"Tepukan di pipi yang kurang lebihnya serupa tepukan Uskup saat Sakramen Krisma
"
"
Secara mengejutkan dan memprihatinkan, lima puluh sembilan (59) pastor dan suster dari Indonesia yang sedang bertugas di luar negeri bergabung bersama-sama ke dalam gerakan liberalisme dan modernisme yang sama2 mengemban misi untuk mengubah pengajaran Gereja Katolik, merubah struktur hirarki Gereja Katolik dan mengatur bagaimana Gereja harus bertindak.
Mereka bergabung dalam kelompok gerakan lintas-negara "Kita adalah Gereja" atau "We are Church" yang berpusat di Jerman (Wir sind Kirche) yang pendiriannya pada tahun 1996 terinspirasi oleh romo Hans Kung, seorang liberal Katolik penentang Dogma Ketidak-dapat-sesatan Mengajar Paus Roma atau papal infallibility yang dicabut ijin mengajar teologinya oleh Tahta Suci sejak 18 Desember 1979.
Martha Heizer, ketua dan salah seorang pendiri kelompok ini baru saja di-ekskomunikasi Gereja Katolik pada tanggal 22 Maret 2014 oleh sebab pelanggaran hukum Kanon 1378 §2 dengan mengadakan Misa Ekaristi tanpa imam tertahbis selain dirinya sebagai pengganti imam.
Keputusan mereka tersebut berawal dari peristiwa Misa Natal beberapa waktu lalu oleh aksi arogansi seorang imam projo dari Keuskupan Atambua, romo Yohanes Subani yang bertugas sebagai pengajar dan pendidik di Seminari Tinggi Santo Mikhael di Kupang yang menolak tradisi Katolik untuk mencium cincin Uskup Monsinyur Petrus Turang yang sejatinya merupakan bentuk dari latihan kerendahan hati dan ketaatan kepada hirarki Gereja Katolik. Mencium cincin uskup merupakan suatu bentuk penghormatan kepada uskup yang adalah penerus para Rasul. Inilah iman Katolik kita yang kudus.
Kejadian sangat singkat tersebut ternyata sempat terlihat oleh Monsinyur Petrus Turang yang secara refleks segera menghampiri romo Subani, memberikan tepukan di pipi sebagai bentuk correctio fraterna (teguran persaudaraan) yang berlangsung spontan dan transparan di hadapan kalangan sendiri.
Tepukan di pipi yang kurang lebihnya serupa tepukan Uskup saat Sakramen Krisma tersebut kemudian oleh pastor Fidelis Regi Waton, SVD dan kawan2nya yang mengirimkan surat terbuka kepada Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Duta Besar Vatikan Untuk Indonesia, Mgr Antonio Guido Filipazzi dan diterjemahkan sebagai PERBUATAN KRIMINAL. Pada kenyataannya, apa yang diperbuat oleh Monsinyur Turang tersebut bahkan terlalu jauh untuk dibandingkan dengan perbuatan Santo Petrus saat memotong telinga serdadu Romawi yang hendak menangkap Yesus, yang bahkan menurut konteks masa kini pun masih merupakan suatu perbuatan KRIMINAL murni yang melanggar hukum negara yang sesungguhnya.
Video dari Youtube dapat dilihat pada tautan berikut ini:
< http://www.youtube.com/ watch?v=qIuufkKvf7E >
Peristiwa yang pada awalnya terjadi hanya di kalangan terbatas tersebut kemudian menjadi santapan publik/umum oleh Joshua Sinaga dengan judul “Mgr. Petrus Turang: Uskup arogan dan preman” pada tanggal 14 Juli 2014 melalui posting di YouTobe dalam Video berdurasi 1:08 menit. Hingga tanggal 22 Juli 2014, video ini sudah dilihat sekitar 1.175 orang dan telah tersebar luas di berbagai akun Facebook dan media sosial lainnya.
Selain itu, video yang sama kemudian di-upload lagi ke Youtube oleh Cheluz Pahun, dengan judul “Perilaku buruk Petrus Turang (Uskup Kupang), pelaku kekerasan dalam Gereja”, dan sejauh ini telah ditonton lebih dari 6.361 kali.
Terakhir, video yang sama juga diupload lagi ke Youtube oleh Anton Tamonob dengan judul “Mgr. Petrus Turang: Uskup Arogan dan Feodal” dan sudah dilihat sebanyak 187 kali.
Andaikata benar bahwa apa yang telah diperbuat oleh Monsinyur Turang adalah suatu bentuk kejahatan, pastor Fidelis Regi Waton, SVD dan kawan2nya telah memutuskan untuk menolak Yesus sendiri saat bersabda, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." (Mat 5:39)
"Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu." (Luk 6:29)
Percaya kepada Yesus tidak hanya mengakui Dia sebagai juru selamat. Yesus sendiri memerintahkan murid-Nya untuk taat kepada Hirarki Gereja Katolik. Kristus pun, memberikan contoh ketaatan. Taat sampai mati. Menjadi 'seperti Kristus' adalah menjadi taat. Kepada mereka2 yang menolak untuk taat, biarlah kelak Allah sendiri yang menghakimi saat IA berseru,
"Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku." (Luk 10:16)
Dengan mempublikasikan surat pribadi ke hadapan publik melalui Suara Pembaharuan dan media umum lainnya yang jauh dari cara2 yang Katolik, pastor Fidelis Regi Waton, SVD dan kelompoknya tampaknya sedang mencari dukungan massa untuk menekan Uskup +Petrus Turang. Kurang lebihnya serupa dengan tindakan pencetus Protestanisme, mendiang romo Martin Luther yang menempelkan 95 thesis-nya di pintu gereja Wittenberg, Saxony, pada era pemerintahan Emporium Kudus Romawi (the Holy Roman Empire) pada tahun 1517.
Andaikata benar apa yang diperbuat oleh Monsinyur Turang adalah kesalahan, maka para imam dan suster tersebut telah menjawab masalah dengan masalah lain yang baru dengan bergabung ke dalam gerakan modernisme yang dikutuk oleh Gereja Katolik.
Marilah mendoakan para imam dan suster yang telah menyimpang tersebut... Salam Maria penuh rahmat, doakanlah kami. Amen.
+++
"Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Ams 27:6)
[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. Thomas A Kempis, ‘De Imitatione Christi’ II, 2, 2]
Keterangan gambar:
Pastor Agustinus Surianto Himawan, Direktur Penerbit dan Toko Rohani OBOR dan imam diosesan Keuskupan Bogor mencium cincin uskup ordinaris beliau yang baru, Yang Mulia Paskalis Bruno Syukur, OFM, dalam Ritual Tahbisan Uskup Bogor, 22 Feb 2014 yang lalu. (Foto: Pastor Wahyu Tommy)
Sumber-sumber:
< http://en.wikipedia.org/ wiki/We_Are_Church >
< http://id.wikipedia.org/ wiki/Hans_Küng >
< http://www.vatican.va/ archive/ENG1104/__P54.HTM>
< http:// www.islamtoleran.com/ surat-terbuka-untuk-uskup.. ./ >
< http:// www.suarapembaruan.com/.../ surat-terbuka.../62249 >
Tradisi Katolik, penjelasan tentang tradisi mencium cincin Uskup.
< https://www.facebook.com/ tradisikatolik/photos/ a.139142281595.123075.12427 5891595/10152110278761596/ ?type=1&relevant_count=1 >
— bersama Vincentia Haryanti dan Patris Allegro.Mereka bergabung dalam kelompok gerakan lintas-negara "Kita adalah Gereja" atau "We are Church" yang berpusat di Jerman (Wir sind Kirche) yang pendiriannya pada tahun 1996 terinspirasi oleh romo Hans Kung, seorang liberal Katolik penentang Dogma Ketidak-dapat-sesatan Mengajar Paus Roma atau papal infallibility yang dicabut ijin mengajar teologinya oleh Tahta Suci sejak 18 Desember 1979.
Martha Heizer, ketua dan salah seorang pendiri kelompok ini baru saja di-ekskomunikasi Gereja Katolik pada tanggal 22 Maret 2014 oleh sebab pelanggaran hukum Kanon 1378 §2 dengan mengadakan Misa Ekaristi tanpa imam tertahbis selain dirinya sebagai pengganti imam.
Keputusan mereka tersebut berawal dari peristiwa Misa Natal beberapa waktu lalu oleh aksi arogansi seorang imam projo dari Keuskupan Atambua, romo Yohanes Subani yang bertugas sebagai pengajar dan pendidik di Seminari Tinggi Santo Mikhael di Kupang yang menolak tradisi Katolik untuk mencium cincin Uskup Monsinyur Petrus Turang yang sejatinya merupakan bentuk dari latihan kerendahan hati dan ketaatan kepada hirarki Gereja Katolik. Mencium cincin uskup merupakan suatu bentuk penghormatan kepada uskup yang adalah penerus para Rasul. Inilah iman Katolik kita yang kudus.
Kejadian sangat singkat tersebut ternyata sempat terlihat oleh Monsinyur Petrus Turang yang secara refleks segera menghampiri romo Subani, memberikan tepukan di pipi sebagai bentuk correctio fraterna (teguran persaudaraan) yang berlangsung spontan dan transparan di hadapan kalangan sendiri.
Tepukan di pipi yang kurang lebihnya serupa tepukan Uskup saat Sakramen Krisma tersebut kemudian oleh pastor Fidelis Regi Waton, SVD dan kawan2nya yang mengirimkan surat terbuka kepada Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Duta Besar Vatikan Untuk Indonesia, Mgr Antonio Guido Filipazzi dan diterjemahkan sebagai PERBUATAN KRIMINAL. Pada kenyataannya, apa yang diperbuat oleh Monsinyur Turang tersebut bahkan terlalu jauh untuk dibandingkan dengan perbuatan Santo Petrus saat memotong telinga serdadu Romawi yang hendak menangkap Yesus, yang bahkan menurut konteks masa kini pun masih merupakan suatu perbuatan KRIMINAL murni yang melanggar hukum negara yang sesungguhnya.
Video dari Youtube dapat dilihat pada tautan berikut ini:
< http://www.youtube.com/
Peristiwa yang pada awalnya terjadi hanya di kalangan terbatas tersebut kemudian menjadi santapan publik/umum oleh Joshua Sinaga dengan judul “Mgr. Petrus Turang: Uskup arogan dan preman” pada tanggal 14 Juli 2014 melalui posting di YouTobe dalam Video berdurasi 1:08 menit. Hingga tanggal 22 Juli 2014, video ini sudah dilihat sekitar 1.175 orang dan telah tersebar luas di berbagai akun Facebook dan media sosial lainnya.
Selain itu, video yang sama kemudian di-upload lagi ke Youtube oleh Cheluz Pahun, dengan judul “Perilaku buruk Petrus Turang (Uskup Kupang), pelaku kekerasan dalam Gereja”, dan sejauh ini telah ditonton lebih dari 6.361 kali.
Terakhir, video yang sama juga diupload lagi ke Youtube oleh Anton Tamonob dengan judul “Mgr. Petrus Turang: Uskup Arogan dan Feodal” dan sudah dilihat sebanyak 187 kali.
Andaikata benar bahwa apa yang telah diperbuat oleh Monsinyur Turang adalah suatu bentuk kejahatan, pastor Fidelis Regi Waton, SVD dan kawan2nya telah memutuskan untuk menolak Yesus sendiri saat bersabda, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." (Mat 5:39)
"Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu." (Luk 6:29)
Percaya kepada Yesus tidak hanya mengakui Dia sebagai juru selamat. Yesus sendiri memerintahkan murid-Nya untuk taat kepada Hirarki Gereja Katolik. Kristus pun, memberikan contoh ketaatan. Taat sampai mati. Menjadi 'seperti Kristus' adalah menjadi taat. Kepada mereka2 yang menolak untuk taat, biarlah kelak Allah sendiri yang menghakimi saat IA berseru,
"Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku." (Luk 10:16)
Dengan mempublikasikan surat pribadi ke hadapan publik melalui Suara Pembaharuan dan media umum lainnya yang jauh dari cara2 yang Katolik, pastor Fidelis Regi Waton, SVD dan kelompoknya tampaknya sedang mencari dukungan massa untuk menekan Uskup +Petrus Turang. Kurang lebihnya serupa dengan tindakan pencetus Protestanisme, mendiang romo Martin Luther yang menempelkan 95 thesis-nya di pintu gereja Wittenberg, Saxony, pada era pemerintahan Emporium Kudus Romawi (the Holy Roman Empire) pada tahun 1517.
Andaikata benar apa yang diperbuat oleh Monsinyur Turang adalah kesalahan, maka para imam dan suster tersebut telah menjawab masalah dengan masalah lain yang baru dengan bergabung ke dalam gerakan modernisme yang dikutuk oleh Gereja Katolik.
Marilah mendoakan para imam dan suster yang telah menyimpang tersebut... Salam Maria penuh rahmat, doakanlah kami. Amen.
+++
"Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Ams 27:6)
[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. Thomas A Kempis, ‘De Imitatione Christi’ II, 2, 2]
Keterangan gambar:
Pastor Agustinus Surianto Himawan, Direktur Penerbit dan Toko Rohani OBOR dan imam diosesan Keuskupan Bogor mencium cincin uskup ordinaris beliau yang baru, Yang Mulia Paskalis Bruno Syukur, OFM, dalam Ritual Tahbisan Uskup Bogor, 22 Feb 2014 yang lalu. (Foto: Pastor Wahyu Tommy)
Sumber-sumber:
< http://en.wikipedia.org/
< http://id.wikipedia.org/
< http://www.vatican.va/
< http://
< http://
Tradisi Katolik, penjelasan tentang tradisi mencium cincin Uskup.
< https://www.facebook.com/
إرسال تعليق