Magnis Suseno: Saya khawatir jika Prabowo terpilih
Wawancara khusus dengan Romo Frans Magnis Suseno,SJ
SUARAFLORES.COM,- Dua hari lalu, surat terbuka dari Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara sekaligus tokoh rohaniawan Katolik Romo Frans Magnis Suseno menyebar luas. Dalam surat itu dia menyatakan tidak memberikan dukungan kepada calon presiden Prabowo Subianto lantaran disokong oleh orang-orang garis keras.
Romo Magnis takut jika Prabowo terpilih kerukunan dan toleransi umat beragama bakal menjadi mimpi belaka. Kenapa? Menurut dia, manifesto Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) soal pemurnian agama merupakan ujung tanduk pembatasan toleransi umat beragama.
Dia memberi klarifikasi, dia bukan membuat surat terbuka namun mengkritik isi dari manifesto Gerindra. “Yang jelas itu salah, saya sudah sering mengatakan seperti itu,” katanya semalam. “Saya juga denger mau dicabut tapi tidak juga di cabut. Tetap ada di manifesto itu.”
Berikut penuturan Romo Magnis kepada Arbi Sumandoyo dari merdeka.com saat dihubungi melalui telepon selulernya.
Kemarin Anda menulis surat terbuka untuk Prabowo?
Nah ini sudah keliru. Saya tidak kirim surat kepada siapa-siapa. Mungkin dari saya kirim surat elektronik mengenai masa depan bangsa tetapi saya tidak kirim surat kepada Pak Prabowo sama sekali.
Kemarin beredar di media surat terbuka ditulis oleh Anda?
Saya tidak tahu surat yang mana, di mana saya jelaskan mengapa saya tidak bisa memilih Prabowo. Itu teksnya. Kalau itu tidak ada, bukan dari saya.
Surat terbuka itu bertanggal 25 Juni?
Katanya juga ada di Tempo saya baca tapi saya tidak pernah kirim surat.
Jadi surat beredar bohong?
Itu tergantung karena ada beberapa yang beredar saya menulis saya tidak akan mendukung Prabowo karena lingkungannya. Kalau di surat itu ada kata lingkungan saya buat. Ada nggak kata lingkungan?
Di surat itu tertulis Anda tidak mendukung karena Prabowo didukung oleh Islam garis keras?
Itu ada benernya. Artinya mereka mengharapkan Perang Badar, itu yang saya kritik. Saya tidak melihatnya, tapi saya menulis saya sangat prihatin dengan Perang Badar dan sebagainya.
Jadi Anda tidak menulis surat tapi mengkritik soal pernyataan Amien Rais?
Saya menjelaskan mengapa saya tidak memilih Prabowo karena dia begitu diharapkan oleh orang-orang garis keras dalam konteks calon presiden kepada kerangka Perang Badar. Selasa sore kan juga di Yogyakarta, Prabowo ingin diberikan gelar panglima, tapi itu ditolak oleh Prabowo karena dia nggak mau gelar itu.
Apakah itu ketakutan Anda tidak memilih Prabowo?
Ketakutan saya adalah kalau Islam garis keras yang mengharamkan, misalnya mengharamkan memilih nomor dua. Bagaimana dia membayar kembali utang mereka itu. Dan orang-orang itu mendukung dia jadi presiden dan dia akan membayar kembali utang-utang itu.
Artinya Anda menduga ada kontrak politik atas dukungan itu?
Jelas kan, mereka amat mendukung akan mengharapkan kemudian dukungan itu dijawab. Tidak perlu ada kontrak. Sudah biasa itu.
Anda yakin jika Prabowo jadi tidak ada jaminan soal toleransi beragama?
Ya, misalnya di Yogyakarta dua hari lalu, mereka mengharapkan dia menjadi panglima perang menentang ajaran sesat apa saja. Dalam manifesto perjuangan Gerindra juga dibuat, negara wajib melindungi kemurnian agama terhadap penyelewengan dan sepertinya.
Itu sangat mengkhawatirkan bagi saya. Negara tidak sama sekali bertugas mengurusi kemurnian agama. Sejak kapan negara dapat tugas seperti itu.
Berarti ada yang salah dalam manifesto itu?
Yang jelas itu salah, saya sudah sering mengatakan seperti itu. Saya juga denger mau dicabut tapi tidak juga dicabut. Tetap ada di manifesto itu.
Siapa yang ingin janji mencabut manifesto Gerindra itu?
Yang jelas saya baca Pak Hashim mengatakan itu sebuah kekeliruan dan itu ingin dicabut dan ternyata tidak dicabut. Dari situ saya menarik kesimpulan tidak bisa pengaruh Pak Hashim terhadap Gerindra dan Prabowo.
Jadi ini ketakutan Anda dalam toleransi beragama?
Ya, itu ketakutan bahwa kebebasan beragama itu terancam. Mengingat adanya manifesto itu, mengingat juga adanya harapan pendukung beliau.
Manifesto itu bukan bisa jadi nantinya tidak bakal dijalankan oleh Gerindra?
Oh iya, saya tidak tahu apa akan dijalankan. Saya punya kekhawatiran.
Jadi menurut Anda, dari dua calon presiden ini, siapa mendukung toleransi beragama?
Model saya itu bukan saya memilih paling baik tetapi saya mencegah yang saya anggap bermasalah. Jadi dalam hal kebebasan beragama saya melihat masalah dukungan dari orang-orang garis keras. Dan melihat ini dianggap sebagai perang institusi. Saya membaca manifesto di mana negara akan mencampuri urusan agama-agama, lah gimana itu?
Harusnya negara tidak mencampuri warganya dalam kebebasan beragama?
Memang…memang. Harus kalimat itu dihilangkan dari manifesto partai menjadi dasar mereka kemudian merumuskan arah politik.
Jadi boleh dibilang jika Prabowo jadi, kerukunan umat beragama sama seperti saat ini?
Nggak lah, kerukunan beragama itu terlalu sederhana. Yang pertama perlu adalah hormat terhadap identitas dan melindungi segenap kelompok warga negara ada di negara ini. Kita akan rukun jika kita tidak saling mencampuri, kamu harus lain, kamu harus seperti aku. Paling penting adalah saling menghormati itu adalah hakikat dari Ketuhanan Maha Esa.
Jadi tidak ada intervensi?
Juga di dalam masyarakat bersedia menerima orang dengan keyakinan religius itu, iya. Karena dalam agama tidak boleh ada paksaan. Kok begitu sulit orang menerima itu. Sebulan lalu saya kaget membaca rumusan dari manifesto Gerindra itu dan itu membuat saya khawatir akan kebebasan beragama.
Bagaimana kita bisa rukun jika kita tidak mengerti dalam identitas religius. Kalau diakui kerukunan itu pasti berhasil.(sumber:merdeka.com/sf)
Post a Comment