Pastor Isaac Poobalan dari Gereja St. Yohanes, Aberdeen, menawarkan sebagian ruangan gereja untuk tempat ibadah umat Muslim setempat yang dipimpin Imam Ahmed Megharbi
Apa yang terjadi di kota Aberdeen, Skotlandia, ini adalah salah satu cermin kerukunan beragama yang sesungguhnya.
Gereja Episkopal St. Yohanes di Aberdeen menjadi gereja pertama di Inggris Raya yang memberikan sebagian ruangan bangunan gereja sebagai tempat umat Muslim setempat menjalankan ibadah salat lima waktu.
Keputusan ini diambil pihak gereja karena masjid yang terletak tak jauh dari gereja itu kapasitasnya terlalu kecil sehingga sebagian dari umat Islam terpaksa menjalankan ibadahnya di tepian jalan.
Pastor Isaac Poobalan dari Gereja St. Yohanes akhirnya “meminjamkan” sebagian ruang aula gereja kepada Imam Kepala Ahmed Megharbi sebagai tempat ibadah umatnya.
Pastor Poobalan mengatakan, dia merasa tak menjalankan imannya jika tidak menawarkan bantuan kepada sesamanya yang membutuhkan.
“Berdoa tidak ada yang salah. Tugas saya adalah mengajak orang untuk berdoa,” kata Pastor Poobalan.
“Masjid mereka sangat kecil, setiap kali mereka beribadah, terlalu banyak orang di luar masjid, bahkan pada saat angin kencang dan turun hujan,” tambah Pastor Poobalan.
“Saya tak bisa membiarkan ini terjadi begitu saja. Jika saya biarkan, saya akan mengabaikan apa yang diajarkan agama kepada saya, tentang bagaimana kita memperlakukan tetangga kita,” lanjutnya.
“Saat saya mendiskusikan masalah ini dengan umat gereja, seseorang memang mengatakan itu bukan masalah kami, tapi bagi saya itu masalah bersama,” paparnya.
Ia mengenang dia pernah melihat umat Muslim terpaksa beribadah di ruang terbuka saat salju turun dan cuaca sangat dingin.
“Pemandangan itu sangat sulit saya lupakan,” ujar Pastor Poobalan.
“Kami memiliki sesuatu untuk ditawarkan dan mereka beribadah dalam cuaca dingin. Saya lalu mengatakan kepada umat bahwa kami harus melakukan sesuatu,” kenangnya.
Selain memberi bantuan tempat ibadah, ia ingin ikut membantu menjadi jembatan antara umat Kristen dan Islam, apalagi sebagian umat gerejanya menentang rencananya itu.
Namun, Pastor Poobalan tetap pada pendiriannya untuk menawarkan bantuan kepada umat Muslim.
“Apa yang saya lakukan ini sangat mendasar, tak ada hubungannya dengan agama. Semua hanya karena saya ingin membantu sesama yang membutuhkan,” tegasnya.
Ia menyadari sebagian umat memang menentang keputusannya, lebih karena hal semacam itu belum pernah terjadi sebelumnya.
“Pada saatnya, umat akan menyadari bahwa lebih banyak persamaan ketimbang perbedaan di antara kami,” tambahnya.
“Saya berharap dan berdoa, langkah kecil ini bisa membantu mempererat hubungan kedua agama,” katanya.
Ternyata, keraguan juga muncul dari sisi umat Muslim. Sebab, sebelumnya mereka belum pernah mendapat tawaran seperti itu.
“Namun, akhirnya mereka menerima dan ini adalah awal sebuah hubungan yang positif,” ujar Poobalan.
“Apa yang terjadi di sini sangat istimewa dan seharusnya langkah seperti ini bisa diadopsi di seluruh negeri,” kata Syekh Ahmed Megharbi dari Masjid Jami Syed Syah Mustafa.
“Hubungan antara kedua agama sangat bersahabat dan saling menghormati,” tambah Megharbi.
Sumber: kompas.com
Post a Comment