Packaging is everything. Kemasan itu paling menentukan. Itulah definisi klasik marketing. Sayang, Yesus tak memakai konsep itu. Akibatnya, Yesus tidak pernah bisa dimengerti. Bahkan para murid-Nya mengatakan: “Perkataan (Dia) ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” (Yoh 6:60). Mereka pun bersungut-sungut (ay.61), tidak percaya (ay.64), berkhianat (ay.64.71), tapi juga sebaliknya, percaya dan tahu (ay.68-69).
Perkataan Yesus itu keras, sulit dimengerti dan sulit diterima. Namun, justru melalui perkataan itu, iman dan kesetiaan diuji. St Anselmus (1033-1109) mengatakan,fides quaerens intellectum, iman itu mencari pemahaman. Untuk itulah, maka Allah mengutus Roh Kudus untuk menerangi pikiran dan mata hati kita agar dapat memahami kebenaran dan kebijaksanaan-Nya (lih. Ef.1:17-19).
Dari sisi ini tampak pengakuan kesetiaan Petrus (ay.68-69) muncul karena memiliki dasar pada hubungan pribadinya dengan Yesus. Iman adalah anugerah. Ia merupakan jawaban terhadap perwahyuan Allah. Tidak ada lagi wrong packaging, kemasan yang salah, karena seperti pada Kej 1:2, terang itu (yang adalah Kristus) selalu menciptakan. Dengan kemasan kasih Allah, tentu saja.
Henricus Witdarmono
Source : hidupkatolik.com
Post a Comment