkan agar tidak membiarkan mata dibuat liar oleh tubuh fana (lihat Ayub 31:1); menjaga lidah hanya untuk memuliakan Tuhan (lihat Yakobus 3:5-6); dan tidak mengikuti keinginan perut dan hal-hal duniawi (lihat Filipi 3:9); tak henti memohon buah-buah Roh Kudus, termasuk roh takut akan Allah (lihat Yesaya 66:2); agar bisa menguasai diri (lihat 1Korintus 9:27); menyenangkan-Nya (lihat 2Timotius 2:4); sehingga layak menerima hidup kekal (lihat 1Korintus 9:25). Terpujilah Kristus!

Doa: “Ya Bapa di surga, mampukanlah hamba agar selalu menjunjung tinggi kemerdekaan yang telah diberikan Putera-Mu, Juruselamat hamba, Yesus Kristus. Sertai, bimbing, dan lindungilah hamba dengan Roh-Mu yang kudus sehingga teguh dalam iman dan dapat melayani. Kasihanilah hamba ya Bapa, ampunilah hamba ya Yesus Kristus, tolonglah hamba ya Roh Kudus, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa, amin.”

Janji: “’Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!’ Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. ‘Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu.’ Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: ‘Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.’” -- Mazmur 50:5-6,8-9,16-17,21,23


Renungan Hari Ini, Senin, 21 Juli 2014


PESTA PARA KUDUS: Santo Arbogastus dari Strasbourg, Uskup; Santo Klaudius, Santa Yulia, Santo Yustus dan Santo Yukundinus dari Troyes, Martir; Santo Konstantinus dari Monte Cassino, Kepala Biara; Santo Laurentius dari Brindisi (Julius Caesar Rossi), Doktor Gereja; Beato Oddino Barrotti, Pengaku Iman; Santa Praxides (Praxedes) dari Roma, Perawan, Pengaku Iman; Santo Victor dan kawan-kawan dari Marseilles, Martir; Santa Wastrada dari Utrecht, Janda, Pengaku Iman; Santo Yohanes dari Moyenmoutier, Pertapa; Santo Yohanes dari Edessa, Pertapa; Santo Zoticus dari Comana, Uskup, Martir.


Source : Renungan Hari Ini



Post a Comment

Previous Post Next Post