SUDAH BERAPA LAMA “TIDAK MENGAKU DOSA?”



SUDAH BERAPA LAMA “TIDAK MENGAKU DOSA?”


Satu hal yang istimewa ketika anda dan saya menjadi seorang Katolik adalah dipanggil untuk hidup dalam kekudusan. Kekudusan itu datang dari Allah dan Ia mencurahkannya lewat GerejaNya yang menjadi sumber pengudusan dalam perayaan – perayaan Sakramen, Sakramentalia serta sarana devosi lainnya.

Sakramen Tobat adalah salah satu dari tujuh sakramen yang mendatangkan kekudusan dan rahmat. Sakramen Tobat merupakan tanda kasih Allah kepada umatNya. Ia memperdamaikan seorang pendosa dengan diriNya dan juga terhadap Gereja. Gereja telah diberi kuasa oleh Kristus untuk mengampuni, mengikat dan melepas dosa seseorang (Yohanes 20:23) Melalui Sakramen Tobat, kita beroleh pengampunan dosa dari Allah lewat tindakan sang Imam sebagai In Persona Christi.
Satu hal juga yang perlu kita pertanyakan, bukan kepada orang lain tetapi kepada pribadi kita sendiri. “Kapankah terakhir mengaku dosa?” Waktu sebelum menerima komuni pertama? satu tahun yang lalu? atau bahkan sama sekali belum pernah menyentuh ruang pengakuan? Kemungkinan yang menyebabkan seseorang untuk tidak mengaku dosa adalah ketidaktahuan akan berkat Sakramen Tobat, dan hanya dalam Sakramen tobat, dosa – dosa dilepaskan. Kemungkinan lainnya adalah karena takut kepada pelayan sakramen dengan alasan – alasan yang bervariasi, salah satunya adalah takut jika sang Imam menceritakan dosanya kepada orang lain. Walaupun sesudah dibaptis, seseorang memiliki kemungkinan jatuh dalam dosa, bahkan dalam dosa yang sama. Oleh sebab itu, penting untuk memperbaiki sifat buruk tersebut, salah satunya adalah dengan rutin menerima Sakramen Tobat.
Gereja Katolik mewajibkan umat beriman untuk mengaku dosa setidaknya satu tahun sekali (Kan. 989 – Setiap orang beriman, sesudah sampai pada usia dapat membuat diskresi, wajib dengan setia mengakukan dosa-dosa beratnya, sekurang-kurangnya sekali setahun.) Hal ini juga berlaku dengan penerimaan Sakramen Ekaristi (Kan. 920 – § 1) diwajibkan minimal satu tahun sekali. Nyatanya Ekaristi senantiasa diterima setiap hari Minggu, hari – hari Raya, bahkan dalam Misa harian. Salah? Tidak! Ekaristi sangat bermanfaat, Ia memberikan kekuatan dan rahmat dalam hidup sehari hari. Namun perlu diingat! menerima Ekaristi dalam keadaan dosa berat bukan mendatangkan rahmat, tetapi dosa berat (Kan. 916). Hanya satu saja dosa berat, dapat menjerumukan kita dalam neraka! (KGK. 1861)Jikalau begitu, bukankah kita juga harus rutin menerima Sakramen Tobat agar kita pantas menerima Sakramen – Sakramen Gereja lainnya?
Dengan penyesalan yang mendalam serta bertekad untuk hidup kudus, seseorang memperoleh keselamatan. Sungguh, Sakramen Tobat mendatangkan Keselamatan! (Kan. 987). Melalui Sakramen Tobat, kita menjadi lebih peka terhadap dosa serta semakin memiliki tekad yang kuat untuk menghindarinya.
Jadi, masihkah “saya” menunda menerima Sakramen Tobat? masih takut kepada Imam dengan alasan “membocorkan rahasia”? Tenang! Imam kita yang kudus sudah terikat ‘sumpah’. Seorang Imam tidak dapat menceritakan dosa yang sudah diakui oleh peniten dalam ruang pengakuan kepada siapapun, bahkan terhadap pihak berwajib (ie: negara) dengan cara apapun. Hal ini tercantum dalam hukum Gereja:
Kan. 983 – § 1. Rahasia sakramental tidak dapat diganggu gugat; karena itu sama sekali tidak dibenarkan bahwa bapa pengakuan dengan kata-kata atau dengan suatu cara lain serta atas dasar apapun mengkhianati peniten (yang mengakukan dosa) sekecil apapun.
Ada beberapa tips yang dapat di pakai sebelum mengaku dosa:
Pertama, baiklah dicatat dosa – dosanya dari yang terberat beserta jumlahnya, misalnya: Menyontek saat ulangan umum sebanyak 3 kali. (Kan. 988 – § 1).
Kedua, mungkin situs ini dapat membantu anda dalam merenungi kesalahan – kesalahan yang sudah diperbuat:https://luxveritatis7.wordpress.com/2011/03/29/persiapan-pengakuan-dosa/
Ketiga, jenis dan jumlah dosa kita banyak? akuilah di hadapan Imam. Ia akan sangat bangga dengan keberanianmu
Keempat, Akuliah dosa dosa dengan prinsip 2J. Apa itu? Jujur dan jelas.
Kelima, sebutkanlah dosa, bukan alasan mengapa berbuat dosa itu, apalagi menyalahkan pihak lain.
Satu hal yang perlu di ingat! jangan pernah putus asa jika jatuh ke dalam dosa yang sama lagi. segera akui dosa itu kembali kepada Imam. Allah sungguh sangat mengasihimu karena tekadmu.

Post a Comment

Previous Post Next Post