Latest News

Friday, April 19, 2013

Timor, Sirih dan Pinang




Mengunyah sirih pinang adalah salah satu kebiasaan orang-orang Timor. Daun sirih dimakan dengan buah pinang dan dibubuhi kapur. Reaksi percampuran bahan mentah tersebut menghasilkan air ludah berwarna merah. Seperti warna darah.
Makan sirih pinang bukan monopoli orang Timor. Masyarakat lainnya seperti Orang Papua dan Melayu juga mengenal tradisi dan budaya sirih pinang. Entah darimana munculnya ide mengunyah sirih pinang ini, yang jelasnya saat sekarang “cemilan”ini tak bisa lagi dilepaskan dari keseharian orang Timor.
Kemanapun seseorang pergi selalu tersedia sirih pinang di saku. Saku ini dibuat khusus, dan disebut aluk. Sirih pinang adalah bahan yang selalu dipertukarkan, atau dibagi-bagi setiap ada perjumpaan dengan orang lain. Bisa saja dalam saku bawaannya seseorang tidak memuat seluruh perlengkapan makan sirih: entah daun sirih saja, atau buah pinang saja. Jarang yang hanya membawa kapur. Itu karena kapur sebenarnya merupakan pelengkap , bumbu yang kadang tidak diperlukan.
Makan sirih bersama itu pertanda keakraban. Keakraban dengan yang lain, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Iya, mereka yang sudah meninggalpun sering diberi sirih pinang, ditempatkan di sebuah tempat yang dikhususkan untuk sang arwah. Entah itu di salah satu sudut rumah, atau di makam sang marhum. Toh yang akan menghabiskan sirih pinang itu ya, orang-orang di sekitar.
Bagi orang modern makan sirih pinang itu tidak praktis, merepotkan dan terkesan kurang higienis. Sisa kunyahan pasti tertinggal di gigi, dan kau tak bisa  jadi bintang iklan pasta gigi. Ludah merah yang mesti dibuang akan meninggalkan bercak yang sulit dihilangkan dan bertahan lama. Untuk menimbulkan efek psikologis yang sama, orang modern lebih memilih merokok, misalnya. Dengan merokok kau bisa dengan aman membuang abunya ke tempat asbak. Sedangkan untuk sirih pinang kau pasti kesulitan untuk membuang ludah, di beranda rumah saya  yang berlantai keramik itu.
Sirih dan pinang lantas menjadi bagian dari hampir semua ritus Atoin Meto. Sirih Pinang menjadi symbol salam dan hormat terhadap yang lain. Dengan memberi sirih dan pinang kepada seseorang anda menyatakan takzim dan hormat: “Engkau adalah sahabat saya. Mari makan sirih bersama!”
Bapak Eston diterima orang OeEkam dgn Sirihpinang
Bapak Eston diterima orang OeEkam dgn Sirihpinang
Apa nikmatnya menguyah sirihpinang? Kau akan mengajukan pertanyaan ini kalau kau bukan pemakan sirihpinang. Saya pikir tak ada jawaban. Saya juga kadang turut mengunyah sirih pinang. Rasanya sepat pada awal, lama kelamaan terasa enak. Enak? Coba saja sendiri.
Ternyata sirih pinang juga memberi efek kecanduan. Mungkin inilah alasannya kenapa akhirnya banyak orang tak bisa lepas dari sirih pinang. Datang saja ke kota Soe, misalnya. Dan kau akan menyaksikan, bahwa pada jam-jam istirahat kantor (atau sekolah), para guru dan pegawai di sana, mengobrol sambil berbagi dan mengunyah sirih pinang. Datang saja ke kampung-kampung Atoin Meto, dan kau akan menyaksikan malam yang membosankan tanpa sirihpinang.
Efek lanjutannya, adalah pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pasar desa. Sirih pinang adalah barang dagangan yang paling laris di antara barang-barang lainnya di pasar-pasar desa di pedalaman Timor. Pasar mingguan itu juga menjadi semacam tempat rekreasi orang kampong. Dan sirih pinang pasti takkan dilupakan.
Dan terakhir para ahli ternyata masih terus berdebat. Ada yang bilang sirih pinang bisa menyebabkan kanker. Ada yang membantah, bilang sirih pinang menguatkan gigi. Tapi efek yang paling saya rasakan adalah, lidah saya menjadi kaku, sehingga sulit berbicara dengan vocal yang jernih. Jadi saya memilih untuk tidak membiasakan makan sirihpinang. Bagaimana dengan Anda?
Saling berbagi sirihpinang di okomama
Saling berbagi sirihpinang di okomama

Source : aklahat.wordpress.com

No comments:

Post a Comment

Tags