PASTOR EDUARD VERRIJT,OFMCAP
P. Eduard Verrijt lahir di Asten, Nederland pada tanggal 05 Desember 1925 dari pasangan Johannes Fransiscus Verrijt dan Antonetta van Deursen. Orangtuanya memberinya nama Matheus Theodorus. Ia adalah anak ke-dua dari lima bersaudara. Saudara-saudari kandungnya telah lebih dulu meninggal. Pada usia 13 tahun tepatnya pada tgl 03 September 1938 ia masuk Seminari Menengah Seraphijnsch, seminari Ordo Kapusin di Langeweg. Pada usia 19 tahun ia masuk novis Kapusin tepatnya pada tanggal 01 Agustus 1944 di Udenhout dan pada tgl 30 Agustus 1944 dia mengenakan jubah Kapusin untuk pertama kalinya.
Setahun kemudian ia mengucapkan kaul perdananya yakni pada tgl 31 Agustus 1945. Tiga tahun kemudian, pada tgl 31 Agustus 1948, beliau mengikrarkan kaul kekal. Ia tidak lama menunggu untuk ditahbiskan menjadi imam. Bersama dengan 10 orang teman sekelasnya, ia ditahbiskan menjadi imam pada tgl 06 Agustus 1951. Kemudian, ia belajar ilmu pasti di Belanda dan Bahasa Inggris di Oxford dan London dari tahun 1952-1956. Ia berangkat ke Indonesia untuk bermisi, suatu yang sudah lama diidam-idamkannya. Ia ingin bermisi ke Kalimantan tetapi dia malah ditugaskan ke Sumatera dan tiba di Seminari Menengah, Pematangsiantar pada tgl 10 Agustus 1956.
Sejak 1956 sampai 2011 dia berkarya sebagai guru dan prefek di Seminari. Beliau pernah juga menjadi rektor Seminari Menengah yakni tahun 1999-2001. Sejak datang ke Indonesia tahun 1956 beliau tinggal dan berkarya di Seminari Menengah. Komunitasnya hanya satu, yakni Seminari Menengah. Itu berarti 60 tahun beliau berkomunitas di Seminari Menengah ini. Ia mencintai tempat ini. Para seminaris memanggilnya Oppung, suatu sapaan kehormatan menurut budaya batak. Predikat itu sesuai dengan umurnya yang sudah tua dan pribadinya yang memang seorang Oppung.
Kondisi kesehatannya menurun dalam kurun tiga tahun belakangan. Hal itu disebabkan umurnya yang sudah uzur. Daya ingatnya yang biasanya tajam pelan-pelan berkurang. Biasanya nama murid-muridnya dihafal, wajah mereka pun diingat. Tetapi karena usia yang sudah tua nama-nama itu seperti terhapus dari memorinya. Setiap kali bertemu, dia akan kembali menanyakan nama walau sudah ditanya sebelumnya.
Otot-ototnya pelan-pelan melemah dan tidak kuat lagi untuk berjalan sendiri bahkan untuk mengurus dirinya sendiri. Karena itu diupayakan para perawat yang bisa membantunya. Di awal-awal para perawat memperhatikannya dan memasuki kamarnya, dia pun bertanya pada Bruder Gerard. “Gerard, siapa gadis yang selalu masuk ke kamar mengikuti saya?” Bruder pun menjawab, “Dia itu yang merawatmu. Tidak akan ada apa-apa!” Oppung rupanya curiga dan cemas karena ada wanita yang selalu masuk ke kamarnya. Apa nanti kata orang?
Dua minggu terakhir ini kondisi Oppung boleh dikatakan terus menurun. Karena itu beliau dibawa ke RS Harapan dan dirawat di sana. Menjelang tgl 04 Desember, Bruder Gerardus yang sangat memperhatikan Oppung, menginformasikan bahwa Oppung sering seperti bernyanyi sendiri sambil bertepuk tangan. Dan tgl 04 Desember, Bruder menginformasikan lagi bahwa kondisi Oppung semakin menurun. Beliau semakin susah bernafas dan jika diajak bicara tidak ada lagi reaksi.
Bekas anak-anak didiknya entah dimanapun berada terus mengikuti informasi perihal kondisi kesehatan Oppung. Hari Minggu tanggal 04 Desember tepatnya pada pukul 24.00 WIB, ulang tahun Oppung masih dirayakan di rumah sakit oleh beberapa saudara termasuk Br. Gerardus dan Minister Provinsial. Tetapi tidak ada lagi reaksi dari Oppung pada waktu itu. Setelah itu pada tgl 05 Desember sekitar pukul 02.50 WIB, tepatnya pada hari kelahirannya, Oppung meninggalkan kita dalam keadaan damai pada usia genap 91 tahun.
Siapa P. Edward Verrijt alias Oppung Verrijt di mata para seminaris dan para anak didiknya? Akan sangat banyak kisah yang dapat dituturkan entah itu yang lucu maupun yang serius. Tidak mungkin semua itu diuraikan di sini. Dalam buku Saya Bangga Menjadi Pastor, sosok Oppung bisa semakin kita kenal: pemikiran, hidup, kepribadian bahkan perjuangan serta keprihatinannya. Buku tersebut disusun oleh para muridnya sendiri.
Banyak pesan atau pengajaran yang disampaikan oleh Oppung pada para muridnya dan sampai sekarang masih tetap lengket di benak para murid itu, misalnya: Corona Mea vos estis (Kamu adalah mahkotaku), duc in altum (bertolaklah ke kedalaman). Kedua contoh itu menyampaikan makna yang dalam pada para anak didiknya.
Masih banyak lagi yang lain yang diajarkannya pada para anak didiknya. Kepribadirannya yang bersahaja, kata-katanya yang sederhana dan berisi, serta kepandaian dan keterampilannya sungguh memesona para muridnya serta teman sekomunitasnya. Dia adalah seorang pastor, guru, bapak, dan sahabat. Sebagai pastor dia bangga dengan panggilannya dan tidak pernah menyesal telah memutuskan untuk hidup sebagai seorang imam biarawan Kapusin. Atas kehadiran dirinya di tengah-tengah kita, kita dapat mengatakan, “Kita bangga dengan kehadiran Oppung. Dia adalah berkat yang luar biasa bagi kita."
Selamat jalan, Oppung. Kami sungguh mencintaimu. Selamat memasuki hidup yang kekal yang telah dijanjikan Tuhan padamu. Doakan kami anak-anak didikmu agar bisa melaksanakan dalam hidup kami nilai-nilai yang telah Oppung tanamkan. Kami berdoa bagi perjalanan Oppung. Maafkan kami atas tutur kata kami yang tidak berkenan di hatimu.
(Fiorentius Sipayung,OFMCap/arsip Kapusin Medan)
Selamat jalan oppung Pastor kami, semoga beristirahat dgn tenang disisi Allah Bapa di surga.
ردحذفإرسال تعليق