IN MEMORIAM P. BONIFASIUS SARAGIH OFMCap
11 April 1980 - 08 Juli 2013
Para teman terkasih.
Masih saja ada orang yang bertanya kepada saya apa penyebab kematian dari pastor tercinta ini. Berikut ini saya posting tulisan dari Propinsial kami P. Emmanuel Sembiring OFMCap yang menceritakan proses meninggalnya pastor ini. Dalam tulisan itu sebutan "saudara" selalu dipakai, sebab itulah sebutan yang resmi bagi kami para anggota ordo Kapusin. Ini dia tulisan beliau yang ditujukan kepada kami para anggota ordo Kapusin:
"Hari Senin tgl 08 Juli 2013 jadwal pelayanan Sdr. Bonifasius Saragih ialah meneguhkan pernikahan Sarifin Harjono Marpaung dengan Kristina br. Sibarani di gereja St. Pius X, Aekkanopan pukul 10.00. Sebelumnya, Sdr. Bonifasius memasak sarapan bagi saudara-saudara Kapusin; karyawati memang sudah dua minggu tidak bekerja. Sdr. Bonifasius kemudian menyapu seluruh lantai satu pastoran dan mengepelnya, membersihkan halaman pastoran di samping gereja; ini agaknya kurang biasa dilakukannya. Pukul 08.00 lebih, ia masuk kamar, mempersiapkan diri untuk peneguhan pernikahan yang disebut di atas.
Dalam gereja Aek Kanopan
Perayaan liturgi pernikahan dimulai pukul 10.00. Saat Sdr. Bonifasius menyampaikan homili, terdengar oleh Sdr. Hyasinthus Sinaga dan Sr. Selestina Sinaga yang berada di depan pastoran yang tadi dibersihkan oleh Sdr. Bonifasius, bahwa Sdr. Bonifasius amat bersemangat bahkan menjurus terlalu semangat. Kata ibu salah satu pengantin, “Homili Pastor Bonifasius amat baik dan disampaikan secara bersemangat”. Ketika hendak melanjutkan perayaan bagian panangkasion, saat kedua calon pengantin sedang berjalan untuk peneguhan perkawinan mereka, Sdr. Boni merasa tidak kuat lagi melanjutkan perayaan. Saat itu kira-kira pukul 10.30. Ia minta istirahat, setelah minta maaf di hadapan umat, lalu duduk di kursi panti imam dan minta minum kepada kostres, Sr. Blandina Bali KYM. Ketika Sr. Blandina menyodorkan air minum, tiba-tiba tempat air minum itu jatuh. Sr. Boni tidak lagi kuat hanya memegang gelas minuman. Buku perayaan juga terjatuh dari tangannya, ia merasa terserang stroke. Sr. Belandina bergegas menemui Sdr. Hyasinthus yang kebetulan berada di depan pastoran. Sementara itu Sdr. Boni masih berupaya berdiri untuk melanjutkan perayaan tetapi ia tidak mampu lagi. Saat itu Sdr. Hyasinthus masuk ke gereja. Sdr. Boni sudah amat lemas. Sepatunya dilepas oleh Sdr. Hyasinthus. Lalu Sdr. Boni dibopong, dipapah, ke ruang pastoran dan di baringkan di ruang televisi. Sementara itu perayaan pemberkatan tadi diteruskan oleh Sdr. Hyasinthus Sinaga.
Di pastoran di ruang TV
Sdr. Bonifasius mendapat pertolongan pertama dari seorang seorang perawat, Ibu br. Rajagukguk, dicoba urut kaki dan tangannya oleh beberapa umat dan suster. Bidan mengukur tekanan darah Sdr. Boni. Tidak terdeteksi, tensi sepertinya melompat-lompat. Tapi akhirnya toh diketahui tekanan darah Sdr. Boni saat itu 200. Segera dipanggil dokter yakni dr. Sartono. Sdr. Boni muntah, ada sedikit darah keluar. Dokter ini kembali mengukur tensi Sdr. Boni, tensinya tetap tinggi dan tidak stabil. Dokter Sartono menyarankan segera di bawa ke klinik Flora, di sana ada spesialis. Proses ini berlangsung sekitar 45 menit. Sdr. Boni dilarikan ke klinik tersebut. Di dalam mobil ikut Sdr. Oscar, beberapa orang umat. Di tengah perjalanan Sdr. Boni mengorok. Sdr. Oscar coba memberi semangat dengan mengatakan, sebentar lagi saja kita sudah tiba di rumah sakit. Sdr. Boni mengorok lagi.
Di Klinik Flora
Sdr. Bonifasius segera dibawa ke ruang khusus untuk diperiksa oleh tim medis. Oksigen dan infus dipasang. Diperiksa keadaan kadar gula dalam tubuhnya. Normal. Tekanan darahnya menjadi 100/70. Sdr. Boni kembali muntah. Jadi menurut dokter bukan gula yang membuat Sdr. Boni seperti keadaannya sekarang. Ditanya riwayat sakitnya. Sdr. Boni tergolong hipertensi. Dokter memutuskan untuk segera dibawa ke Medan. Oscar menghubungi pihak RS Elisabeth bahwa Pastor Bonifasius Saragih akan dibawa segera ke RSE. Sdr. Oscar segera kembali ke pastoran mengambil pakaian Sdr. Boni seperlunya. Ketika Sdr. Oscar kembali tiba di klinik Flora, keadaan Sdr. Bonifasius tampaknya makin kritis. Sdr. Hyasintus juga sudah tiba di klinik Flora saat itu. Saat itu sedang dipasang keteter. Eh sekitar lima menit lagi dikatakan, Sdr. Bonifasius telah meninggal. Dokter segera dipanggil untuk kepastian. Dalam suratnya No. 311/KF/VII/2013 tanggal 08 Juli 2013, dr. Ferdinand Pohan, dokter umum klinik Flora Aekkanopan menerangkan, “Rado Harapan Saragih (Sdr. Bonifasius) masuk pukul 11.20 dan meninggal dunia pukul 11.45 dengan diagnosa Suspek Stroke Hemorogik.
Sdr. Bonifasius berangkat ke rumah Allah Bapa dan meninggalkan kita di saat ia melaksanakan pelayanan yang dianugerahkan Allah kepadanya melalui Gereja.
Kembali ke pastoran
Sekitar pukul 12.30 jenazah Sdr. Bonifasius dibawa ke pastoran dan dibaringkan di aula paroki. Di tempat ini, demikian kata Sdr. Hyasinthus, tim medis memasukkan formalin secukupnya ke dalam jasad Sdr. Bonifasius. Umat datang melayat dan pukul 23.00 juga kedua pengantin, Sarifin Harjono Marpaung bersama Kristina br. Sibarani, datang melayat Sdr. Bonifasius. Terima kasih sedalam-dalamnya kepada DPP Aekkanopan dan seluruh umatnya yang penuh kasih merawat dan menemani Sdr. Bonifasius. Ia telah kamu antar dengan sangat baik ke tempat ini dan tiba pukul 12.30.
Seyogianya hari ini, Rabu tgl 10 Juli 2013, Sdr. Bonifasius Saragih melayani peneguhan pernikahan di Stasi Seijuragan. Pelayan ini diambil alih oleh RP Kartolo Malau dari Paroki Kisaran. Terima kasih kepada RP Kartolo, beliau adalah anak dari Paroki Aekkanopan."
Source : FB Leo Sipahutar Ofmcap
Post a Comment