Salahuddin Wahid atau Gus Sholah. TEMPO/Seto wardhana
Gus Sholah: Jangan Melarang Ucapkan Selamat Natal
Tokoh pluralisme KH Salahudin Wahid alias Gus Solah meminta Jemaah Ansharus Syariah (JAS) tak memaksakan larangan muslim atau muslimah mengucapkan selamat Natal dan mengenakan atribut Natal khususnya pramuniaga di toko, swalayan, dan mal.
"Kalau hanya menyebarkan (imbauan) tidak masalah tapi kalau memaksakan pendapatnya pada orang lain itu bermasalah," kata Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini, Ahad, 21 Desember 2014. (Baca: Syafii Maarif: Selamat Natal seperti Selamat Pagi)
Menurut Gus Solah, ada perbedaan pendapat di umat Islam soal boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal atau menggunakan atribut bernuansa Natal. "Ada yang mengatakan tidak boleh tapi banyak juga yang mengatakan boleh," kata adik kandung Gus Dur ini.
Gus Solah mengatakan karena ada perbedaan pendapat maka setiap orang dibebaskan mengikuti pendapatnya. "Biarkan masing-masing mengikuti pendapatnya, intinya ada kebebasan menyikapi sesuatu dan enggak boleh dipaksa," katanya. (Baca:Ucapan Natal, Yenny Wahid: Jokowi Jangan Dengar FPI)
Gus Solah juga meminta JAS tidak sampai melakukan razia atau sweeping untuk mengingatkan orang, khususnya pramuniaga muslim atau muslimah di toko, swalayan, dan mal yang tiap tahun mengenakan atribut bernuansa Natal untuk menarik konsumen dalam rangka perayaan Natal. "Kalau sampai razia itu sudah enggak benar, bukan tugas mereka razia," katanya.
Pernyataan Gus Solah menanggapi aksi JAS di Kota Mojokerto, Jawa Timur, 17 Desember 2014, yang menyebarkan selebaran dan membentangkan spanduk berisi larangan muslim atau muslimah mengucapkan selamat Natal atau menggunakan atribut bernuansa Natal terutama karyawan atau pramuniaga toko, swalayan, dan mal yang biasa mengenakan atribut Sinterklas atau Santa saat perayaan Natal. Namun aksi tersebut dicegah polisi. (Baca: FPI Siap Amankan Natal, Asalkan... )
Sementara itu, juru bicara JAS Indonesia, Ahmad Fatih, berjanji anggota JAS tidak akan memaksakan kehendak atas apa yang mereka serukan terkait dengan larangan muslim atau muslimah mengucapkan selamat Natal dan menggunakan atribut Natal. "Kami tidak akan memaksa, kami hanya mengingatkan umat Islam bahwa itu haram," kata Fatih.
Meski sempat dicegah polisi, menurut Fatih, JAS akan tetap melanjutkan seruan tersebut. "Kami tetap lakukan sampai 25 Desember nanti sebab ini dakwah," kata Fatih. Seruan itu menurutnya sudah rutin dilakukan tiap tahun menjelang perayaan Natal. "Dakwah ini kami lakukan di kota-kota yang berada di enam wilayah JAS," katanya. JAS baru tersebar di enam wilayah di Indonesia antara lain DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.
ISHOMUDDIN
"Kalau hanya menyebarkan (imbauan) tidak masalah tapi kalau memaksakan pendapatnya pada orang lain itu bermasalah," kata Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini, Ahad, 21 Desember 2014. (Baca: Syafii Maarif: Selamat Natal seperti Selamat Pagi)
Menurut Gus Solah, ada perbedaan pendapat di umat Islam soal boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal atau menggunakan atribut bernuansa Natal. "Ada yang mengatakan tidak boleh tapi banyak juga yang mengatakan boleh," kata adik kandung Gus Dur ini.
Gus Solah mengatakan karena ada perbedaan pendapat maka setiap orang dibebaskan mengikuti pendapatnya. "Biarkan masing-masing mengikuti pendapatnya, intinya ada kebebasan menyikapi sesuatu dan enggak boleh dipaksa," katanya. (Baca:Ucapan Natal, Yenny Wahid: Jokowi Jangan Dengar FPI)
Gus Solah juga meminta JAS tidak sampai melakukan razia atau sweeping untuk mengingatkan orang, khususnya pramuniaga muslim atau muslimah di toko, swalayan, dan mal yang tiap tahun mengenakan atribut bernuansa Natal untuk menarik konsumen dalam rangka perayaan Natal. "Kalau sampai razia itu sudah enggak benar, bukan tugas mereka razia," katanya.
Pernyataan Gus Solah menanggapi aksi JAS di Kota Mojokerto, Jawa Timur, 17 Desember 2014, yang menyebarkan selebaran dan membentangkan spanduk berisi larangan muslim atau muslimah mengucapkan selamat Natal atau menggunakan atribut bernuansa Natal terutama karyawan atau pramuniaga toko, swalayan, dan mal yang biasa mengenakan atribut Sinterklas atau Santa saat perayaan Natal. Namun aksi tersebut dicegah polisi. (Baca: FPI Siap Amankan Natal, Asalkan... )
Sementara itu, juru bicara JAS Indonesia, Ahmad Fatih, berjanji anggota JAS tidak akan memaksakan kehendak atas apa yang mereka serukan terkait dengan larangan muslim atau muslimah mengucapkan selamat Natal dan menggunakan atribut Natal. "Kami tidak akan memaksa, kami hanya mengingatkan umat Islam bahwa itu haram," kata Fatih.
Meski sempat dicegah polisi, menurut Fatih, JAS akan tetap melanjutkan seruan tersebut. "Kami tetap lakukan sampai 25 Desember nanti sebab ini dakwah," kata Fatih. Seruan itu menurutnya sudah rutin dilakukan tiap tahun menjelang perayaan Natal. "Dakwah ini kami lakukan di kota-kota yang berada di enam wilayah JAS," katanya. JAS baru tersebar di enam wilayah di Indonesia antara lain DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.
ISHOMUDDIN
Source: http://www.tempo.co/read/news/2014/12/21/173630013/Gus-Sholah-Jangan-Melarang-Ucapkan-Selamat-Natal
Post a Comment