Pieta adalah sebuah kata di dalam bahasa Italia, yang artinya “turut merasakan penderitaan orang lain” (Ing. “compassion, pity”). Kata tersebut dipakai untuk menamai salah satu mahakarya buatan maestro ternama, Michelangelo. Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai mahakarya tersebut, marilah kita mengenal secara sekilas Michelangelo, sang pembuat Pieta.
Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni lahir di kota Florence, Italia pada tanggal 6 Maret 1475. Sebagai seorang arsitek, pelukis, pematung, dan penulis puisi, Michelangelo dikenal sebagai salah seorang seniman yang paling berpengaruh dalam kesenian dunia Barat. Karya-karyanya yang monumental dapat kita saksikan di Katedral St. Peter, Vatican. Karya-karya itu antara lain: lukisan pada langit-langit (fresco) Kapel Sistine (dikerjakan tahun 1508-1512), lukisan penghakiman terakhir di dinding Kapel Sistine (dikerjakan tahun 1536-1541), makam Paus Julius II, dan kubah Basilika.
Karya agung Pieta dibuat Michelangelo pada tahun 1498-1500. Pieta adalah sebuah patung yang dipahat dari sebongkah marmer Carrara. Patung tersebut dibuat atas permintaan Kardinal Jean de Villiers de la Groslaye, duta besar Perancis untuk negara Roma. Patung Pieta menampilkan sosok Maria yang sedang memangku jasad Yesus setelah penyaliban-Nya. Maria memeluk jenazah anaknya yang terbaring di pangkuannya dengan penuh kelembutan. Ia terlihat begitu sedih dan berduka. Sebab, tiada kepiluan yang lebih menyayat dari seorang ibu, selain menyaksikan darah dagingnya sendiri mati menderita. Tiada nestapa yang lebih dalam, selain dari seorang ibu yang menguburkan anak kandungnya sendiri. Oleh sebab itu, patung itu diberi nama Pieta karena Maria turut merasakan penderitaan anaknya.
Pieta adalah potret dari sebuah perjalanan panjang nan berat yang bernama ketaatan. Maria memulai perjalanan itu, tatkala ia bertekad di hadapan malaikat sang pembawa berita tentang kehamilannya yang adalah buah pekerjaan Roh Kudus, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lukas 1:38). Dan sejak saat itu, Maria pun menapaki perjalanan penuh ujian dan godaan. Ia harus menghadapi cemoohan penduduk Nazareth berkenaan dengan kehamilannya “di luar nikah”. Maria harus melahirkan di kandang yang kotor dan bau. Bersama-sama dengan Yusuf dan Sang Bayi, ia harus mengungsi ke Mesir guna menghindari kebengisan para prajurit Herodes. Dan, ujian terberatnya adalah menyaksikan anaknya sendiri, dieksekusi mati.
Source : FB umat katolik
إرسال تعليق