BY DOMINIKANID – 03/02/2013
DOMINIKAN ASIA-PASIFIK AKTIF DALAM KARYA KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEPEDULIAN PADA CIPTAAN
SURABAYA (PEN@ Indonesia) — Berbagai laporan dalam pertemuan Keluarga Dominikan Asia Pasifik baru-baru ini membuktikan bahwa imam, suster, serta awam Dominikan terlibat dalam banyak karya dan pelayanan untuk Justice, Peace and Care of Creation (JPCC).
Dalam pertemuan di Surabaya 24-26 Januari 2013, imam, suster, dan awam dari Australia, Filipina, Indonesia, India, Jepang, dan Vietnam membagikan karya JPCC mereka, menghadiri seminar trafficking untuk anak-anak SMP, melihat lokalisasi Gang Dolly, dan membuat keputusan Konferensi JPCC 2014.
Konferensi JPCC Asia Pasifik ke-8 di Sawangan, Jawa Barat, 5-9 Juli 2010, memilih Pastor Andreas Kurniawan OP (Pastor Andrei), kini kepala paroki Redemptor Mundi Surabaya, bersama Suster Hermine Nurhayani OP dari Cirebon sebagai Co-Promotor JPCC Asia Pasifik periode 2010-2014.
Pertemuan yang dipimpin Pastor Andrei itu menetapkan, Konferensi JPCC Asia Pasifik ke-9 akan dilaksanakan di Indonesia tahun 2014 oleh jaringan JPCC Asia-Pasifik dan Journees Romaines Dominicaines dengan tema “Berkumpul bersama sebagai pembuat jembatan: tantangan membangun dialog antaragama dan perdamaian di wilayah-wilayah kita.”
Menurut Suster Gabrielle Kelly OP dari Australia, meskipun semakin tua, banyak suster Dominikan di Australia, baik langsung atau tidak langsung, secara pribadi atau bersama orang lain berkontribusi pada upaya keadilan dengan berbagai cara, sedangkan kelompok-kelompok awam aktif dalam urusan keadilan dan kini mulai mengambil tanggung jawab untuk karya-karya yang tidak bisa lagi ditangani para suster.
“Ada sejumlah pemimpin sekolah dan perguruan tinggi dalam asuhan Dominikan, di Adelaide, Melbourne dan Sydney, yang aktif mendorong kesadaran sosial di kalangan kaum muda dan memfasilitasi keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan bantuan di Australia (pribumi) dan di negara tetangga seperti Timor Leste, Vietnam, India, Indonesia, Afrika,” kata Suster Gabrielle.
Para suster di Selandia baru, jelas suster, menggunakan ketrampilan pewartaan mereka dengan menyebarkan Kabar Gembira, khususnya berkaitan dengan JPCC, dan ikut dalam kegiatan lingkungan hidup, dialog antaragama, human trafficking, konferensi tentang Euthanasia, dan seorang relawan muda Dominikan terlibat dalam pengembangan kaum muda, misi keadilan, dan bantuan bagi orang kusta.
Sementara itu, menurut Pastor Bienvenido Trinilla OP, keluarga Dominikan di Filipina sudah melakukan konferensi untuk kaum buruh, menanggapi badai di Mindanao dengan membantu merehabilitasi para korban dan memberi sumbangan uang serta barang-barang, serta menjaring semua sekolah Dominikan untuk membantu orang miskin, dan memberi beasiswa dan pendidikan bagi murid dari keluarga miskin.
Suster Cecilia Bayani OP menambahkan, para suster Dominikan di Filipina terlibat dalam konferensi judicial killing (pembunuhan di luar proses pengadilan) dan hak asasi manusia. Selain itu mereka menangani pelayanan pastoral bagi wanita dan anak anak yang menderita kekerasan, menanam 800 pohon di halaman biara, dan mendidik siswa tentang kontrasepsi, karena Dominikan menentang RUU yang membolehkan anak kecil menggunakan kontrasepsi dengan pengawasan orangtua.
Suster Hermine OP dari Indonesia melaporkan, setelah Konferensi JPCC Asia Pasifik 2010, suster-suster Dominikan di Jawa Tengah memfokuskan pengelolaan sampah, kunjungan ke keluarga-keluarga dari pekerja biara, dan penanaman pohon; di Jawa Barat menekankan pengelolaan sampah, pemanfaatan lahan, kunjungan ke penjara, kunjungan ke keluarga pekerja biara, pembagian Komuni bagi orang sakit, peduli pada persoalan human trafficking, dan pinjaman bagi tukang becak; DKI Jakarta memfokuskan pengelolaan sampah, pemanfaatan lahan, peternakan lele dan produksi madu.
Suster Hermine bercerita tentang susahnya merubah mindset TKW di luar negeri tentang pentingnya pendidikan, kebersihan dan martabat, sementara Suster Teresa Tri Astuti tentang kunjungan di penjara serta bantuan bagi orangtua yang anaknya berkebutuhan khusus.
Dominikan Awam di Jakarta juga mendukung pengelohan sampah dan peternakan lele yang dilakukan para suster, dan di saat pembantu biara mudik saat Ramadhan, jelas Theo Atmadi, Dominikan Awam membantu pekerjaan rumah tangga di biara.
Pastor Prakash Anthony Lohale OP dari India melaporkan, di sana sudah dijalankan proyek untuk anak-anak jalanan dan dia juga dibantu oleh para suster untuk menjalankan berbagai pelayanan.
Sedangkan Pastor Raymmod Latour OP dari Jepang mengaku tidak mengalami persoalan seperti negara lain, tapi banyak persoalan akibat tsunami. Maka, “kami jalankan program rekonstruksi sosial, misalnya memberikan tempat yang lebih baik bagi anak-anak korban tsunami,” jelas imam itu, seraya menambahkan bahwa mereka membantu orang yang mengalami tekanan akibat kerja dan keadaan keuangan mereka, dan para suster menjalankan panti asuhan.
Suster Maria Ha Dinh OP dari Vietnam menjelaskan, situasi negara tidak memungkinkan menjalankan tema Konferensi JPCC ke-8. “Dalam membangun keadilan dan perdamaian di Vietnam, kami, para Suster Dominikan, hanya berkomitmen melakukan pelayanan sederhana yang membantu pengembangan sosial dan kemanusiaan di negara kami juga demi kebaikan bersama umat manusia seperti: peduli kepada kehidupan manusia sejak kandungan hingga dimakamkan, dari yang belum lahir dan bayi-bayi yang baru lahir, dari anak-anak hingga kaum muda, dan hingga orangtua berusia senja.
”Pelayanan-pelayanan yang sudah dan sedang kami jalankan adalah perhatian bagi perempuan tua yang ditinggalkan, pelatihan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja bagi kaum muda, pendidikan bagi orang cacat, orang miskin anak jalanan dan kaum muda, serta perlindungan bagi kehidupan anak-anak yang belum lahir serta kesejahteraan bagi para ibu,” jelas Suster Maria.
Suster Cecilia sangat terkesan dengan presentasi atau karya kerasulan yang disampaikan peserta, yang menurut dia sudah dipersiapkan dengan baik, juga presentasi dari suster-suster Indonesia, “khususnya sharing tentang kunjungan di penjara yang disampaikan Suster Teresa.”
Pertemuan yang dibantu oleh Dominikan awam Surabaya dan frater Dominikan itu, tegas suster, merupakan pertemuan yang bagus dan kaya. Lewat pertemuan itu, tegasnya, terlihat bahwa “Keluarga Dominikan tidak tidur, tapi tetap bekerja, tetap aktif dalam pelayanan meningkatkan hidup masyarakat dan hidup kami,” kata Suster Cecilia kepada PEN@ Indonesia.
Bagi perempuan yang sudah 23 tahun menjadi suster Dominikan dan 13 tahun berkarya dalam JPCC, “pertemuan ini memperkaya saya dalam karya JPCC dan menantang saya melakukan lebih banyak.”
Source : dominikanid.org
Post a Comment