Latest News

Monday, September 16, 2013

KISAH PERJALANAN ROSALIND MOSS KE DALAM GEREJA KATOLIK

Foto: KISAH PERJALANAN ROSALIND MOSS KE DALAM GEREJA KATOLIK

Sapaan seorang sahabat kepada para sahabatnya:

Kata-kata ini sungguh mempunyai daya kekuatan bagi setiap telinga yang mendengarnya: "Maria, ibu Yesus dan Sr. Rosalind Moss adalah dua gadis Yahudi yang memberi sesuatu kepada Tuhan mereka dengan cara yang berbeda."(Tentunya kita tidak bisa membandingkan keduanya dalam apa yang mereka berikan dalam karya keselamatan Allah tapi dari latar belakang bangsa/agama Yahudi mereka). Yahudi bagaikan ulat (caterpillar)  dan Katolik adalah kupu-kupunya (Butterfly)."

Bagaiman kisah perpindahan Rosalind Moss ke dalam Gereja Katolik? Bacalah kisah berikut ini:


SUSTER ROSALIND MOSS: 
(Mantan YAHUDI dan Evangelis PROTESTAN)
 

RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Aku bertumbuh dalam tradisi Yahudi. Kuteringat akan sebuah perasaan special di dalam masa kecilku bahwa hanya satu Allah dan kami adalah umat-Nya. Akan tetapi karena kami berada di luar Negara dan tradisi Yahudi, maka saudaraku David, telah menjadi seorang Ateis, dan aku, mungkin akan menjadi seorang agnostik.

Suatu waktu aku mengunjungi David, saudaraku. Dalam percakapan selama kunjungan itu, David mengatakan kepadaku bahwa dia telah membaca sebuah artikel yang menceritakan tentang bagaimana orang-orang Yahudi, yang hidup di dunia sekarang ini, telah percaya bahwa Yesus adalah Mesias untuk orang Yahudi, sementara kita yang lain masih menunggu kedatangan-Nya sesuai ajaran kita orang Yahudi. Aku sangat terkejut ketika mendengar itu. Aku berpikir kembali tentang semua tahun yang telah kulewati ketika kami duduk makan bersama dalam Paskah orang Yahudi sambil berharap bahwa Mesias akan datang segera, bahwa kami tahu Dialah saatu-satunya harapan kami. Dan sekarang David mengatakan kepadaku bahwa ada banyak orang Yahudi yang telah percaya bahwa Mesias sudah datang?

Lalu, aku berkata kepada David; Maksudmu bahwa orang-orang Yahudi itu telah percaya bahwa Mesias sudah datang ke bumi? Tapi, kenyataannya dunia tak berubah. Dan Dia telah meninggalkan kita semua?”


PERTEMUAN DENGAN ORANG-ORANG YAHUDI YANG PERCAYA KEPADA KRISTUS

Dalam rentang waktu 3 bulan setelah percakapanku dengan David, Aku pindah ke California dan bertemu dengan beberapa orang Yahudi yang telah percaya pada Kristus. Mereka tidak hanya percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, tetapi bahwa Dia adalah Allah yang telah datang ke dunia! Bagaimana mungkin mereka sampai pada kesimpulan dan kepercayaan seperti itu. Bagaimana mungkin seorang MANUSIA menjadi ALLAH? Bagaimana Anda bisa memandang Allah dan tetap masih hidup? Demikian kataku menenatang mereka, yang sesuai dengan ajaran agama Yahudiku.

Hidup dapat berubah dalam semalam; Aku berada bersama sebuah group orang-orang Yahudi yang telah percaya pada Kristus, semua orang Kristen – Protestan Evangelis. Mereka berkata kepadaku bahwa Allah telah menebus kita dengan Darah-nya dan mengampuni dosa-dosa kita – Mereka menjelaskan kepadaku bagaimana dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yang menggambarkan tentang anak domba yang dikorbankan untuk menghapus dosa-dosa orang Yahudi, kini telah digantikan dan terpenuhi dalam Diri Yesus, Sang Almasih.

Jika itu adalah anak domba; itu harus anak domba jantan, berumur 1 tahun, dan harus sehat (tak bercacat dan tak bernoda). Walaupun ini hanya sebuah symbol tapi kami, Orang Yahudi percaya bahwa dengannya dosa-dosa kami dihapus oleh Yahweh. Darah anak domba yang diperciki di altar sebagai korban persembahan kepada Allah akan menghapus dosa-dosa umat, lebih khusus dia yang berdosa, yang karenanya imam mempersembahkan korban itu anak domba itu.
Aku mengerti mengapa Allah memintah binatang yang tak bercacat dan tak bernoda untuk penghapusan dosa-dosa kami. Ini sungguh mendatangkan ketertarikan bagiku bahwa dosa tidak berarti di mata Allah setelah korban diberikan. Orang-orang percaya ini menjelaskan bahwa binatang-binatang korban itu hanyalah sementara, dan bahwa tindakan itu akan diulangi kembali, dan bahwa binatang-binatang ini tidak sempurna dalam dirinya. Semuanya harus mengarah kepada YANG SATU, yang menjadi SATU-SATUnya yang akan datang suatu hari, yang akan berkorban bukan hanya untuk dirinya atau seorang manusia saja, tapi untuk dosa seluruh dunia dari segala zaman.

Dan semua tradisi Yahudi itu dipenuhi dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, di mana binatang korban untuk silih dosa-dosa itu terpenuhi dalam Diri Yesus seperti yang dikatakan oleh Penginjil Yohanes; “Ketika Yesus datang dan Yohanes Pembaptis melihat-Nya, ia berkata; Lihatlah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia.”(Yoh 1:29) Anak Domba Allah, satu-satunya yang telah berkorban sekali untuk semua seperti yang dikisahkan dalam Perjanjian Lama.

Aku tidak dengan mudah percaya pada apa yang telah samar-samar mulai kumengerti. Problem terbesar di pikiranku adalah TIDAK MUNGKIN SEORANG MANUSIA MENJADI ALLAH. Akan tetapi aku menyadari bahwa malam itu bahwa jika Allah Ada, maka ALLAH DAPAT MENJADI MANUSIA. Allah dapat menjadi segalanya dan menjadi sesuatu yang Dia  inginkan untuk menjadi. Aku tidak sedang mengatakan bagaimana sesuatu menjadi Allah. Itu bukan maksudku.

Tidak membutuhkan waktu yang panjang dan lama setelah itu, di mana aku memberi hidupku untuk Kristus. Allah mengubah hidupku dalam semalam. Aku tahu jika sesuatu tentang evangelis, atau Protestan secara umum, namun tidak mendetail. Aku menjadi seorang Kristen. Aku memiliki relasi khusus dengan Allah untuk semua dan untuk segala yang hidup. Aku ingin mengambil sebuah megafon dan berteriak keras-keras kepada dunia bahwa Allah Ada dan bahwa semua orang harus tahu tentang Dia.



PANDANGAN GEREJA KATOLIK

Pelajaran pertamaku tentang  Kitab Suci sebagai seorang Kristen diberikan oleh seorang mantan Katolik, yang kemudian aku kenal sebagai MANTAN PASTOR. Dengan demikian, aku belajar dari awal bahwa Gereja Katolik adalah sebuah aliran pemuja berhala, sebuah system keagamaan yang salah, yang telah dan sedang memimpin jutaan orang kepada kesesatan. Selama setahun, aku menentang Gereja Katolik karena pengetahuan itu, mencoba untuk menolong orang-orang Katolik yang telah salah, bahkan semua orang untuk keluar dari lingkaran Gereja Katolik yang menyesatkan itu, menuju kepada sebuah hubungan yang benar dengan Kristus melalui satu-satunya Kekristenan yang benar yakni tahu dan percaya dengan seluruh hati.
Kira-kita setahun berlalu ketika aku memberi diri kepada Kristus dan bahwa David mengatakan kepadaku bahwa dia pun telah percaya dan bahwa Kristus adalah Allah. Baginya, percaya berarti dia harus memberi hidupnya kepada Kristus. Tetapi dia sendiri belum siap untuk menyerahkan diri seluruhnya kepada salah satu gereja/denominasi pada saat itu.

Meningkatnya jumlah denominasi Protestan dan bertumbuhnya beragam kelompok Protestan di hadapan David, yang datang dengan ajaran mereka masing-masing bahwa Kristus telah mendirikan Gereja-Nya di dalam dan di atas kelompok mereka semakin membuatnya bingung untuk menjatuhkan pilihan. David, Lalu, bertanya; dimana kesatuan seperti yang didoakan oleh Yesus? Bagaimana mungkin setiap kelompok mengklaim bahwa ajaran dan gereja merekalah yang benar, dituntun oleh Roh Kudus, tetapi hadir di hadapan David dengan menawarkan begitu banyak interpretasi yang berbeda tentang Kitab Suci, yang satu dan sama?

Hal ini sungguh menjadi perhatian serius David, yang menuntunnya untuk belajar memperdalam Gereja Katolik dengan ajaran-ajarannya. Aku sangat menyayangkan dan merasa sangat mengerikan dengan apa yang sedang dijalani oleh David. BAGAIMANA MUNGKIN IA MAU MENJADI SEORANG KRISTEN YANG SEJATI TAPI IA TERTATIK KADAPA KATOLIK? Demikian, kata hatiku.

Saat itu Natal tahun 1978 ketika aku mengunjungi lagi David. Dia mengajakku untuk pertama kalinya bertemu dengan seorang biarawan yang darinya dia telah belajar dan yang kuyakini bahwa dia adalah seorang utusan iblis yang sedang menuntun David, saudaraku menuju kesesatan/kebinasaan.

Aku duduk dengan perasaan tidak bahagia selama misa berlangsung dan diam selama perjalanan pulang ke rumah David dari biara itu. Dan, akhirnya aku membuka percakapan dan bertanya kepada David; “Gereja itu seperti sebuah Synagoge, tetapi bedanya bahwa di sana ADA KRISTUS.”

David menjawabku: “Itu benar!”

Aku mencelahnya; “Tidak David…Anda salah!”

Kristus adalah kepenuhan hukum. Aku memberi alasan; Semua ritual dan segala aturannya harus disingkirkan dalam iman seorang Kristen yang benar. Aku merasa sangat terpukul di dalam hati dan jiwaku dan bertanya, bagaimana mungkin David telah jatuh semakin dalam dan jatuh ke dalam sebuah kesalahan seperti itu?

Apakah David benar-benar berada dalam sebuah kebingungan yang mencekam? Apakah dia mengerti bahwa semua ritual dalam liturgi harus ditanggalkan karena percaya pada Kristus?

David menjadi seorang Katolik pada tahun 1979. Percakapan kami lewat telepon antara California dan New York sangat mahal pada tahun itu dan tahun-tahun setelahnya. Semakin ia mendalami kepercayaan Katolik yang aku pikir adalah ajaran sesat, semakin juga aku semakin berjuang untuk menyakinkannya akan iman Kristen yang benar dari latar belakang ajaran Protestan Evangelisku.



LULUS SEKOLAH DAN PELAYANAN BARU

Setelah menyelesaikan studi Kitab Suci pada institute di gerejaku, Aku melanjutkan ke program masteral pada Seminari Teologi Talbot di La Mirada, California, sambil melayani sebagai kapelan wanita di penjara di Lancaster, California. Keinginan terbesarku selama studi masteral adalah menjadi staff sebuah gereja lokal, yang secara khusus mengajar para wanita, membantu mereka untuk bertumbuh secara benar sebagai keluarga Kristen sesuai dengan Kitab Suci.

Allah yang memberikan kita keinginan di dalam hati adalah Allah yang sama yang membawa kita untuk menghasilkan buah-buah dalam Roh.
Setelah menyelesaikan studi di Talbot pada bulan Mei tahun 1990, aku dipanggil untuk menjadi staf Persahabatan Evangelis Gereja di Orange County, California sebagai direktur pelayanan wanita.

Dalam masa transisi  pelayanan sebagai kapelan penjara kepada pelayanan di gereja lokal, aku mempunyai kesempatan untuk mengunjungi David, saudaraku di New York.  Itu terjadi pada tahun 1990. Dalam sebuah percakapan yang panjang dan melelahkan, David bertanya kepadaku; “MENGAPA PARA EVANGELIST SEPERTINYA TIDAK INGIN BEKERJA UNTUK PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN? Bukankah Yesus telah berdoa agar SEMUANYA AKAN MENJADI SATU?”
Aku menjawabnya; “Benar, Yesus berdoa agar kita kelak menjadi satu, sama seperti Dia dan Bapa-Nya adalah Satu…tetapi bukan pada kenyataan seperti yang kita bayangkan di dunia ini.

Dengan jawaban itu, David meneruskan pertanyaannya kepadaku, jika saya pernah melihat dan membaca sebuah majalah yang telah disebarkan di seluruh Amerika dengan judul; “DI ATAS BATU KARANG INI, yang digambarkan sebagai GEREJA KATOLIK,” demikian tulisa Majalah apologetik Katolik itu.  Aku tidak bisa menangkap maksud dua kata itu yang dipadukan dan saling melengkapi. Aku tak pernah tahu bahwa Katolik telah memiliki sebuah sikap untuk mempertahankan dan membela iman mereka – Tidak ada orang Katolik yang pernah berbicara denganku tentang Injil. Lebih dari itu, aku tidak pernah tahu bahwa orang-orang Katolik menaruh perhatian yang serius bahwa setiap orang di luar kelompok mereka harus mengetahui kebenaran ini. Aku lalu mengambil Majalah itu dan membawanya ke California karena keinginan tahuanku dan juga karena penghargaan terhadap orang lain bahwa sesuatu dari mereka harus juga diketahui oleh orang lain, sekurang-kurangnya, percaya adalah kunci kehidupan – bahkan jika mereka salah. Di dalam Majalah yang sama masih kutemukan judul tulisan: “SEORANG PENDETA PRESBITERIAN MENJADI KATOLIK.”
Tidak ada jalan lain, aku menyakinkan diriku. Aku tidak pusing dengan apa yang dia katakan tentang semuan cerita perpindahannya ke Katolik. Bagiku, pelayan Presbiterian ini telah mengambil jalan yang salah. Ia telah meninggalkan kekristenan sejati dan berpindah menjadi pemuja berhala yakni sebagai anggota Gereja Katolik.

Aku lalu memesan empat serial dari Majalah itu yang menceritakan tentang kisah mantan Pendeta Presbiterian (YANG TIDAK LAIN ADALAH “SCOTT HAHN). Termasuk juga dua bagian debatnya dengan seorang Profesor dari Seminari Teologi Westminster tentang topik pembenaran (HANYA IMAN SAJA yang dipertentangkan dengan IMAN DAN PERBUATAN) dan MAGISTERIUM (KITAB SUCI SAJA yang dipertentangkan dengan KITAB SUCI DAN TRADISI). Kesimpulan Scott Hahn yang dirangkai dengan sejarah awal Kekristenan (Gereja Katolik) yang ditampilkan sebagai sebuah tantangan berarti dalam dunia Kekristenan dewasa ini sungguh mendatangkan kekaguman bagiku.
Bagi semua yang akan mengeritik Gereja Katolik dan menghakiminya dengan bukti-buktinya, Scott Hahn berkata bahwa, mereka akan tiba pada sebuah moment yang disebut “KEGONCANGAN SUCI dan SESUATU YANG MENGAGUMKAN” di mana Anda akan menemukan bahwa Gereja yang telah berjuang mempertahankan kekristenan sejak awal terhadap serangan orang lain, adalah GEREJA KATOLIK, GEREJA YANG DIDIRIKAN OLEH YESUS SENDIRI DI ATAS BUMI INI.

“KEGONCANGAN SUCI” hanyalah serumpun kata untuk menggambarkan apa yang aku sedang alami pada saat itu. O, tidak, jangan katakan kepadaku bahwa di sana akan ada kebenaran tentang ini. Cara berpikir seperti ini telah memperlemah daya pikirku. Aku tidak dapat percaya bahwa aku sedang berpikir. Dan situasi ini mendatangiku pada saat yang aku sendiri tidak inginkan, yakni  dalam rentang dua Minggu ke depan aku akan memulai pelayanan di sebuah gereja baru.



PERTANYAAN YANG TIDAK DIHARAPKAN

Aku membaca kembali pernyataan dokrin dari Kelompok Pesahabatan denominasi yang akan segera aku pimpin. Termasuk juga sejarah pendirinya, George Fox, yang bertobat secara dramatis pada aba ke-17 dengan sebuah perasaan cinta yang mendalam untuk Allah. Dalam keinginannya bahwa Allah akan disembah di dalam Roh dan Kebenaran, Fox hanya mengizinkan adanya dua sakramen,  yang telah ditinggalkan oleh Martin Luther yakni BAPTIS DAN EKARISTI – bahwa iman memainkan peranan penting dalam bahan anggur, roti, dan air lebih daripada  iman akan Allah yang seharusnya diutamakan.

Aku sangat mencintai keinginan terdalam George Fox, tetapi aku percaya bahwa dia telah salah. Sakramen Baptis dan Ekaristi adalah perintah Kitab Suci, meskipun aku percaya bahwa mereka (kedua sakramen) itu hanyalah simbol belaka. Pemikiran ini telah membentuk dan mengurung aku; 

Sepanjang dua tahun berikutnya bersama dengan para staf di dalam kelompok yang kupimpin, aku memesan lagi beberapa buku dan berbagai artikel lain dari Majalah THIS ROCK, meskipun aku tidak begitu tertarik dengan segala sesuatu tentang Katolik namun aku tetap mengizinkan segala sesuatu tentang Katolik masuk ke dalam emailku. Ketika aku berkata kepada David tentang penemuanku, dia menantang aku untuk mendalami lagi tentang ajaran SOLA SCRIPTURA dengan berkata; “ROS, DI MANA KITAB SUCI MENGAJARKAN TENTANG SOLA SCRIPTURA?” Pertanyaan ini sungguh sangat menggangguku. Aku telah mendengar itu sebelumnya dan lebih memilih untuk menolak menjawabnya. Aku, lalu, menjawabnya, “Jika ENGKAU SUNGGUH MENGETAHUI KRISTUS, JIKA ENGKAU PERCAYA BAHWA KITAB SUCI ADALAH SABDA ALLAH, JIKA ROH KUDUS BEKERJA DI DALAM HIDUPMU, MENERANGIMU DAN MEYAKINKANMU AKAN SABDANYA KEPADAMU, maka ENGKAU BAHKAN TIDAK AKAN PERNAH MENGAJUKAN PERTANYAAN SEPERTI ITU.” MENGAPA ENGKAU MEMFOKUSKAN PERHATIAN PADA MAGISTERIUM YANG MENGKANONKAN KITAB SUCI LEBIH DARIPADA MENYERAHKAN DIRI DAN HIDUP SESUAI DENGAN KITAB SUCI itu sendiri?”

Dia mencoba untuk menyakinkanku bahwa dia percaya kepada Kitab Suci yang menjadi Sabda Allah, yang penuh inspirasi dan kuasa. Tapi, dia bertanya, “DIMANA KITAB SUCI MENGATAKAN ITU BAHWA HANYA KITAB SUCI SAJA SEBAGAI KUASA TERTINGGI?”Dan di mana Kitab suci, Sabda Allah mendefinisikan tentang hal itu?

Mencoba membenarkan diri, aku membuka dan membaca beberapa ayat Kitab Suci (2Tim 3:16-17, 2Ptr 1:20-21, dan ayat-ayat lainnya). Tetapi tidak ada satu pun yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Justru, sebaliknya ayat-ayat itu menyisakan pertanyaan susulan; “BAGAIMANA KITA TAHU BAHWA PERJANJIAN BARU ADALAH SEBUAH KITAB SUCI?” Ayat-ayat ini hanya merujuk pada Kitab Suci Perjanjian Lama, sementara Perjanjian Baru belum ditulis, sekurang-kurangnya seluruh Kitab.

Sebagaimana aku telah mendalami hal ini, aku telah masuk berhadapan muka dengan kenyataan bahwa Kitab Suci  TIDAK PERNAH MENGAJARKAN TENTANG “SOLA SCRIPTURA.” Tidak menemukan jawaban yang memuaskan tentang keasliannya dalam penelitianku, aku mulai bertanya kepada beberapa pendeta dan guru dan pemimpin kelompok Kitab Suci tentang pertanyaan yang sama seperti yang diajukan oleh David kepadaku. Tidak ada seorang pun yang mampu menjawabnya dari Kitab Suci. Setiap orang muncul dengan memberikan ayat-ayat yang sama seperti yang kuberikan kepada David dalam diskusi kami, yang mana tidak ada satu ayat pun yang mengajarkan tentang “Sola Scriptura,” sebagai kuasa tertinggi dalam iman.
Ayat-ayat ini sungguh membuatku terbebani pada saat itu, yang tak pernah datang dalam memori setiap orang. Bagaimana pun, ini sesuatu yang mengagumkan, aku pikir. KITA SEDANG MENGAJARKAN TENTANG AJARAN BAHWA HANYA KITAB SUCI SAJA, SEMENTARA KITAB SUCI SENDIRI TIDAK PERNAH MENGAJARKAN TENTANG ITU.” Ini mengatakan kepadaku bahwa PARA EVANGELIS MENGAJAR SESUATU YANG SEBENARNYA TIDAK PERNAH DIAJARKAN OLEH KITAB SUCI ITU SENDIRI. Sesuatu sedang salah, pikirku. JIKA KITA SALAH TENTANG HAL INI, BUKANKAH AKAN MENJADI SALAH ATAU BUTA TENTANG AJARAN LAINNYA?”Demikian kataku dalam hati.

Bagaimana dengan semuanya ini? Aku berpikir, bahwa Protestan menerima kanonisasi Kitab Suci – percaya bahwa Allah, yang menginspirasikan Kitab Suci, juga dipimpin oleh Roh Kudus, yang telah memilih manusia dari abad ke-4 dan ke-5 untuk memilih dan membeda mana yang Kitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan mana yang tidak, sementara kita orang Protestan sekarang menolak apa yang telah diajarkan oleh Gereja sejak awal tentang EKARISTI, BAPTISAN, SUKSESI APOSTOLIK dan banyak lagi yang lain? Selanjutnya, tidak hanya ribuan tahun sebelum Kitab Suci dicetak dan dibagikan kepada umat, tetapi selama berabad-abad Kitab Suci telah menjadi penting dalam sejarah Kekristenan itu sendiri. Lalu, sekarang kita, orang Protestan mengajarkan sesuatu yang lain untuk membenarkan diri dan ajaran kita masing-masing?

Lagi, bagaimana terjadi bahwa setelah 500 tahun sejak Reformasi, dengan Kitab Suci di tangan dan dicetak dalam berbagai bahasa telah MENGHASILKAN RIBUAN DENOMINASI, YANG MASING—MASING BERBEDA DALAM AJARAN DAN PENAFSIRANNYA PADAHAL SEMUA MENDASARKANNYA PADA KITAB SUCI?



MENEMUKAN KEBENARAN IMAN KATOLIK

Aku mulai membaca semua yang dapat kubaca, di mana pun aku berada mendapatkannya, sampai aku mengetahuinya setelah dua tahun bahwa aku perlu meninggalkan gerejaku di California dan mengabdikan diriku pada pencarian di luar sana, apa yang sebenarnya Gereja Katolik ajarkan tentang kebenaran, tentang apa yang seharusnya benar dalam iman. Aku berpindah ke New York dan mulai  belajar tentang semuanya secara intensif selama dua setengah tahun. Untuk beberapa bulan, aku membaca setiap karya atau buku dari para pendeta Protestan yang bertentangan atau melawan ajaran Gereja Katolik. AKu ingin mengetahui apa yang sebenarnya yang ditolak atau ditentang oleh kaum Protestan terhadap atau dari Gereja Katolik.

Terhadap kekecewaanku yang sangat dalam, aku menemukan bahwa para penulis, untuk hampir semua bagian dari tulisan mereka, SELALU MENENTANG SESUATU YANG LAIN, YANG TIDAK DIIMANI (DIAJARKAN) OLEH GEREJA KATOLIK atau SESUATU YANG BUKAN IMAN KATOLIK. Mereka semua menentang apa yang mereka pikir bahwa itu dipikirkan (diimani) oleh Gereja Katolik, dan itu menampakkan ketidakmengertian mereka tentang iman Katolik. Ungkapan Uskup Agung FULTON SHEEN semakin menyakinkanku tentang kesalahan para teolog Protestan dan pengeritik Gereja Katolik yakni: “TIDAK LEBIH DARI SERATUS ORANG DI AMERIKA YANG MEMBENCI GEREJA KATOLIK. BAGAIMANA PUN, ADA RIBUAN DI SANA, YANG MEMBENCI APA YANG MEREKA SENDIRI PERCAYA SECARA SALAH ADA DI DALAM GEREJA KATOLIK.”

Setiap penemuan tentang ajaran Gereja Katolik di California menuntunku untuk membeda dan menilai banyaknya ajaran para Evangelis yang tersebar saat itu. Dan, dengan setiap pemikiran yang menarikku semakin dekat kepada Gereja Katolik, sebuah perasaan yang mematikan, menjerit di dalam batinku karena aku akan meninggalkan semua jemaatku di California, sebuah komunitas Kristen yang telah membentuk iman kekristenanku, dan yang sangat kucintai selama 18 tahun sampai saat itu.

Jawabanku pada waktu itu sangat sederhana; “Itulah apa yang harus kuperjuangkan untuk kutemukan dalam perjalanan imanku.”
Setahun setelah itu, sejujurnya aku katakan: TIDAK, SAYA TIDAK AKAN MENJADI SEORANG KATOLIK, TETAPI APAKAH AKU HARUS TETAP MENJADI SEORANG EVANGELIS PROTESTAN?” Aku telah menjadi seorang Kristen dengan sebuah rumah yang nyaman, komunitas gereja lokalku di California. Aku tidak dapat membayangkan bahwa aku akan dan harus menjadi seorang Katolik, tetapi apakah, lalu, aku harus tetap menjadi seorang Evangelis, tempat dari mana aku telah datang dan harus meninggalkannya karena penemuan kebenaran yang baru di dalam Gereja Katolik?

Ada 3 buku yang secara radikal sangat membantuku sepanjang perjalanan imanku, yakni; Karya Kardinal John Henry Newman.,: Essay on the Development of Christian Doctrine; Dietrich von Hildebrand., “Liturgy and Personality,” dan dari Karl Adam., The Spirit of Catholism.” Semakain aku membacanya, semakin aku mulai merasakan sebuah keindahan, sebuah kedalaman, sebuah kepenuhan karya Allah untuk Gereja-Nya dibalik semua yang telah aku ketahui.



MENGHADIRI MISA UNTUK PERTAMA KALINYA.

Pada suatu hari Minggu, sembari aku duduk di bangku paling belakang di dalam sebuah gereja Katolik di California yang mana menjadi paroki pertama yang aku kunjungi sebagai seorang Protestan, aku mendengar kata-kata Pastor dalam Misa itu yang sebelumnya tak pernah kudengar dari orang-orang Katolik. Pada bagian kesimpulan dari pesan Injil hari itu, beliau berkata kepada umat yang hadir, ”KITA PERLU MEWARTAKAN KEPADA SELURUH DUNIA.” Hatiku bergetar dan jantungku berdetak kencang seakan membangunkanku dari tidur panjang. Inilah pertama kali aku mendengar sebuah kotbah yang penuh wibawa dan kuasa dari Gereja Katolik.

Aku sangat terharu sampai meneteskan air mata. SEJAK AKU MENEMUKAN KRISTUS, APAKAH AKU TELAH HIDUP UNTUK MEWARTAKAN KRISTUS KEPADA ORANG LAIN?”Aku berpikir; “JIKA GEREJA KATOLIK BENAR, MENGAPA TIDAK ADA EVANGELIS KATOLIK? Pewartaan bukanlah sebuah tindakan yang hanya identik dengan Protestan. Menjadi seorang pewarta bukan harus  menjadi seorang utusan, tetapi bagaimana setiap orang berjuang untuk mewartakan kepada dunia KABAR GEMBIRA KRISTUS – bahwa ADA SEORANG PENYELAMAT YANG TELAH DATANG UNTUK PARA PENDOSA DAN TELAH MEMBERIKAN NYAWANYA KEPADA SEMUA ORANG YANG DATANG KEPADANYA.”

Aku bertemu seorang Pastor, Pst, James T. O’Connor, Pastor Paroki  Santo Yoseph Millbrook, New York, pada awal bulan Maret 1995. Dalam dua pertemuan kami, beliau sangat membantu menyakinkanku tentang beberapa kesulitan yang kuhadapi dalam iman Katolik, terutama tentang MISA dan keotentikan Gereja sebagai sakramen keselamatan. Aku menyadari kemudian setelah itu bahwa pertanyaan 3 tahun lalu belum terjawabkan pada saat itu.



KE PANGKUAN GEREJA KATOLIK

Pengertianku tentang Kitab Suci Perjanjian Baru tidak akan menuntunku untuk berpindah ke iman Katolik, tetapi pemahamanku sekarang akan menghantarku untuk memeluknya sebagai sebuah kebenaran yang sesuai dengan Kitab Suci, yang mana sebenarnya lebih sesuai dengan iman Protestan Evangelis. Semakin aku mengetahui itu, di hadirat Allah, aku sebenarnya harus masuk ke dalam Gereja Katolik, yang akhirnya terjadi pada Paskah tahun 1995. AKU DIPANGGIL KE RUMAH GEREJA KATOLIK.

Aku masih sedikit kaku. Aku merasa sepertinya aku sedang berada di hamparan samudra luas dan hanya mengetahui sedikit tentang bagaimana mendayung perahuku. Tetapi aku tahu bahwa itu benar. Itu bukan hanya perbedaan-perbedaan ajaran yang memisahkan Protestan Evangelis dari Katolik; Itu adalah satu keseluruhan cara memandang. Keseluruhan duniaku telah terbuka sekarang. Semua ciptaan telah dijadikan baru bagiku.

Aku telah mendalami semua ajaran Gereja Katolik sebab aku yakin bahwa GEREJA KATOLIK ADALAH GEREJA YANG DIDIRIKAN OLEH KRISTUS SENDIRI RIBUAN TAHUN YANG LALU. Itulah GEREJA, yang didirikan di atas dasar para Rasul dan Nabi, bahwa benih itu telah tumbuh menjadi pohon, bahwa Gereja itu telah teruji karena melalui gejolak zaman di mana para santo telah menumpahkan darah dan menyerahkan nyawa mereka deminya; bahwa Gereja itu tetap berdiri kokoh dalam ujian dan cobaan dari waktu ke waktu, zaman ke zaman, di mana penolakan, perpecahan dan dosa tak dapat dihindari dihadapi olehnya. Dan, itulah Gereja yang akan berdiiri kokoh sampai akhir zaman, sebab benarlah bahwa GEREJA ADALAH TUBUH-NYA dan, di dalam keberadaannya, Gereja itu akan menjadi KUDUS, TIDAK DAPAT HANCUR, DAN KEKAL selamanya.

Kini, kusadari bahwa Gereja Katolik adalah GEREJA yang telah diperbaharui kepadaku oleh Yang Maha Agung, yang pernah aku alami dan rasakan  sebagai seorang anak di dalam Sinagoga dalam tradisi Yahudiku. Aku berkata kepada David tentang hal ini, AKU MERASA SEPERTI AKU TELAH MEMILIK ALLAH KEMBALI.” Bagaimana anehnya pernyataan ini terdengar di telinga, tapi itulah yang sedang terjadi pada seseorang yang datang untuk mengenal-Nya secara mengagumkan dan benar melalui iman kaum Protestan Evangelis. Meskipun, di dalam kebebasan dan ekspresi kekeluargaan serta penyembahan, tapi sebuah perasaan tentang yang mahatinggi dan mahadalam dari Allah sering hilang dalam kelompok Protestanku. Karena itu, LEBIH BAIK MERUNDUK MERENDAHKAN DIRI DI HADIRATNYA SEKARANG di dalam dan melalui Gereja Katolik.

Dan, meskipun aku telah datang melihat bahwa Allah, yang Mahatinggi itu, telah memberikan kita Putra dan Tubuh-Nya, Gereja, lebih dari Diri-Nya sendiri, lebih daripada yang dapat aku bisa bayangkan – tidak lebih daripada Kristus, bukan yang lain, tetapi keseluruhan dari KRISTUS.
“Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.”(Rom 11:33)

Karena itu, selama Allah masih memberiku nafas hidup, aku ingin mewartakan kepada dunia tentang “SEORANG PENYELAMAT dan GEREJANYA YANG SATU, KUDUS, KATOLIK DAN APOSTOLIK.”

(Suster Rosalind Moss adalah pendiri Tarekat Putri-Putri Maria, Bunda Pengharapan Kita, di Tulsa, Oklahoma)


Diterjemahkan oleh Romo Inno Ngutra, Pr.


Semoga kisah ini memberimu pengetahuan tentang iman Katolik, membantumu memperdalam dan mencintainya sebagai jalan untuk menggapai keselamatanmu dari Kristus di dalam dan melalui Gereja-Nya, yakni Gereja Katolik yang kita sangat cintai, dulu, sekarang dan sampai selamanya.


Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Rinnong***

KISAH PERJALANAN ROSALIND MOSS KE DALAM GEREJA KATOLIK

Sapaan seorang sahabat kepada para sahabatnya:

Kata-kata ini sungguh mempunyai daya kekuatan bagi setiap telinga yang mendengarnya: "Maria, ibu Yesus dan Sr. Rosalind Moss adalah dua gadis Yahudi yang memberi sesuatu kepada Tuhan mereka dengan cara yang berbeda."(Tentunya kita tidak bisa membandingkan keduanya dalam apa yang mereka berikan dalam karya keselamatan Allah tapi dari latar belakang bangsa/agama Yahudi mereka). Yahudi bagaikan ulat (caterpillar) dan Katolik adalah kupu-kupunya (Butterfly)."

Bagaiman kisah perpindahan Rosalind Moss ke dalam Gereja Katolik? Bacalah kisah berikut ini:


SUSTER ROSALIND MOSS:
(Mantan YAHUDI dan Evangelis PROTESTAN)


RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Aku bertumbuh dalam tradisi Yahudi. Kuteringat akan sebuah perasaan special di dalam masa kecilku bahwa hanya satu Allah dan kami adalah umat-Nya. Akan tetapi karena kami berada di luar Negara dan tradisi Yahudi, maka saudaraku David, telah menjadi seorang Ateis, dan aku, mungkin akan menjadi seorang agnostik.

Suatu waktu aku mengunjungi David, saudaraku. Dalam percakapan selama kunjungan itu, David mengatakan kepadaku bahwa dia telah membaca sebuah artikel yang menceritakan tentang bagaimana orang-orang Yahudi, yang hidup di dunia sekarang ini, telah percaya bahwa Yesus adalah Mesias untuk orang Yahudi, sementara kita yang lain masih menunggu kedatangan-Nya sesuai ajaran kita orang Yahudi. Aku sangat terkejut ketika mendengar itu. Aku berpikir kembali tentang semua tahun yang telah kulewati ketika kami duduk makan bersama dalam Paskah orang Yahudi sambil berharap bahwa Mesias akan datang segera, bahwa kami tahu Dialah saatu-satunya harapan kami. Dan sekarang David mengatakan kepadaku bahwa ada banyak orang Yahudi yang telah percaya bahwa Mesias sudah datang?

Lalu, aku berkata kepada David; Maksudmu bahwa orang-orang Yahudi itu telah percaya bahwa Mesias sudah datang ke bumi? Tapi, kenyataannya dunia tak berubah. Dan Dia telah meninggalkan kita semua?”


PERTEMUAN DENGAN ORANG-ORANG YAHUDI YANG PERCAYA KEPADA KRISTUS

Dalam rentang waktu 3 bulan setelah percakapanku dengan David, Aku pindah ke California dan bertemu dengan beberapa orang Yahudi yang telah percaya pada Kristus. Mereka tidak hanya percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, tetapi bahwa Dia adalah Allah yang telah datang ke dunia! Bagaimana mungkin mereka sampai pada kesimpulan dan kepercayaan seperti itu. Bagaimana mungkin seorang MANUSIA menjadi ALLAH? Bagaimana Anda bisa memandang Allah dan tetap masih hidup? Demikian kataku menenatang mereka, yang sesuai dengan ajaran agama Yahudiku.

Hidup dapat berubah dalam semalam; Aku berada bersama sebuah group orang-orang Yahudi yang telah percaya pada Kristus, semua orang Kristen – Protestan Evangelis. Mereka berkata kepadaku bahwa Allah telah menebus kita dengan Darah-nya dan mengampuni dosa-dosa kita – Mereka menjelaskan kepadaku bagaimana dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yang menggambarkan tentang anak domba yang dikorbankan untuk menghapus dosa-dosa orang Yahudi, kini telah digantikan dan terpenuhi dalam Diri Yesus, Sang Almasih.

Jika itu adalah anak domba; itu harus anak domba jantan, berumur 1 tahun, dan harus sehat (tak bercacat dan tak bernoda). Walaupun ini hanya sebuah symbol tapi kami, Orang Yahudi percaya bahwa dengannya dosa-dosa kami dihapus oleh Yahweh. Darah anak domba yang diperciki di altar sebagai korban persembahan kepada Allah akan menghapus dosa-dosa umat, lebih khusus dia yang berdosa, yang karenanya imam mempersembahkan korban itu anak domba itu.
Aku mengerti mengapa Allah memintah binatang yang tak bercacat dan tak bernoda untuk penghapusan dosa-dosa kami. Ini sungguh mendatangkan ketertarikan bagiku bahwa dosa tidak berarti di mata Allah setelah korban diberikan. Orang-orang percaya ini menjelaskan bahwa binatang-binatang korban itu hanyalah sementara, dan bahwa tindakan itu akan diulangi kembali, dan bahwa binatang-binatang ini tidak sempurna dalam dirinya. Semuanya harus mengarah kepada YANG SATU, yang menjadi SATU-SATUnya yang akan datang suatu hari, yang akan berkorban bukan hanya untuk dirinya atau seorang manusia saja, tapi untuk dosa seluruh dunia dari segala zaman.

Dan semua tradisi Yahudi itu dipenuhi dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, di mana binatang korban untuk silih dosa-dosa itu terpenuhi dalam Diri Yesus seperti yang dikatakan oleh Penginjil Yohanes; “Ketika Yesus datang dan Yohanes Pembaptis melihat-Nya, ia berkata; Lihatlah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia.”(Yoh 1:29) Anak Domba Allah, satu-satunya yang telah berkorban sekali untuk semua seperti yang dikisahkan dalam Perjanjian Lama.

Aku tidak dengan mudah percaya pada apa yang telah samar-samar mulai kumengerti. Problem terbesar di pikiranku adalah TIDAK MUNGKIN SEORANG MANUSIA MENJADI ALLAH. Akan tetapi aku menyadari bahwa malam itu bahwa jika Allah Ada, maka ALLAH DAPAT MENJADI MANUSIA. Allah dapat menjadi segalanya dan menjadi sesuatu yang Dia inginkan untuk menjadi. Aku tidak sedang mengatakan bagaimana sesuatu menjadi Allah. Itu bukan maksudku.

Tidak membutuhkan waktu yang panjang dan lama setelah itu, di mana aku memberi hidupku untuk Kristus. Allah mengubah hidupku dalam semalam. Aku tahu jika sesuatu tentang evangelis, atau Protestan secara umum, namun tidak mendetail. Aku menjadi seorang Kristen. Aku memiliki relasi khusus dengan Allah untuk semua dan untuk segala yang hidup. Aku ingin mengambil sebuah megafon dan berteriak keras-keras kepada dunia bahwa Allah Ada dan bahwa semua orang harus tahu tentang Dia.



PANDANGAN GEREJA KATOLIK

Pelajaran pertamaku tentang Kitab Suci sebagai seorang Kristen diberikan oleh seorang mantan Katolik, yang kemudian aku kenal sebagai MANTAN PASTOR. Dengan demikian, aku belajar dari awal bahwa Gereja Katolik adalah sebuah aliran pemuja berhala, sebuah system keagamaan yang salah, yang telah dan sedang memimpin jutaan orang kepada kesesatan. Selama setahun, aku menentang Gereja Katolik karena pengetahuan itu, mencoba untuk menolong orang-orang Katolik yang telah salah, bahkan semua orang untuk keluar dari lingkaran Gereja Katolik yang menyesatkan itu, menuju kepada sebuah hubungan yang benar dengan Kristus melalui satu-satunya Kekristenan yang benar yakni tahu dan percaya dengan seluruh hati.
Kira-kita setahun berlalu ketika aku memberi diri kepada Kristus dan bahwa David mengatakan kepadaku bahwa dia pun telah percaya dan bahwa Kristus adalah Allah. Baginya, percaya berarti dia harus memberi hidupnya kepada Kristus. Tetapi dia sendiri belum siap untuk menyerahkan diri seluruhnya kepada salah satu gereja/denominasi pada saat itu.

Meningkatnya jumlah denominasi Protestan dan bertumbuhnya beragam kelompok Protestan di hadapan David, yang datang dengan ajaran mereka masing-masing bahwa Kristus telah mendirikan Gereja-Nya di dalam dan di atas kelompok mereka semakin membuatnya bingung untuk menjatuhkan pilihan. David, Lalu, bertanya; dimana kesatuan seperti yang didoakan oleh Yesus? Bagaimana mungkin setiap kelompok mengklaim bahwa ajaran dan gereja merekalah yang benar, dituntun oleh Roh Kudus, tetapi hadir di hadapan David dengan menawarkan begitu banyak interpretasi yang berbeda tentang Kitab Suci, yang satu dan sama?

Hal ini sungguh menjadi perhatian serius David, yang menuntunnya untuk belajar memperdalam Gereja Katolik dengan ajaran-ajarannya. Aku sangat menyayangkan dan merasa sangat mengerikan dengan apa yang sedang dijalani oleh David. BAGAIMANA MUNGKIN IA MAU MENJADI SEORANG KRISTEN YANG SEJATI TAPI IA TERTATIK KADAPA KATOLIK? Demikian, kata hatiku.

Saat itu Natal tahun 1978 ketika aku mengunjungi lagi David. Dia mengajakku untuk pertama kalinya bertemu dengan seorang biarawan yang darinya dia telah belajar dan yang kuyakini bahwa dia adalah seorang utusan iblis yang sedang menuntun David, saudaraku menuju kesesatan/kebinasaan.

Aku duduk dengan perasaan tidak bahagia selama misa berlangsung dan diam selama perjalanan pulang ke rumah David dari biara itu. Dan, akhirnya aku membuka percakapan dan bertanya kepada David; “Gereja itu seperti sebuah Synagoge, tetapi bedanya bahwa di sana ADA KRISTUS.”

David menjawabku: “Itu benar!”

Aku mencelahnya; “Tidak David…Anda salah!”

Kristus adalah kepenuhan hukum. Aku memberi alasan; Semua ritual dan segala aturannya harus disingkirkan dalam iman seorang Kristen yang benar. Aku merasa sangat terpukul di dalam hati dan jiwaku dan bertanya, bagaimana mungkin David telah jatuh semakin dalam dan jatuh ke dalam sebuah kesalahan seperti itu?

Apakah David benar-benar berada dalam sebuah kebingungan yang mencekam? Apakah dia mengerti bahwa semua ritual dalam liturgi harus ditanggalkan karena percaya pada Kristus?

David menjadi seorang Katolik pada tahun 1979. Percakapan kami lewat telepon antara California dan New York sangat mahal pada tahun itu dan tahun-tahun setelahnya. Semakin ia mendalami kepercayaan Katolik yang aku pikir adalah ajaran sesat, semakin juga aku semakin berjuang untuk menyakinkannya akan iman Kristen yang benar dari latar belakang ajaran Protestan Evangelisku.



LULUS SEKOLAH DAN PELAYANAN BARU

Setelah menyelesaikan studi Kitab Suci pada institute di gerejaku, Aku melanjutkan ke program masteral pada Seminari Teologi Talbot di La Mirada, California, sambil melayani sebagai kapelan wanita di penjara di Lancaster, California. Keinginan terbesarku selama studi masteral adalah menjadi staff sebuah gereja lokal, yang secara khusus mengajar para wanita, membantu mereka untuk bertumbuh secara benar sebagai keluarga Kristen sesuai dengan Kitab Suci.

Allah yang memberikan kita keinginan di dalam hati adalah Allah yang sama yang membawa kita untuk menghasilkan buah-buah dalam Roh.
Setelah menyelesaikan studi di Talbot pada bulan Mei tahun 1990, aku dipanggil untuk menjadi staf Persahabatan Evangelis Gereja di Orange County, California sebagai direktur pelayanan wanita.

Dalam masa transisi pelayanan sebagai kapelan penjara kepada pelayanan di gereja lokal, aku mempunyai kesempatan untuk mengunjungi David, saudaraku di New York. Itu terjadi pada tahun 1990. Dalam sebuah percakapan yang panjang dan melelahkan, David bertanya kepadaku; “MENGAPA PARA EVANGELIST SEPERTINYA TIDAK INGIN BEKERJA UNTUK PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN? Bukankah Yesus telah berdoa agar SEMUANYA AKAN MENJADI SATU?”
Aku menjawabnya; “Benar, Yesus berdoa agar kita kelak menjadi satu, sama seperti Dia dan Bapa-Nya adalah Satu…tetapi bukan pada kenyataan seperti yang kita bayangkan di dunia ini.

Dengan jawaban itu, David meneruskan pertanyaannya kepadaku, jika saya pernah melihat dan membaca sebuah majalah yang telah disebarkan di seluruh Amerika dengan judul; “DI ATAS BATU KARANG INI, yang digambarkan sebagai GEREJA KATOLIK,” demikian tulisa Majalah apologetik Katolik itu. Aku tidak bisa menangkap maksud dua kata itu yang dipadukan dan saling melengkapi. Aku tak pernah tahu bahwa Katolik telah memiliki sebuah sikap untuk mempertahankan dan membela iman mereka – Tidak ada orang Katolik yang pernah berbicara denganku tentang Injil. Lebih dari itu, aku tidak pernah tahu bahwa orang-orang Katolik menaruh perhatian yang serius bahwa setiap orang di luar kelompok mereka harus mengetahui kebenaran ini. Aku lalu mengambil Majalah itu dan membawanya ke California karena keinginan tahuanku dan juga karena penghargaan terhadap orang lain bahwa sesuatu dari mereka harus juga diketahui oleh orang lain, sekurang-kurangnya, percaya adalah kunci kehidupan – bahkan jika mereka salah. Di dalam Majalah yang sama masih kutemukan judul tulisan: “SEORANG PENDETA PRESBITERIAN MENJADI KATOLIK.”
Tidak ada jalan lain, aku menyakinkan diriku. Aku tidak pusing dengan apa yang dia katakan tentang semuan cerita perpindahannya ke Katolik. Bagiku, pelayan Presbiterian ini telah mengambil jalan yang salah. Ia telah meninggalkan kekristenan sejati dan berpindah menjadi pemuja berhala yakni sebagai anggota Gereja Katolik.

Aku lalu memesan empat serial dari Majalah itu yang menceritakan tentang kisah mantan Pendeta Presbiterian (YANG TIDAK LAIN ADALAH “SCOTT HAHN). Termasuk juga dua bagian debatnya dengan seorang Profesor dari Seminari Teologi Westminster tentang topik pembenaran (HANYA IMAN SAJA yang dipertentangkan dengan IMAN DAN PERBUATAN) dan MAGISTERIUM (KITAB SUCI SAJA yang dipertentangkan dengan KITAB SUCI DAN TRADISI). Kesimpulan Scott Hahn yang dirangkai dengan sejarah awal Kekristenan (Gereja Katolik) yang ditampilkan sebagai sebuah tantangan berarti dalam dunia Kekristenan dewasa ini sungguh mendatangkan kekaguman bagiku.
Bagi semua yang akan mengeritik Gereja Katolik dan menghakiminya dengan bukti-buktinya, Scott Hahn berkata bahwa, mereka akan tiba pada sebuah moment yang disebut “KEGONCANGAN SUCI dan SESUATU YANG MENGAGUMKAN” di mana Anda akan menemukan bahwa Gereja yang telah berjuang mempertahankan kekristenan sejak awal terhadap serangan orang lain, adalah GEREJA KATOLIK, GEREJA YANG DIDIRIKAN OLEH YESUS SENDIRI DI ATAS BUMI INI.

“KEGONCANGAN SUCI” hanyalah serumpun kata untuk menggambarkan apa yang aku sedang alami pada saat itu. O, tidak, jangan katakan kepadaku bahwa di sana akan ada kebenaran tentang ini. Cara berpikir seperti ini telah memperlemah daya pikirku. Aku tidak dapat percaya bahwa aku sedang berpikir. Dan situasi ini mendatangiku pada saat yang aku sendiri tidak inginkan, yakni dalam rentang dua Minggu ke depan aku akan memulai pelayanan di sebuah gereja baru.



PERTANYAAN YANG TIDAK DIHARAPKAN

Aku membaca kembali pernyataan dokrin dari Kelompok Pesahabatan denominasi yang akan segera aku pimpin. Termasuk juga sejarah pendirinya, George Fox, yang bertobat secara dramatis pada aba ke-17 dengan sebuah perasaan cinta yang mendalam untuk Allah. Dalam keinginannya bahwa Allah akan disembah di dalam Roh dan Kebenaran, Fox hanya mengizinkan adanya dua sakramen, yang telah ditinggalkan oleh Martin Luther yakni BAPTIS DAN EKARISTI – bahwa iman memainkan peranan penting dalam bahan anggur, roti, dan air lebih daripada iman akan Allah yang seharusnya diutamakan.

Aku sangat mencintai keinginan terdalam George Fox, tetapi aku percaya bahwa dia telah salah. Sakramen Baptis dan Ekaristi adalah perintah Kitab Suci, meskipun aku percaya bahwa mereka (kedua sakramen) itu hanyalah simbol belaka. Pemikiran ini telah membentuk dan mengurung aku;

Sepanjang dua tahun berikutnya bersama dengan para staf di dalam kelompok yang kupimpin, aku memesan lagi beberapa buku dan berbagai artikel lain dari Majalah THIS ROCK, meskipun aku tidak begitu tertarik dengan segala sesuatu tentang Katolik namun aku tetap mengizinkan segala sesuatu tentang Katolik masuk ke dalam emailku. Ketika aku berkata kepada David tentang penemuanku, dia menantang aku untuk mendalami lagi tentang ajaran SOLA SCRIPTURA dengan berkata; “ROS, DI MANA KITAB SUCI MENGAJARKAN TENTANG SOLA SCRIPTURA?” Pertanyaan ini sungguh sangat menggangguku. Aku telah mendengar itu sebelumnya dan lebih memilih untuk menolak menjawabnya. Aku, lalu, menjawabnya, “Jika ENGKAU SUNGGUH MENGETAHUI KRISTUS, JIKA ENGKAU PERCAYA BAHWA KITAB SUCI ADALAH SABDA ALLAH, JIKA ROH KUDUS BEKERJA DI DALAM HIDUPMU, MENERANGIMU DAN MEYAKINKANMU AKAN SABDANYA KEPADAMU, maka ENGKAU BAHKAN TIDAK AKAN PERNAH MENGAJUKAN PERTANYAAN SEPERTI ITU.” MENGAPA ENGKAU MEMFOKUSKAN PERHATIAN PADA MAGISTERIUM YANG MENGKANONKAN KITAB SUCI LEBIH DARIPADA MENYERAHKAN DIRI DAN HIDUP SESUAI DENGAN KITAB SUCI itu sendiri?”

Dia mencoba untuk menyakinkanku bahwa dia percaya kepada Kitab Suci yang menjadi Sabda Allah, yang penuh inspirasi dan kuasa. Tapi, dia bertanya, “DIMANA KITAB SUCI MENGATAKAN ITU BAHWA HANYA KITAB SUCI SAJA SEBAGAI KUASA TERTINGGI?”Dan di mana Kitab suci, Sabda Allah mendefinisikan tentang hal itu?

Mencoba membenarkan diri, aku membuka dan membaca beberapa ayat Kitab Suci (2Tim 3:16-17, 2Ptr 1:20-21, dan ayat-ayat lainnya). Tetapi tidak ada satu pun yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Justru, sebaliknya ayat-ayat itu menyisakan pertanyaan susulan; “BAGAIMANA KITA TAHU BAHWA PERJANJIAN BARU ADALAH SEBUAH KITAB SUCI?” Ayat-ayat ini hanya merujuk pada Kitab Suci Perjanjian Lama, sementara Perjanjian Baru belum ditulis, sekurang-kurangnya seluruh Kitab.

Sebagaimana aku telah mendalami hal ini, aku telah masuk berhadapan muka dengan kenyataan bahwa Kitab Suci TIDAK PERNAH MENGAJARKAN TENTANG “SOLA SCRIPTURA.” Tidak menemukan jawaban yang memuaskan tentang keasliannya dalam penelitianku, aku mulai bertanya kepada beberapa pendeta dan guru dan pemimpin kelompok Kitab Suci tentang pertanyaan yang sama seperti yang diajukan oleh David kepadaku. Tidak ada seorang pun yang mampu menjawabnya dari Kitab Suci. Setiap orang muncul dengan memberikan ayat-ayat yang sama seperti yang kuberikan kepada David dalam diskusi kami, yang mana tidak ada satu ayat pun yang mengajarkan tentang “Sola Scriptura,” sebagai kuasa tertinggi dalam iman.
Ayat-ayat ini sungguh membuatku terbebani pada saat itu, yang tak pernah datang dalam memori setiap orang. Bagaimana pun, ini sesuatu yang mengagumkan, aku pikir. KITA SEDANG MENGAJARKAN TENTANG AJARAN BAHWA HANYA KITAB SUCI SAJA, SEMENTARA KITAB SUCI SENDIRI TIDAK PERNAH MENGAJARKAN TENTANG ITU.” Ini mengatakan kepadaku bahwa PARA EVANGELIS MENGAJAR SESUATU YANG SEBENARNYA TIDAK PERNAH DIAJARKAN OLEH KITAB SUCI ITU SENDIRI. Sesuatu sedang salah, pikirku. JIKA KITA SALAH TENTANG HAL INI, BUKANKAH AKAN MENJADI SALAH ATAU BUTA TENTANG AJARAN LAINNYA?”Demikian kataku dalam hati.

Bagaimana dengan semuanya ini? Aku berpikir, bahwa Protestan menerima kanonisasi Kitab Suci – percaya bahwa Allah, yang menginspirasikan Kitab Suci, juga dipimpin oleh Roh Kudus, yang telah memilih manusia dari abad ke-4 dan ke-5 untuk memilih dan membeda mana yang Kitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan mana yang tidak, sementara kita orang Protestan sekarang menolak apa yang telah diajarkan oleh Gereja sejak awal tentang EKARISTI, BAPTISAN, SUKSESI APOSTOLIK dan banyak lagi yang lain? Selanjutnya, tidak hanya ribuan tahun sebelum Kitab Suci dicetak dan dibagikan kepada umat, tetapi selama berabad-abad Kitab Suci telah menjadi penting dalam sejarah Kekristenan itu sendiri. Lalu, sekarang kita, orang Protestan mengajarkan sesuatu yang lain untuk membenarkan diri dan ajaran kita masing-masing?

Lagi, bagaimana terjadi bahwa setelah 500 tahun sejak Reformasi, dengan Kitab Suci di tangan dan dicetak dalam berbagai bahasa telah MENGHASILKAN RIBUAN DENOMINASI, YANG MASING—MASING BERBEDA DALAM AJARAN DAN PENAFSIRANNYA PADAHAL SEMUA MENDASARKANNYA PADA KITAB SUCI?



MENEMUKAN KEBENARAN IMAN KATOLIK

Aku mulai membaca semua yang dapat kubaca, di mana pun aku berada mendapatkannya, sampai aku mengetahuinya setelah dua tahun bahwa aku perlu meninggalkan gerejaku di California dan mengabdikan diriku pada pencarian di luar sana, apa yang sebenarnya Gereja Katolik ajarkan tentang kebenaran, tentang apa yang seharusnya benar dalam iman. Aku berpindah ke New York dan mulai belajar tentang semuanya secara intensif selama dua setengah tahun. Untuk beberapa bulan, aku membaca setiap karya atau buku dari para pendeta Protestan yang bertentangan atau melawan ajaran Gereja Katolik. AKu ingin mengetahui apa yang sebenarnya yang ditolak atau ditentang oleh kaum Protestan terhadap atau dari Gereja Katolik.

Terhadap kekecewaanku yang sangat dalam, aku menemukan bahwa para penulis, untuk hampir semua bagian dari tulisan mereka, SELALU MENENTANG SESUATU YANG LAIN, YANG TIDAK DIIMANI (DIAJARKAN) OLEH GEREJA KATOLIK atau SESUATU YANG BUKAN IMAN KATOLIK. Mereka semua menentang apa yang mereka pikir bahwa itu dipikirkan (diimani) oleh Gereja Katolik, dan itu menampakkan ketidakmengertian mereka tentang iman Katolik. Ungkapan Uskup Agung FULTON SHEEN semakin menyakinkanku tentang kesalahan para teolog Protestan dan pengeritik Gereja Katolik yakni: “TIDAK LEBIH DARI SERATUS ORANG DI AMERIKA YANG MEMBENCI GEREJA KATOLIK. BAGAIMANA PUN, ADA RIBUAN DI SANA, YANG MEMBENCI APA YANG MEREKA SENDIRI PERCAYA SECARA SALAH ADA DI DALAM GEREJA KATOLIK.”

Setiap penemuan tentang ajaran Gereja Katolik di California menuntunku untuk membeda dan menilai banyaknya ajaran para Evangelis yang tersebar saat itu. Dan, dengan setiap pemikiran yang menarikku semakin dekat kepada Gereja Katolik, sebuah perasaan yang mematikan, menjerit di dalam batinku karena aku akan meninggalkan semua jemaatku di California, sebuah komunitas Kristen yang telah membentuk iman kekristenanku, dan yang sangat kucintai selama 18 tahun sampai saat itu.

Jawabanku pada waktu itu sangat sederhana; “Itulah apa yang harus kuperjuangkan untuk kutemukan dalam perjalanan imanku.”
Setahun setelah itu, sejujurnya aku katakan: TIDAK, SAYA TIDAK AKAN MENJADI SEORANG KATOLIK, TETAPI APAKAH AKU HARUS TETAP MENJADI SEORANG EVANGELIS PROTESTAN?” Aku telah menjadi seorang Kristen dengan sebuah rumah yang nyaman, komunitas gereja lokalku di California. Aku tidak dapat membayangkan bahwa aku akan dan harus menjadi seorang Katolik, tetapi apakah, lalu, aku harus tetap menjadi seorang Evangelis, tempat dari mana aku telah datang dan harus meninggalkannya karena penemuan kebenaran yang baru di dalam Gereja Katolik?

Ada 3 buku yang secara radikal sangat membantuku sepanjang perjalanan imanku, yakni; Karya Kardinal John Henry Newman.,: Essay on the Development of Christian Doctrine; Dietrich von Hildebrand., “Liturgy and Personality,” dan dari Karl Adam., The Spirit of Catholism.” Semakain aku membacanya, semakin aku mulai merasakan sebuah keindahan, sebuah kedalaman, sebuah kepenuhan karya Allah untuk Gereja-Nya dibalik semua yang telah aku ketahui.



MENGHADIRI MISA UNTUK PERTAMA KALINYA.

Pada suatu hari Minggu, sembari aku duduk di bangku paling belakang di dalam sebuah gereja Katolik di California yang mana menjadi paroki pertama yang aku kunjungi sebagai seorang Protestan, aku mendengar kata-kata Pastor dalam Misa itu yang sebelumnya tak pernah kudengar dari orang-orang Katolik. Pada bagian kesimpulan dari pesan Injil hari itu, beliau berkata kepada umat yang hadir, ”KITA PERLU MEWARTAKAN KEPADA SELURUH DUNIA.” Hatiku bergetar dan jantungku berdetak kencang seakan membangunkanku dari tidur panjang. Inilah pertama kali aku mendengar sebuah kotbah yang penuh wibawa dan kuasa dari Gereja Katolik.

Aku sangat terharu sampai meneteskan air mata. SEJAK AKU MENEMUKAN KRISTUS, APAKAH AKU TELAH HIDUP UNTUK MEWARTAKAN KRISTUS KEPADA ORANG LAIN?”Aku berpikir; “JIKA GEREJA KATOLIK BENAR, MENGAPA TIDAK ADA EVANGELIS KATOLIK? Pewartaan bukanlah sebuah tindakan yang hanya identik dengan Protestan. Menjadi seorang pewarta bukan harus menjadi seorang utusan, tetapi bagaimana setiap orang berjuang untuk mewartakan kepada dunia KABAR GEMBIRA KRISTUS – bahwa ADA SEORANG PENYELAMAT YANG TELAH DATANG UNTUK PARA PENDOSA DAN TELAH MEMBERIKAN NYAWANYA KEPADA SEMUA ORANG YANG DATANG KEPADANYA.”

Aku bertemu seorang Pastor, Pst, James T. O’Connor, Pastor Paroki Santo Yoseph Millbrook, New York, pada awal bulan Maret 1995. Dalam dua pertemuan kami, beliau sangat membantu menyakinkanku tentang beberapa kesulitan yang kuhadapi dalam iman Katolik, terutama tentang MISA dan keotentikan Gereja sebagai sakramen keselamatan. Aku menyadari kemudian setelah itu bahwa pertanyaan 3 tahun lalu belum terjawabkan pada saat itu.



KE PANGKUAN GEREJA KATOLIK

Pengertianku tentang Kitab Suci Perjanjian Baru tidak akan menuntunku untuk berpindah ke iman Katolik, tetapi pemahamanku sekarang akan menghantarku untuk memeluknya sebagai sebuah kebenaran yang sesuai dengan Kitab Suci, yang mana sebenarnya lebih sesuai dengan iman Protestan Evangelis. Semakin aku mengetahui itu, di hadirat Allah, aku sebenarnya harus masuk ke dalam Gereja Katolik, yang akhirnya terjadi pada Paskah tahun 1995. AKU DIPANGGIL KE RUMAH GEREJA KATOLIK.

Aku masih sedikit kaku. Aku merasa sepertinya aku sedang berada di hamparan samudra luas dan hanya mengetahui sedikit tentang bagaimana mendayung perahuku. Tetapi aku tahu bahwa itu benar. Itu bukan hanya perbedaan-perbedaan ajaran yang memisahkan Protestan Evangelis dari Katolik; Itu adalah satu keseluruhan cara memandang. Keseluruhan duniaku telah terbuka sekarang. Semua ciptaan telah dijadikan baru bagiku.

Aku telah mendalami semua ajaran Gereja Katolik sebab aku yakin bahwa GEREJA KATOLIK ADALAH GEREJA YANG DIDIRIKAN OLEH KRISTUS SENDIRI RIBUAN TAHUN YANG LALU. Itulah GEREJA, yang didirikan di atas dasar para Rasul dan Nabi, bahwa benih itu telah tumbuh menjadi pohon, bahwa Gereja itu telah teruji karena melalui gejolak zaman di mana para santo telah menumpahkan darah dan menyerahkan nyawa mereka deminya; bahwa Gereja itu tetap berdiri kokoh dalam ujian dan cobaan dari waktu ke waktu, zaman ke zaman, di mana penolakan, perpecahan dan dosa tak dapat dihindari dihadapi olehnya. Dan, itulah Gereja yang akan berdiiri kokoh sampai akhir zaman, sebab benarlah bahwa GEREJA ADALAH TUBUH-NYA dan, di dalam keberadaannya, Gereja itu akan menjadi KUDUS, TIDAK DAPAT HANCUR, DAN KEKAL selamanya.

Kini, kusadari bahwa Gereja Katolik adalah GEREJA yang telah diperbaharui kepadaku oleh Yang Maha Agung, yang pernah aku alami dan rasakan sebagai seorang anak di dalam Sinagoga dalam tradisi Yahudiku. Aku berkata kepada David tentang hal ini, AKU MERASA SEPERTI AKU TELAH MEMILIK ALLAH KEMBALI.” Bagaimana anehnya pernyataan ini terdengar di telinga, tapi itulah yang sedang terjadi pada seseorang yang datang untuk mengenal-Nya secara mengagumkan dan benar melalui iman kaum Protestan Evangelis. Meskipun, di dalam kebebasan dan ekspresi kekeluargaan serta penyembahan, tapi sebuah perasaan tentang yang mahatinggi dan mahadalam dari Allah sering hilang dalam kelompok Protestanku. Karena itu, LEBIH BAIK MERUNDUK MERENDAHKAN DIRI DI HADIRATNYA SEKARANG di dalam dan melalui Gereja Katolik.

Dan, meskipun aku telah datang melihat bahwa Allah, yang Mahatinggi itu, telah memberikan kita Putra dan Tubuh-Nya, Gereja, lebih dari Diri-Nya sendiri, lebih daripada yang dapat aku bisa bayangkan – tidak lebih daripada Kristus, bukan yang lain, tetapi keseluruhan dari KRISTUS.
“Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.”(Rom 11:33)

Karena itu, selama Allah masih memberiku nafas hidup, aku ingin mewartakan kepada dunia tentang “SEORANG PENYELAMAT dan GEREJANYA YANG SATU, KUDUS, KATOLIK DAN APOSTOLIK.”

(Suster Rosalind Moss adalah pendiri Tarekat Putri-Putri Maria, Bunda Pengharapan Kita, di Tulsa, Oklahoma)


Diterjemahkan oleh Romo Inno Ngutra, Pr.


Semoga kisah ini memberimu pengetahuan tentang iman Katolik, membantumu memperdalam dan mencintainya sebagai jalan untuk menggapai keselamatanmu dari Kristus di dalam dan melalui Gereja-Nya, yakni Gereja Katolik yang kita sangat cintai, dulu, sekarang dan sampai selamanya.


Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Rinnong***


Source : FB Rm Inno Ngutra, Pr

No comments:

Post a Comment

Tags