Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan orang berdosa.



Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan orang berdosa.

Hari Jumat ada jadwal pembinaan mental spiritual di kantor itu. Sebulan sekali. Para pegawai biasanya setia ikut pembinaan. Karena butuh atau karena aturan, entahlah. Tapi itulah kenyataan yang saya hadapi. Pimpinan hanya ikut satu kali pada pertemuan pertama. Selanjutnya tidak kelihatan. Ada-ada saja halangan katanya. Pertemuan dengan big boss, sidang dengan DPRD, ada tamu, urusan ke Jakarta dan lain sebagainya. 

Singkatnya banyak halangan. Keadaan ini berbeda dengan situasi dalam Luk 19: 1-10. Zakheus bukan pegawai biasa. Ia kepala pajak. Jabatan basah tapi menuai banyak musuh. Di kalangan elit agama, ia dipandang orang berdosa lantaran korupsi. Bagi politisi ia pengkhianat bangsa, kaki tangan penjajah. Masyarakat luas mengenalnya sebagai pemeras rakyat. 

Lengkaplah kebencian semua pihak terhadapnya. Ia patut dikucilkan dari peribadatan dan pergaulan orang baik-baik. Ia dengar Yesus masuk kota Yeriko. Segera ia tinggalkan semuanya. Tamu, tugas atau urusan apa saja. Ia tahu, Yesus punya nama besar dan sangat tenar. Ia harus melihat Yesus. Mumpung ada kesempatan. Ia segera bergabung dengan orang banyak yang mengikuti Yesus. Ia ingin sekali melihat sendiri orang apakah Yesus itu. 

Tapi situasi tidak kondusif. Pengikut Yesus membeludak. Perawakannya pendek. Tidak ada tempat baginya dekat Yesus. Segala usaha untuk melihat Yesus sia-sia. Tapi ia tidak berputus asa dan kehabisan akal. Ia berlari mendahului orang banyak. Lengkap dengan pakaian dinasnya ia memanjat pohon ara. Pasti ia bisa melihat Yesus. Ia toh akan lewat di situ. Aneh, bukan dia melihat Yesus. Tapi Yesus melihat dia dan berkata, “Zakheus, segeralah turun. Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” (Luk 19: 5). 

Kata-kata Yesus ini merusak suasana. Semua orang bersungut. Masa, Yesus mau menumpang di rumah orang berdosa. Bukankah koruptor itu sedang dibenci seluruh lapisan masyarakat? 

Di sinilah nampak besarnya misteri kerahiman Allah. Yesus pasti membenci korupsi dan perbuatan kotor lainnya. Tapi Ia sangat menyayangi koruptor dan semua orang berdosa. Itulah sebabnya Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan orang berdosa. 

Bukankah sikap Yesus ini merupakan suatu koreksi besar-besaran atas usaha kita membasmi korupsi, dan perbuatan maksiat lainnya? Tidak cukup kita hanya mengatakan ‘tidak’ pada korupsi. Upaya hukum dan tindakan untuk meredam laju korupsi belum maksimal. Harus sampai memberikan efek jera, seperti hukuman seumur hidup, tanpa pandang bulu, bukan?
 20112013

Source : Rm Ande Kebelen
Rm Ande Kebelen

Post a Comment

Previous Post Next Post